Gonjang Ganjing GO-JEK

Semenjak awal peluncurannya, perusahaan start-up GO-JEK banyak menyedot perhatian masyarakat Indonesia dengan segala sensasi dan kontroversinya. Model bisnis ride sharing yang diusung oleh GO-JEK telah menarik minat banyak masyarakat, baik sebagai pengguna maupun sebagai mitra penyedia layanan (baca: driver GO-JEK). Dari sisi pengguna layanan (konsumen), GO-JEK menjadi pilihan menarik sebagai alternatif alat transportasi yang praktis di tengah buruknya sistem transportasi massal di kota-kota besar di Indonesia. Sementara dari sisi mitra (driver), GO-JEK menjadi pilihan menarik sebagai pekerjaan dengan hasil yang lumayan.

Tingginya minat masyarakat tersebut, membuat GO-JEK dilirik oleh para investor. Rumor terakhir menyebutkan bahwa GO-JEK telah menerima investasi lebih dari 20 juta Dollar Amerika (lebih  dari 260 milyar rupiah) dari investor Sequoia Capital, dengan nilai valuasi Go-Jek kini diperkirakan mencapai $200-400 juta (sekitar Rp 2,3 – 5,2 triliun).

Dengan segala hype tersebut, membuat GO-JEK menjadi sorotan dan perbincangan baik di media massa maupun media sosial. Segala sesuatu mengenai GO-JEK menjadi bahan yang ramai diperbincangkan. Berikut ini beberapa di antaranya:

Konflik GO-JEK dengan Ojek Pangkalan

Meskipun dari aspek legalitas, ojek (termasuk GO-JEK) belum diakui pemerintah sebagai salah satu alat transportasi yang legal, namun hingga saat ini belum ada tindakan penertiban dari pemerintah, seperti yang telah dilakukan pada Uber. Kehadiran GO-JEK ini justru mendapat penolakan dari para pengemudi ojek pangkalan. Penolakan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pengemudi ojek pangkalan, yang khawatir penumpangnya beralih ke GoJek.

Aksi sweeping yang dilakukan oleh para pengemudi ojek pangkalan di beberapa daerah telah menjurus kepada tindakan kekerasan. Pihak kepolisian sendiri telah melakukan langkah antisipasi, seperti yang dilakukan oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya yang melakukan penjagaan di titik-titik rawan pangkalan ojek. Hal ini untuk mengantisipasi kekerasan yang dilakukan tukang ojek pangkalan terhadap pengendara GO-JEK.

“Kami memperkuat patroli Babinkamtibmas dan menjaga titik rawan itu,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal. Selain itu, Direktur Lalu Lintas Polda akan bertemu dengan instansi terkait seperti Dinas Perhubungan DKI untuk mengakomodasi persoalan GO-JEK.

Beberapa kali sempat terjadi intimidasi yang dilakukan ojek pangkalan terhadap GO-JEK. Bahkan di beberapa lokasi, mereka menolak kehadiran GO-JEK dengan memasang spanduk.

Terkait dengan itu, Iqbal mengatakan kepolisian mengimbau agar para tukang ojek konvensional tidak melakukan perbuatan yang rawan pelanggaran hukum. “Kan sama-sama cari rezeki. Jangan sampai cari rezeki malah berujung berurusan dengan aparat,” katanya.

Demo Penurunan Tarif GO-JEK

Promosi besar-besaran dan pemberian tarif murah kepada penumpang membuat GO-JEK rugi. Manajemen pun menerapkan kebijakan baru dengan memangkas tarif yang diterima pengemudi dari Rp 4.000 per kilometer menjadi Rp 3.000 per kilometer yang berlaku mulai 2 November 2015.

Informasi meruginya manajemen GO-JEK itu beredar melalui pesan singkat yang diterima seluruh pengemudi. Berikut bunyi pesan yang dikirim ‘Info Driver’ melalui aplikasi khusus yang digunakan pengemudi GO-JEK:

“Sejak sebelum Agustus, manajemen telah mengeluarkan dana untuk promosi agar order yang didapat driver meningkat. Sejak saat itu sampai saat ini manajemen tetap beroperasi dengan merugi demi kesejahteraan rekan-rekan driver. Semua perubahan ini sudah kami pertimbangkan dengan sangat seksama dan keputusan ini diambil agar GO-JEK dapat maju dan dapat makin mensejahterakan semua pihak, terutama rekan-rekan driver. Selamat melayani, Hidup GO-JEK.”

Tak pelak lagi, kebijakan tersebut memicu keresahan di antara para driver sehingga mereka melakukan demo, bahkan mengancam untuk mogok kerja.

Menghadapi ancaman mogok kerja tersebut, Manajemen GO-JEK balik mengancam akan memecat para drivernya yang ikut mogok. “Kami mengambil keputusan bahwa setiap driver yang berpartisipasi atau memprovokasi demo, mogok, sweeping akan diputus kemitraannya,” kata Manajemen GO-JEK melalui pesan singkat kepada pengemudinya, Senin (2/11/2015).

Manajemen GO-JEK menyatakan harus mengambil tindakan. Sebab, pengemudi yang ikut aksi dianggap tidak peduli terhadap kesinambungan perusahaan. Menurut manajemen, sejak Agustus, mereka telah mengeluarkan dana promosi agar pemesanan yang didapat pengemudi meningkat. Sejak saat itu, manajemen mengaku merugi demi kesejahteraan pengemudi.

Atas dasar itu, manajemen menyatakan tujuan mereka mengurangi tarif pemasukan bagi pengemudi per hari ini lebih bertujuan untuk mengurangi kerugian.

