Pengalaman

“Backpacker”-an ke Eropa di Bulan Ramadhan – Bagian 1

Bagian 1.  Jakarta – Pietrasanta

Pengantar: Tulisan ini adalah serial catatan perjalanan “backpacking” ke Eropa (Italia, Spanyol, Prancis, plus Qatar) pada bulan Ramadhan 2017 (1438H) yang terdiri dari beberapa bagian tulisan. Selamat menikmati.

Niat hati ingin berkunjung ke Eropa saat musim dingin atau paling tidak di musim semi agar bisa merasakan hawa dingin dan suasana turun salju yang tidak mungkin dirasakan di kampung halaman. Namun apa boleh buat kesempatan itu justru datang di awal musim panas. Ditambah pula jadwal perjalanan bertepatan dengan pertengahan bulan puasa Ramadhan 1438H. Tapi ada hikmahnya juga sebab tak perlu repot dengan koper dan persediaan pakaian musim dingin yang serba tebal dan berat, kali ini cukup membawa kaos atau pakaian tipis sehingga koper tidak terlalu berat dipadati dengan pakaian.

Perjalanan ke Eropa kali ini diawali dengan mengikuti rombongan kru dan bintang produksi film Indonesia yang akan melakukan pengambilan gambar (syuting) di Pietrasanta, sebuah kota kecil yang indah di daerah Tuscan, Italy. Tepatnya di pesisir barat Italia, sebelah utara Pisa. Selain di Pietrasanta, rombongan produksi film juga akan mengambil gambar di Florence (Firenze) sekitar 4 hari, selebihnya rombongan akan kembali ke tanah air, dan saya akan melanjutkan perjalanan ala “backpacker” dengan ditemani putra yang merupakan bagian dari rombongan kru film. Disebut ala “backpacker” karena perjalanan selanjutnya akan dilakukan dengan biaya hemat dengan memesan penginapan dan transportasi secara online dan mandiri, tanpa melibatkan agen perjalanan.

Rabu, 14 Juni 2017, bertepatan hari ke 19 puasa Ramadhan, sekitar pukul 18.45 WIB pesawat Qatar Airways nomor penerbangan QR-957 yang kami tumpangi mengudara meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng menuju Doha, Qatar, untuk transit dengan tujuan akhir Pisa, Italia. Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner berkapasitas 254 penumpang itu, kali ini hanya diisi oleh sekitar 60 penumpang saja. Hal itu berkaitan dengan pembatalan penerbangan mendadak oleh sejumlah Jemaah Umroh Indonesia terkait krisis diplomatik Qatar dengan Arab Saudi dan negara-negara teluk yang melarang penerbangan dari dan ke Qatar yang baru saja efektif diberlakukan beberapa hari sebelum tanggal keberangkatan. Dengan situasi ini ada ada banyak bangku kosong di kelas ekonomi yang tersedia dalam penerbangan 8 jam tersebut. Alhasil kami bisa tidur meluruskan punggung dengan posisi tidur melintang di kursi memanfaatkan bangku kosong.

Cukup nyaman menikmati perjalanan dengan pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Qatar Airways. Pesawat ini adalah jenis terbaru buatan Boeing dengan beberapa fitur canggih seperti tirai jendela yang diatur secara elektronik dengan teknologi “dimmable“, artinya kita bisa mengatur tingkat transparansi jendela dengan hanya menekan sebuah tombol elektronik. Konfigurasi kursi 3-3-3 di kelas ekonomi dengan seat pitch 31 inci cukup nyaman untuk penerbangan jarak jauh. Teknologi mesin terbaru membuat suara mesin pesawat relatif lebih halus sehingga suasana dalam kabin cukup senyap. Sementara itu layar TV 12,1 inci di setiap kursi tidak hanya menampilkan berbagai tayangan hiburan menarik, tetapi yang menarik bisa menampilkan tayangan kamera ekor (tail-cam) sehingga kita bisa menikmati pemandangan di luar pesawat secara “live“.

Di Doha kami transit sekitar 4 jam untuk kemudian melanjutkan penerbangan dengan pesawat lain, kali ini dengan penerbangan Qatar Airways QR-135. Penerbangan ke Bandara Internasional Galilei, Pisa ditempuh sekitar 6 jam. Lepas landas pukul 01.50 sehingga sahur kali ini dilakukan di atas pesawat disambung dengan sholat Subuh.

Pesawat mendarat sesuai jadwal pukul 07.20. Proses di imigrasi berjalan relatif lancar, hanya sedikit masalah dengan barang-barang bawaan kru film untuk keperluan syuting, namun bisa diselesaikan dengan cepat.

Bandara Galilei, Pisa, Italia

Selepas dari Bandara, perjalanan dari Pisa menuju Pietrasanta memakan waktu sekitar satu jam dengan menggunakan bis. Kami sampai di Hotel Coluccini, yang menghadap ke arah pantai, membawa suasana indah pemandangan. Suhu udara di tengah hari tidak terlalu menyengat, terasa seperti matahari hangat di pagi hari di Indonesia. Tak lama di hotel kami menuju supermarket terdekat untuk membeli persediaan air mineral, buah-buahan dan makanan ringan untuk berbuka puasa nanti.

Hotel Coluccini, Pietrasanta
Supermarket di Pietrasanta
Salah satu sudut kota kecil Pietrasanta yang tenang
Pantai Pietrasanta

Menjelang sore, kami menikmati suasana sunset di pantai. Ternyata waktu terbenamnya matahari alias magrib waktu berbuka puasa di sini adalah pukul 21.07, jadi total waktu puasa sekitar 18 jam. Selepas berbuka puasa, beserta rombongan kami makan malam di restoran seafood, sengaja kami pesan udang goreng dan salad, makanan yang relatif “aman” untuk kami yang berpuasa.

Sekitar pukul 12 tengah malam beserta rombongan kami baru sampai di hotel. Sambil meluruskan punggung menunggu waktu sahur tak sadar jatuh tertidur lelap, maklum baru menempuh perjalanan jauh antarbenua dilanjutkan dengan aktifitas seharian penuh. Terbangun pukul 3.30 dan ternyata di luar matahari sudah mulai menampakkan diri. Terpaksa tak bisa makan sahur, karena untuk solat subuh pun sudah kesiangan.

Bersambung ke bagian 2

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan
Penulis
Entjep Sunardhi