Reportase

Pengalaman Buruk Menggunakan UBER Car, Dipaksa Turun, Ditampar dan Ditodong Pistol oleh Sopir

Catatan Redaksi: Seorang pengguna Uber Car  menulis di facebook-nya pada hari Rabu, 6 Juli 2016 bahwa dia mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari pengemudi Uber Car yang ditumpanginya. Setiawati (Tia) menceritakan pengalamannya dalam artikel yang ditulisnya sendiri. Tulisan di bawah ini adalah kutipan asli dari penulisnya. Media Konsumen merasa kasus yang menimpa konsumen seperti ini layak diketahui oleh konsumen lainnya secara lebih luas sebagai pelajaran, dan semoga kejadian serupa tidak terulang lagi.

Pengalaman Buruk Menggunakan UBER Car. Dipaksa turun, ditampar dan ditodongkan pistol oleh supir UBER Car yang mengaku sebagai anggota polisi

Saya ingin melaporkan seorang sopir Uber Car bernama ASEP SUPRIATNA ke polisi dan meminta pertanggungjawaban serta tindaklanjut dari Uber Car. Saya diturunkan secara paksa dan diancam menggunakan pistol serta teman saya terkena gampar sebanyak 2x.

Peristiwa ini bermula saat saya memesan Uber Car untuk pulang ke tempat kos di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Kemudian sesuai pemesanan lewat aplikasi, datanglah driver Uber Car bernama ASEP menggunakan mobil Ford Everest warna hitam bernomor polisi B 1687 VKD.

Saya naik mobil Uber Car tersebut bersama ibu saya yang tengah sakit, pegawai saya (fia) dan teman saya Elsa dari Jalan Alaydrus, Jakarta Pusat, sekitar pukul 21.00. Sejak awal naik mobil, Driver (ASEP) sudah bersikap tak bersahabat dan ketus.

Hingga saat mobil melintas di wilayah Jalan Ir H Juanda sekitar pukul 21.45 WIB, Driver marah-marah dan meminta kita semua turun dari mobil. Driver tak mau mengantar ke rute tujuan karena alasan jauh dan lalu lintas macet.

Saya dan teman saya Elsa pun tidak terima disuruh turun dari mobil, apalagi saat itu kondisi ibu saya sedang tengah sakit dan barang bawaan juga banyak. Terjadi perdebatan di dalam mobil hingga kemudian driver berkata-kata kasar dan mengancam serta menodongkan pistol.

“Dia bentak-bentak sambil nodongin pistol bilang, ‘saya berhak, enggak bisa, turun semua. Saya yang punya mobil terserah saya, kalian enggak tau saya anggota!?” kata drivernya

Mendapat perlakuan kasar dan ancaman itu, saya, ibu dan lainnya pun turun dari dalam mobil dan mengeluarkan barang-barang bawaan yang banyak. Saat di jalan tersebut driver juga menodongkan pistol, mencekik dan menampar teman saya Elsa dua kali. Ibu saya yang tengah sakit itu pun sampai pingsan karena ketakutan.

Beruntung di dekat lokasi ada pos polisi. Saya pun lari meminta pertolongan. Polisi lalu datang dan mengamankan pelaku di pos polisi tersebut. Saat diperiksa polisi, pistol driver ternyata hanya softgun.

Menurut Tia, di pos polisi itu AS sempat meminta maaf. Namun dia tak terima atas perlakuannya. Perkara ini pun saya laporkan ke Polsek Gambir, Jakarta Pusat, sekitar pukul 23.15 WIB dengan Laporan Polisi No Pol: 356/K/VII/2016/SEK GBR dengan kasus tindak pidana perbuatan tidak menyenangkan.

Driver ini berperawakan besar dengan tinggi sekitar 165 cm dengan penampilan mirip aparat. Saya juga menyimpan foto-foto bukti berkas di Polsek Gambir dimana driver memiliki lencana penyidik polisi yang diduga palsu, barang bukti airsoft gun, SIM A, serta kartu identitas staf KBRI Kuala Lumpur yang diduga palsu.
Polisi mengatakan katanya driver tidak bisa ditahan karena hanya terkena pasal ringan yaitu perbuatan tidak menyenangkan dan meminta saya untuk damai. Saya berpikir ini polisi macam apa ya? Kok seperti membela driver tersebut. Ini sudah merupakan penganiayaan terhadap perempuan. Polisi membalas jawab katanya kalau penganiayaan harus ada bukti visum atau bekas lukanya.

Logika saya ini sudah kena banyak pasal, dari penganiayaan perempuan, pemalsuan identitas, dan pengancaman.

Saya mohon semoga teman2 lain bisa membantu untuk menyelesaikan masalah ini dengan tujuan biar tidak ada lagi driver yang sembarangan seperti ini dan membuat kota jakarta lebih aman & tentram.. Dan semoga ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua. Terimakasih

Salah seorang penumpang lainnya yang turut dalam kendaraan tersebut Rebecca Claudia menambahkan kronologis peristiwa tersebut dalam artikel yang ditulis dalam facebooknya sebagai berikut:

Untuk semua masyarakat yg sering menggunakan jasa transportasi online,

Saya dan teman saya ini adalah korban dr tindakan tidak menyenangkan oleh supir uber tersebut.