“Jadi, mari bekerja dengan bijak, bersama membangun GO-JEK ke arah yang lebih baik,” tutup manajemen.

Penembakan Kantor GO-JEK

Kantor GO-JEK di kawasan Kemang, Jakarta Selatan ditembak orang tak dikenal pada Minggu pagi 1 November 2015. Penembakan dilakukan oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor.

Berdasarkan informasi yang didapat, pelaku penembakan kantor GO-JEK sebelumnya sempat berhenti di pelataran jalan depan gedung tersebut. Peluru pun meluncur setelah satpam kantor GO-JEK yang berlokasi di Jalan Kemang Selatan 8 Nomor 56 menghampiri keduanya.

Kepolisian Daerah Metro Jaya menyebutkan beberapa kemungkinan motif penembakan kantor GO-JEK di Kemang, Jakarta Selatan pada Minggu (1/11/2015). Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol M. Iqbal menyebut, motif pelaku bisa saja karena bisnis atau yang lainnya. Namun, pihaknya belum dapat memastikan motif kasus tersebut.

“Motif apapun bisa saja terjadi, bisa bisnis, pencurian, dendam, dan sebagainya,” ungkap Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Senin (2/11/2015).

Iqbal juga mengatakan, polisi telah mendapatkan ciri-ciri pelaku pengakuan saksi yang ada di tempat kejadian perkara saat peristiwa penembakan tersebut.

Sepuluh Ribu Pengemudi GO-JEK Terkena Suspend

Ribuan driver yang menjadi mitra GO-JEK diberitakan mengalami pembekuan akun atau suspend. Menurut pernyataan resmi dari Nadiem Makarim, CEO GO-JEK, kebijakan ini dilakukan kepada driver yang diklaim “menyalahgunakan subsidi dengan membuat ratusan order fiktif dengan akun palsu.”

Mengutip dari Liputan6.com, driver yang dituduh melakukan kecurangan mendapatkan pesan-pesan BBM dari manajemen GO-JEK. Driver diminta membayar denda (atau “uang penipuan,” seperti diucapkan Nadiem) agar status suspend mereka dicabut. Denda yang dikenakan kepada tiap pengemudi berbeda-beda, dari jutaan hingga puluhan juta.

Kebijakan ini langsung mengundang reaksi dari para pengemudi GO-JEK di berbagai daerah. Seperti dikutip dari situs Kompas, ribuan pengemudi GO-JEK di Bandung mengaku kecewa dengan pihak manajemen PT GO-JEK Indonesia yang melakukan skorsing (suspend) massal secara sepihak. Mereka menggelar aksi di halaman Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa (1/12/2015).

Para pengemudi GO-JEK ini pun meminta Wali Kota Bandung Ridwan Kamil turun tangan dan menutup kantor GO-JEK.

Sulaiman, Koordinator Pengemudi GO-JEK Bandung, mengungkapkan, sejak informasi suspend massal diterima para pengemudi, Senin (30/11/2015), pihak manajemen mendadak sulit dihubungi. Bahkan, kantor GO-JEK yang berlokasi di di Jalan BKR Bandung tutup.

“Kita sudah ditindas oleh kebijakan PT GO-JEK. Kita meminta dibukakan suspend, rekan kita yang sudah mengeluarkan keringat uangnya tidak bisa diambil. Kita mitra kerjanya bukan bawahannya. Kami bergerak atas aspirasi dengan kebersamaan menuntut hak para driver. Kita minta Ridwan Kamil tutup kantor GO-JEK,” ucapnya.

Dia pun meminta Ridwan Kamil turun tangan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Pasalnya, para pengemudi kesulitan menghubungi pihak manajemen.

“Kita ingin meminta Kang Emil turun tangan karena pihak manajemen pun sudah tidak mau bertemu kita. Kita minta Pak Emil panggil mereka, kita sudah berupaya bernegosiasi tapi selalu mentok,” keluhnya.

Dia mengungkapkan, dari total 35.000 pengemudi GO-JEK di Bandung, sekitar 17.000 pengemudi terkena suspend.

“Suspend adalah bentuk denda untuk menonaktifkan dan tidak bisa mengambil uang tarikan (withdraw). Kita minta GO-JEK di Bandung ditutup,” ungkapnya.

Sulaiman pun menampik tudingan pihak manajemen yang menuduh para pengemudi melakukan order fiktif.

“Order fiktif kita tidak ngerti, yang saya khawatirkan ini hanya permainan manajemen,” ucapnya.

Harapan Konsumen

Ilustrasi layanan GO-JEK (sumber go-jek.com)

Kehadiran GO-JEK dengan inovasi layanannya, telah memberikan alternatif pilihan alat transportasi bagi masyarakat. Kelangsungan bisnis GO-JEK kedepannya akan ditentukan oleh kepuasan para pelanggan sebagai konsumennya. Harga yang ekonomis dan pelayanan yang prima adalah penentu apakah GO-JEK akan terus bertahan atau tidak. Saat ini masih banyak keluhan terkait aplikasi yang tidak stabil. Semoga kedepannya GO-JEK lebih fokus lagi dalam memberikan kepuasan kepada para konsumennya. Anda punya pengalaman dalam menggunakan layanan GO-JEK? Bagikan pengalaman anda melalui form komentar di bawah. (IS/berbagai sumber)

 Apa Komentar Anda mengenai GO-JEK?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Gonjang Ganjing GO-JEK

oleh Redaksi dibaca dalam: 5 menit
0