Premanisme ala Debt Collector Bank Mega

Suami saya memiliki tunggakan kartu kredit ke Bank Mega selama 8 bulan (data pemilik dan nomor kartu kredit ada pada redaksi). Pada tanggal 1 Februari 2017 s.d. tanggal 10 Februari 2017, debt collector bernama Petrus (HP 087871706xxx, nomor lengkap ada pada redaksi) meneror saya tiada henti setiap hari. Sampai telepon ke kantor saya dan memarahi resepsionis dan atasan saya. Lalu saya kasih nomor HP suami saya kepada sdr. Petrus, dan dia menelepon suami saya dengan nada yang mengancam dan kasar sekali. Sdr. Petrus bilang akan buat nenek suami saya jantungan dll. Saya ada bukti rekaman suara sdr. Petrus.

Kemudian pada tanggal 16 Februari 2017, debt collector Bank Mega atas nama Hendrik (HP 081315888xxx, nomor lengkap ada pada redaksi) datang ke kantor saya dan langsung naik ke lantai 3 untuk bertemu dengan saya dan atasan saya. Sangat menjengkelkan sekali ulah debt collector  Bank Mega tersebut. Sdr. Petrus menyuruh untuk membayar Full Tagihan suami saya sebesar Rp. 25 juta plus fee kolektor Rp. 3 juta jadi total Rp. 28 juta. Sdr. Hendrik juga menyuruh saya untuk membayar full, tidak boleh dicicil saat itu juga (tanggal 16 Februari 2017).

Tanggal 17 Februari 2017, saya dan suami datang langsung ke Bank Mega dekat RS Mata Aini. Namun sangat disayangkan dari pihak Bank mega tidak ada keringanan sama sekali. Boleh dicicil tapi hanya 5x bayar (Rp. 5 juta/bulan). Saya sudah mengatakan bahwa saya yang bekerja dan gaji saya pun hanya UMR, suami bekerja sebagai driver online yang pendapatannya tidak menentu.

Saya sudah adukan sikap kolektor ini dengan bagian Customer Care namun belum ada respon. Terakhir bilang kalau akan meneruskan ke pihak terkait. Jika saya sampai kehilangan pekerjaan akibat ulah debt collector, saya harap pertanggungjawaban dari Bank Mega juga debt collector-nya untuk mencarikan saya pekerjaan, karena saya harus menafkahi anak saya dan orangtua saya.

Dewi Isti
Tangerang Selatan

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Tanggapan Bank Mega atas Surat Bapak/Ibu Dewi Isti

Kepada Yth. Redaksi mediakonsumen.com Sehubungan dengan surat Bapak/Ibu Dewi Isti di mediakonsumen.com (20/2), “Premanisme Ala Debt Collector Bank Mega”, karena...
Baca Selengkapnya

21 komentar untuk “Premanisme ala Debt Collector Bank Mega

  • 20 Februari 2017 - (21:58 WIB)
    Permalink

    aku ada pengalaman juga dengan kolektor kasar,untung aku videokan dan teman teman sekantor mendukung aku,kolektornya justru ketakutan dan ngabur tidak balik lagi

    • 21 Februari 2017 - (05:59 WIB)
      Permalink

      Saya jg ada rekaman suara nya bu, kalau memang ga ada perubahan dari sikap kolektor, tdnya mau saya adukan ke Lbh atao ylki. Serius deh gila banget kolektornya, nagihnya jg maksa. Dikira dapatin Rp 28jt gampang x

  • 20 Februari 2017 - (23:31 WIB)
    Permalink

    saya juga mengalami hal yang sama dengan ibu,sy sampai “terpaksa” berhenti dari pekerjaan dan 6bln terakhir ini sy hanya bekerja freelance yang membuat sy semakin tdk bs membayar tagihan cc mega sy,1tahun ini sy sdh berulang kali memohon kepada bank mega baik secara langsung maupun via call center,namun sampai detik ini sy blm mendapatkan solusi,sy hanya mendapatkan tekanan dr para preman bank mega,sangat di sayangkan bapa chairul tanjung selaku direktur utama bank mega,yang di juluki si “anak singkong” tapi memberlakukan sistem premanisme & kekerasan kepada nasabahnya,jika ada yang mengalami intimidasi seperti saya,alangkah baiknya kita satukan suara agar mendapatkan solusi yg terbaik,karena perlakuan collector bank mega telah menyalahi aturan BI dan sy yakin jika kita menyatukan bukti2,maka bank mega akan di kenakan sanksi oleh BI,terimkasih

    • 21 Februari 2017 - (06:03 WIB)
      Permalink

      Sama bu, sampai detik ini belok ada solusi mslh keringanan dr bank mega nya sendiri. Beda dengan Cc Bca punya mertua saya, dicicip semampunya dan kolektor nya ga kaya preman gini, baik banget malah yg Bca, pdhl Bca yg pnya bukan pribumi asli,kebijakanya bantu nasabah banget. Ayo bu, kita rapatkaj barisan, ibu bisa hub ke email saya nasutiontommy@gmail.com nanti kita tuker no hp via email aja

