Filosofi Batu Payung, Lombok

Lokasi: Kawasan Pantai Mandalika - Lombok

Tanggal: 22 Juli 2011

Mungkin sebagian kalian sudah tahu atau pernah ke tempat ini. Saya mau cerita sedikit mengenai pengalaman saya dulu.

Di pantai Kuta – Lombok atau kawasan Pantai Mandalika ada batu dikasih nama “Batu Payung” dulu kurang lebih tahun 2007 saya sukanya blusukan, kalau kata orang sekarang traveling. Cari informasi di mana spot foto yang bagus di sekitar Pantai Kuta? Kata orang yang tinggal di daerah sekitar bilang ada Batu Payung, itu hari pukul 15.00 sudah menjelang sore yang cerah, ok ajak saya ke sana.

Cukup jauh saya parkir kendaraan lalu berjalan kaki kurang lebih 35 menit sampai lokasi, saya menatap dari bawah ke atas, atas ke bawah, “batu”, wow cukup besar juga batu ini, sambil mikir dalam hati. Karena lokasi indah di mata dan juga sepi hanya saya berdua dan ada beberapa orang “hitungan jari” sedang mancing di laut, langsung ambil senjata, cari posisi yang terbagus untuk saya foto.

Batu itu saya jadikan POI (points of Interest) namanya juga landscapers. Ok! Shutter sudah cukup banyak, stock sudah cukup. Dan saya coba bertanya tanya lagi mengenai batu ini, payungnya mana? Pemandu: Eheem garuk kepala sambil bingung ngejawab saya dan diajaklah pas di bawah batu besar itu, di sini kita berteduh di bawah batu.

Sambil manggut-manggut dalam hati oh ok… panas tidak, hujan juga tidak!? Langit clear. Tetap dalam hati, sunset cukup bagus, walau belum bagus banget, blusukan pertama sukses. Untuk dapet sunset utuh tergantung bulan, karena pantai selatan Pulau Lombok, banyak teluk dan tanjung, tidak ada pantai loang beach, jadi pada saat matahari terbenam terhalang oleh bukit-bukit sekitar.

Semakin gelap pulang lah kita. Lalu proses editing setiba di rumah. Cukup dapat foto untuk stock foto. Rasa penasaran lagi “batu” payungnya di mana?

3 hari kemudian langit pagi yang cerah, saya coba kembali lagi blusukan ke batu besar itu, dengan beberapa teman yang ikut, kebetulan weekend. Siang bolong kita sampai di Batu Payung itu, dan ternyata karena weekend, ternyata cukup ramai turis lokal datang ke sana. Matahari terik , siang hari jalan kaki melewati pesisir bukit, jalan berpasir, Berkeringat, hot! Tapi view tetap indah. Rasa capek pasti ada.

Dan tiba di sana di depan mata saya lihat batu itu lagi dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah lagi, dan karena matahari sangat panas, seperti ada 2 matahari di langit. Reflek saya lari dan samperin turis lokal yang bergerombol sedang duduk-duduk ngobrol di bawah batu itu. Dan saya ikutan istirahat sejenak dulu di bawah batu itu berbaur bersama mereka. Cukup ramai, bukan dalam hati lagi tapi dengan mulut berkata….

“ohhh ini payungnya,” Semua menoleh saat saya berbicara cukup keras.

“ikutan neduh ya mas??”

“Hehehe iya…”

*kutip dari Alm. Kristupa Saragih: “biar foto yang berbicara.” Hehe… cerita panjang saya.


Foto dan artikel oleh Topan Santoso

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Foto di atas adalah foto kiriman dari pembaca kami, sebagai bagian dari jurnalisme warga. Anda memiliki foto menarik yang Anda temui di sekitar Anda? Kirimkan foto karya Anda melalui tautan di bawah ini:

Kirim Foto

 Apa Komentar Anda mengenai Foto dan Artikel ini?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Filosofi Batu Payung, Lombok

oleh Topan Santoso dibaca dalam: 2 menit
0