Kejadiannya sekitar jam 21.41 di Jl. Ir. Juanda. Dimulai dr supir ini mengangkut pegawai teman saya di alaydrus, lalu lanjut menjemput kami (saya, Tia, dan Mamanya Tia). Supir uber menanyakan alamat yg akan kami tuju jika itu benar di daerah bekasi dan di-iyakan oleh Tia. Reaksi si driver menunjukkan ketidak senangan, tp kami memilih untuk memaklumi. Dlm perjalanan, saya menyalakan lampu tengah dgn tujuan menaruh barang d jok belakang krn tidak kelihatan jika gelap, lalu supir protes dan menyuruh saya untuk mematikan lampu dgn sedikit membentak. Saya minta maaf 2x dgn memberikan alasan bahwa ingin menaruh barang dan tidak kelihatan sambil mematikan lampu (dsini saya dan Tia mulai berkomunikasi lewat WA ttg kelakuan sang sopir). Kemudian, masuk d sekitar harmoni bnyk jln d tutup krn ada takbiran. Kembali sopir menggerutu. Kemudian sampailah kami di daerah Juanda. Sopir meminggirkan mobil dan berhenti, kemudian tiba2 langsung menyuruh kami turun tanpa meminta maaf, padahal kami semua perempuan dan ada 1 orng tua teman saya (beliau sedang dlm keadaan kurang sehat saat itu). Sopir bilang. “mba, saya gabisa antar ke bekasi, jln ditutup saya males, cape. Mbanya semua turun aja disini ya.”

Kami tidak terima, Tia protes pertama kali, “kenapa ga dr awal bapak nya cancel klo gamau anter? Ini udh dlm perjalanan malah nyuruh kita turun, gabisa begitu dong?” Supir tdk terima dan bilang, “INI MOBIL SAYA, TERSERAH SAYA DONG?! SEKARANG TURUN SEMUA!”

Saya jg mulai kesal dan ikut protes. Supir tidak senang lalu mulai mengeluarkan pistol dan menodongkan ke Tia lalu ke saya sambil bilang, “turun lu semua! Ini mobil gua, terserah gua, gatau saya siapa hah!!? saya ini anggota (sambil menunjukkan ID yg tergantung di spion tengah). Turun aatau gua tembak?!”

Saya kesal, lalu saya tepis tangannya dan saya yakin bahwa pistol tsb memang palsu (yg kemudian jg diketahui itu hny air soft gun oleh polisi). Saya bilang, “saya ga peduli anda anggota atau bukan, saya ga takut, km pikir saya bodoh hah!? Km itu sudah kurang ajar”, kemudian supir menampir pipi kiri saya. Lalu teman saya protes lagi dan saya jg tetap protes. Kembali sinsupir mengancam dgn pistol ke arah Tia lalu ke arah saya sambil bilang, “turun atau gue tembakkin kepala lo semua!? gue ledakkin kepalamu!” Saya tepis lagi dan saya bilang, “km ini uber yg kurang ajar, saya ini sering pakai uber tp br sekali ini ketemu yg kurang ajar kaya km”. Saya maju, kembali saya d tampar di pipi sebelah kanan.

Di sinilah saya benar2 kesal. Saya menyuruh semua rekan saya turun, kemudian saya maju ke arah supir dan saya cekal lehernya menggunakan tangan si supir. Saya berusaha menahan badan dia spy dia tdk kabur. Beruntung tnyata dsitu langsung ad pos polisi dan akhirnya aparat membantu untuk menyelasaikan perkara tsb.

Terkadang anda hrs sedikit bertindak berani jika bertemu dgn driver macam ini. Krn, jika dibiarkan akan ada korban lainnya. Dan untuk jasa transportasi online lainnya, dimohon untuk lebih selektif dan kalau bisa lebih diperketat lagi dlm merekrut driver baru, diberikan pelatihan mengenai jasa service yg baik dan benar, krn kalian menjual jasa, walaupun kendaraan yg digunakan adalah kendaraan pribadi, tetapi ketika memutuskan untuk digunakan sbg transportasi umum seperti ini driver pun hrs siap dgn segala resiko jika d protes krn pelayanan dirasa kurang baik. Bkn masalah customer adalah raja, tetapi bertindaklah saling menghargai. Anda butuh uang, kami butuh jasa anda. Kami berusaha berlaku baik dan menghargai, anda pun hrs bisa memberikan pelayanan dgn sikap yg baik dan juga menghargai.

Dan untuk para pengguna jasa transportasi online jg berusahalah untuk berlaku baik dan menghargai driver, kita dan mereka itu partner, jd cobalah untuk saling menghargai.

Dan jika anda mengira ini drama, maaf mungkin anda kebanyakan nnton sinetron dan tidak pernah pakai jasa transportasi online, mind your mindset, use your logic.

Maaf jika ada kata2 saya yang menyinggung, semoga kejadian seperti ini tdk akan ada lagi. Terima kasih

-salam, dr korban-

Bagikan

Komentar

  • Seharusnya Uber tidak bisa lepas tangan begitu saja terhadap kasus ini, tanggung jawab penuh ada di Uber. Sebab Tia sbg konsumen bertransaksi dgn Uber, bukan dgn Asep (pd saat memesan taksi yg dipakai adalah aplikasi UBER bukan aplikasi ASEP).

    Kasus ini juga bisa jd pintu masuk bagi pemerintah sbg regulator utk mengevaluasi bagaimana konsumen bisa terlindungi keamanan dan hak2nya saat menggunakan taksi model begini

  • klo menurut sy tindakan korban sudah benar lakukan pelaporan ke polisi
    sekarang yg perlu dicermati, korban mau melangkah lebih jauh apa ngak nich ???
    klo mau langkah lebih jauh coba lakukan pelaporan ke YLKI atas pelayanan konsumen oleh uber
    bila ada sinyal dr YLKI nya bisa dilanjutkan ke ranah hukum dengan meminta bantuan LBH

    itu sich pendapat sy, semoga berkenan

    terima kasih

Penulis
Redaksi