  • 21 Februari 2017 - (20:07 WIB)
    Permalink

    mohon bu,jangan masalah pribumi atau tidak,konteksnya disini adalah kemauan dari management untuk beretikad baik pada clientnya,apabila SOPnya demikian ,dalam arti penggunaan premanisme digiatkan untuk menghimpun dana dari client yang sedang dalam kesusahan,alangkah nistanya perusahaan tsb,semoga Alloh swt mengutuk perbuatan biadab tersebut dan seluruh perusahaannya niscaya akan gulung tikar penuh kelaknatan

    • 22 Februari 2017 - (07:51 WIB)
      Permalink

      iya bu, saya bener2 ga bisa tidur karena ulah kolektor bank mega, jika saya di PHK, saya minta pertaggung jawaban dari bagian kolektor untuk mencarikan saya pekerjaan atau membiayai hidup anak saya yg masih bayi

  • 22 Februari 2017 - (07:39 WIB)
    Permalink

    Saya pun pernah mengalami hal yang sama ditagih oleh pihak debt collector Bank Mega yang mengaku bernama dari Mata Pisau.
    Sampai sms ke hp saya dan alamat tidak serumah dengan kalimat capslock dan kalimat yang tidak sopan dan mengancam.
    Dan sampai sekarang saya juga sedang berusaha untuk membayar, walau tidak besar.
    Sambil menunggu hasil penjualan rumah yang kiranya nanti untuk membayar tunggakan dari KK. Mega saya.

    • 22 Februari 2017 - (07:53 WIB)
      Permalink

      Ibu, email ibu apa? atau no hp ibu? yuk kita sama2 adukan hal ini ke BI, ibu jangan buang SMS kolektor itu, itu sebagai bukti kalau kolektor mengancam, karena hal itu sudah melanggar kode etik BI.

      • 1 Maret 2017 - (10:32 WIB)
        Permalink

        Salam ibu Dewi. Mari kita semua para korban kesemena2an Bank Mega kumpul dalam satu wadah dan berkomunikasi untuk mengambil tindakan. Agar bisa menjadi pelajaran, baik untuk bank Mega maupun bank lain. Saatnya konsumen bertindak. Maaf, saya tidak bs menyebut nomor kontak di sini. Tp mungkin ada cara lain untuk memberinya ke ibu?

  • 23 Februari 2017 - (18:15 WIB)
    Permalink

    wah Ibu ibu bersatu,bagus sekali semoga perlawanan terhadap premanisme ini membuahkan hasil yang manis bagi masyarakat

  • 26 Juli 2017 - (14:18 WIB)
    Permalink

    Saya juga mengalami hal yang saya, pihak debt collector mega menelepon ke rumah saya dan bilang kalau saya tidak mau bayar pihak debt collector akan datang dan menginjak-nginjak kepala saya.

  • 2 April 2019 - (18:49 WIB)
    Permalink

    Halo Ibu, saya menghadapi hal yang sama padahal bukan pemegang kartu kredit nya krn tagihan tersisa adalah milik orang tua saya. Saya di WA dengan kata2 yang teramat sangat merendahkan harga diri saya serta orang tua saya. Pdhal tidak pernah nomor saya masuk kedalam data mereka. Bagaimana caranya saya bisa bergabung untuk mengumpulkan bukti bukti yang ada? Kalau sudah ramai seperti ini tidak ada tanggapan hukumnya, patut dicurigai mengapa bank mega masih memberlakukan premanisme.

    • 23 Juli 2019 - (19:13 WIB)
      Permalink

      Hai mba mona, mohon info kelanjutanya apakah dc bank mega masih trs menghubungi? Saya mengalami kejadian yg sama, tp posisi kerabat saya sudah melunasi tagihan, apakah dc akan segera berhenti menghubungi?

  • 23 Juli 2019 - (19:11 WIB)
    Permalink

    Hai mba mona, mohon info kelanjutanya apakah dc bank mega masih trs menghubungi? Saya mengalami kejadian yg sama, tp posisi kerabat saya sudah melunasi tagihan, apakah dc akan segera berhenti menghubungi?

    • 13 Januari 2023 - (11:15 WIB)
      Permalink

      Suami sy jg Pny tunggakan CC Bank Mega, tp anak sy yg di teror dan diancam sm preman dr Bank Mega itu. Yg sy binging kok bisa tau anak sy bekerja dimana, anak sy tdk pernah tau soal CC orang tuanya selama ini. Tp anak sy jd korban premanisme dr Bank Mega.

 Apa Komentar Anda mengenai Bank Mega?

Ada 21 komentar sampai saat ini..

Premanisme ala Debt Collector Bank Mega

oleh Dewi aja dibaca dalam: 1 menit
21