Wawasan

“Fake Market” di Shanghai Tempat Berburu Barang-barang Murah

Tiongkok terkenal sebagai negara produsen barang-barang konsumen murah. Mulai dari yang asli, setengah asli sampai palsu, atau lazim dikenal dengan istilah di Indonesia sebagai barang “KW” (baca: ka-we, berasal dari istilah yang merujuk kepada “kualitas nomor 2”). Barang-barang “KW” yang biasa ditemukan di Indonesia seperti di pasar Mangga Dua umumnya adalah produk impor dari Tiongkok.

Di negara asalnya, khususnya di kota Shanghai terdapat pasar yang menjual barang-barang imitasi/palsu ini. Para turis biasa menyebutnya sebagai “fake market” atau pasar barang-barang imitasi/palsu. Para pedagang di sana menjual barang-barang konsumen (consumer goods) tiruan dari merek-merek terkenal dengan harga miring tentunya. Berbagai macam merek terkenal terutama produk-produk fashion seperti tas, sepatu, kacamata, sampai jam tangan bisa ditemukan dengan mudah dan murah di sana. Tentu saja jika barang bermerek yang dijual adalah barang palsu.

Suasana di dalam 360 Travel & Shopping Plaza (foto: Januar Saputra)

Di kalangan turis, termasuk turis mancanegara dari Eropa dan Amerika pasar ini cukup terkenal. Mereka bisa bergaya dengan merek terkenal dengan hanya mengeluarkan kocek yang sedikit. Keberadaan pasar tersebut antara resmi dan tidak resmi. Disebut resmi karena tempatnya jelas dan pedagang diizinkan berjualan di sana, tapi di sisi lain para pedagang mengaku terkadang petugas keamanan merazia barang-barang palsu yang dijual di sana.

Pasar tersebut tersebar di beberapa lokasi di kota Shanghai, dan sudah beberapa kali berpindah lokasi karena tempat yang lama ditutup oleh pemerintah setempat. Baru-baru ini salah satu lokasi fake market yang berada di kawasan belanja terkenal Nanjing Road ditutup dan pindah ke lokasi baru di dekat Shanghai Railway Station. Pasar yang bernama “360 Travel & Shopping Plaza” ini memiliki luas yang lebih kecil daripada lokasi sebelumnya.

Pintu masuk 360 Travel & Shopping Plaza (foto: Januar Saputra)

Dua lokasi lainnya terletak di Station Metro Shanghai Science & Technology Museum di bagian Shanghai Timur dan di Hongmei Lu Pearl Market di bagian Shanghai Barat.

Yang menarik, jika tidak jeli konsumen, terutama turis asing di sana bisa-bisa membeli barang palsu namun dengan harga mahal. Maklum para pedagang di sana biasanya berspekulasi menawarkan barang palsu tersebut dengan harga mahal, berharap ada turis yang terjebak. Dari penuturan konsumen yang biasa berbelanja di sana, biasanya turis yang sudah paham menawar barang 20% dari harga yang ditawarkan. Umumnya pedagang pura-pura marah jika ditawar semurah itu, namun saat calon pembeli beranjak pergi biasanya pedagang akan memanggil calon pembeli dan kemudian melakukan tawar menawar. Tergantung seberapa kuat konsumen menawar, biasanya barang bisa dibawa pulang dengan kisaran harga 30% s.d. 50% dari harga penawaran awal.

Pedagang di Tiongkok memang terkenal piawai dalam hal tawar menawar, tapi begitu juga konsumen di sana tidak kalah pintar dalam bernegosiasi harga. Menurut penuturan penduduk setempat, konon para orang-orang tua di sana tidak menyukai berbelanja di mal dengan harga pas, mereka lebih suka berbelanja di tempat yang harganya masih bisa ditawar. Sebab justru dengan tawar menawar bisa menjaga mereka dari kepikunan. Semakin alot tawar menawar semakin terlatih otak mereka untuk berpikir.

Koper semacam ini di Batam dijual di atas Rp1 juta, di Shanghai cukup ditebus Rp400 ribu-an saja (foto: koleksi MK)

Tidak hanya barang-barang dengan merek palsu, di fake market juga terdapat barang-barang tidak bermerek (terkenal) tapi bisa didapat dengan harga murah. Koper ukuran kabin (tanpa merek) misalnya, yang dijual di Indonesia di kisaran harga Rp1 juta-an, bisa dibeli di fake market di kisaran harga RMB100 s.d. 220 (atau sekitar Rp200 ribu s.d. Rp500 ribu).

(*ed/Januar Saputra, Shanghai)

Bagikan

Komentar

  • Agustus 2016 berkesempatan untuk mengunjungi pasar kw tsb. Benar, barang yang ditawarkan dengan kisaran 100 rb bisa didapat dengan harga 15 rb saja. Asik dan lucu juga tawar menawar dengan menggunakan bahasa kalkulator.

Penulis
Redaksi