Kemacetan dan Kualitas Konstruksi Jalan Tol

Bagi Anda yg terbiasa bolak balik Bandung Jakarta pasti pernah mengalami kemacetan luar biasa sampai berkilo-kilo meter di jalan tol Cikampek Bandung Jakarta. Seandainya kemacetan itu terjadi di siang hari mungkin kita sudah terlalu maklum, tetapi tak jarang kemacetan itu justru terjadi di tengah malam buta atau dini hari. Barulah kita bertanya, bukankah seharusnya kemacetan itu tidak terjadi? Karena di jam tsb banyak orang sedang beristirahat? Lalu setelah antri berkilo-kilometer yg penuh perjuangan (terutama perjuangan batin menghadapi pengendara yg saling serobot antrian) kita baru menemukan penyebab kemacetan adalah penyempitan lajur kendaraan akibat kegiatan pemeliharaan/perbaikan jalan tol (umumnya pelapisan ulang atau penambalan lubang).

Pemeliharaan jalan tol tentunya sesuatu yang wajar dan seharusnya dilakukan utk memastikan kelancaran dan keselamatan konsumen pengguna jalan tol. Tetapi yang menjadi beban konsumen adalah begitu seringnya kegiatan pemeliharaan tsb yang berimbas pada berkurangnya kenyamanan konsumen. Seringnya aktifitas pemeliharaan jalan tol Bandung Jakarta ini tentunya tidak terlepas dari rendahnya kualitas konstruksi jalan tol tsb sehingga kerusakan jalan begitu sering terjadi (jalan berlubang, tidak rata, retak, penurunan permukaan dll) yang bisa membahayakan keselamatan konsumen pengguna jalan tol.

Menjadi pertanyaan kita, mengapa pengelola jalan tol Bandung – Jakarta tidak melakukan studi lebih baik lagi sehingga konstruksi jalan tol bisa lebih baik dan tahan lebih lama sehingga pemeliharaan bisa dilakukan dengan selang waktu lebih lama (misalnya 5 thn sekali) sehingga konsumen tdk perlu menanggung kemacetan yg yang terlalu sering akibat tingginya frekuensi pemeliharaan jalan tol.

Di jalan tol (atau free highway) di beberapa negara yg sy pernah kunjungi kegiatan pemeliharaan ini sangat jarang sy temui meskipun saya melintasi jalan tol tsb beberapa kali dalam setahun. Saya pernah melintasi jalan tol (highway ataupun jalan biasa) di negara2 seperti Singapura, Malaysia (Barat dan Timur), Cina, Jerman, Perancis, Spanyol, Italy, Portugal, Poland, Timur Tengah dll, tetapi frekuensi perbaikan jalan di sana tidak se-intens di jalan tol Bandung – Jakarta. Bahkan di jalan raya biasa sekalipun (bukan tol). Padahal seyogyanya, sebagai jalan berbayar, konsumen berharap paling tidak kualitas jalan tol (di Indonesia) harusnya lebih baik daripada jalan bukan tol.

Lalu mungkin muncul beberapa alibi mengapa frekuensi pemeliharaan jalan tol di Indonesia lebih tinggi dibading dengan jalan tol (atau bukan tol) antara Indonesia dengan negara-negara lain seperti,

– Tingginya volume kendaraan pelintas jalan tol di Indonesia.
– Karakter Indonesia adalah negara tropis

Tetapi faktanya kalau kita cermati, ternyata alibi tsb bukanlah khas milik Indonesia saja, jika berbicara volume dan berat kendaraan yang melintas, di negara-negara lain pun tidak kalah tinggi. Pun jika soal negara tropis yang jadi alibi, sudah dibuktikan bahwa intensitas perawatan jalan di Malaysia atau Singapura yang sama negara tropis tetap tidak setinggi di Indonesia. Lalu apa penyebabnya? Tentu para ahli teknik sipil yang lebih paham jawabannya, namun sebagai konsumen bolehlah kita menduga bahwa kualitas bahan dan konstruksi jalan tol di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan di negara-negara lain.

Kendaraan berat melintas di jalan tol di luar negeri
Kendaraan berat melintas di jalan tol di luar negeri

Sebenarnya sudah ada peraturan yang mengatur standar pelayanan jalan tol ini melalui Peraturan MENTERI PEKERJAAN UMUM no 392/PRT/M/2005 yang mengatur TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL ini. Sayangnya selain banyak masyarakat yang belum tahu, persoalan kualitas dan daya tahan konstruksi jalan tol belum menjadi konsideran di sini.

Apapun itu persoalannya, sebagai konsumen yang membayar biaya masuk jalan tol kita berharap pelayanan terus ditingkatkan, semoga.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

 Apa Komentar Anda?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Kemacetan dan Kualitas Konstruksi Jalan Tol

oleh Dadang Syahid dibaca dalam: 2 menit
0