Wawasan

Konsumen Gen C dan MediaKonsumen

Sejak pertama kali dipopulerkan oleh Dan Prankaz sekitar 8 tahun yang lalu istilah Konsumen Generasi C (Gen C Consumer) masih begitu relevan sampai sekarang. Prankaz yang saat pertama kali mengenalkan istilah itu adalah seorang Direktur Perencanaan / Ahli Strategi Generasi Muda, DDB Sydney, menjelaskan banyak kepanjangan dari “C” yang dimaksud dalam Gen C seperti: Content Creator, Connected, Co-creation, Customise, Community, Curious, Control ‘C’, Constant, Connectivity, Collaboration, Change, Chameleons, Communicate, Channel, Convenient

Namun Prankaz menyimpulkan dari semua C di atas, Gen C adalah ‘Connected Collective‘ consumer, alias konsumen yang terhubung secara kolektif. Berbeda dengan istilah Gen Y, Gen Z atau Generasi Milenial, Gen C tidaklah merujuk kepada kelompok usia tetapi lebih merupakan pola pikir dan perilaku konsumen di era digital. Seorang konsumen berusia 15 tahun atau 85 tahun bisa termasuk dalam kelompok ini. Meski demikian, kelompok usia Generasi Milenial umumnya termasuk kedalam tipe Gen C. Ciri utama Gen C adalah mereka yang terhubung dengan dunia digital.

Gen C juga bukan merupakan pemirsa target  (target audience) tapi merupakan komunitas asli yang dilahirkan di era digital yang akan bekerjasama dengan merek. Syarat untuk berhasil memasarkan produk atau jasa ke konsumen Gen C, sebuah merek harus mampu menciptakan modal budaya baru untuk Gen C untuk dibicarakan atau viral – sebuah proses yang juga memberi mereka “status” di dalam kelompok atau “pasukan” di jaringan sosial mereka.

Gen C adalah kekuatan baru yang sangat menentukan dalam budaya konsumen. Mereka menggambarkan konsumen yang sangat peduli tentang penciptaan, kurasi, koneksi, dan komunitas.

Apa yang Menjadi Ciri Khas Konsumen Gen C?

Dan Prankaz menjelaskan beberapa ciri dari Konsumen Gen C sebagai berikut:

Perilaku Pasukan: Seperti kebanyakan generasi muda, Gen C membentuk identitas mereka dengan memiliki dan mengekspresikan diri mereka dalam “pasukan” yang mencerminkan keinginan untuk “menghubungkan” gagasan menarik, objek budaya, alasan dan gerakan. Merek perlu masuk ke dalam percakapan yang terjadi di dalam dan di antara pasukan. Ini akan membuat pesan (iklan) lebih kredibel dan menarik perhatian mereka dibandingkan dengan sumber eksternal.

Status sosial didapat dari apa yang mereka bagikan: Gen C memperoleh kredibilitas di dunia pertemanan mereka dengan mengungkapkan pendapat, berbagi gagasan, pengamatan dan pemikiran. Pengaruhnya tergantung pada apa yang mereka bagikan dan seberapa sering mereka membaginya.

Perilaku berkerumun seperti lebah: Didukung oleh platform media sosial, anggota Gen C menyatukan dirinya dengan suku (pasukan) mereka seperti lebah di seputar topik yang diminati mereka. Ketika sampai pada keputusan membeli, 85 persen generasi muda akan mengandalkan persetujuan teman sebaya. Semuanya ditinjau dan dinilai, membuat pengambilan keputusan seperti kerja sama tim. Pemasar harus berbicara dengan “kita”, bukan “aku”. Pemasaran berhasil saat “berbicara kepada kelompok bukan kepada individu”, dan menciptakan diskusi untuk dijalankan oleh pasukan.

Oksigen sosial: Gen C tumbuh subur dengan konektivitas konstan melalui platform media sosial. Perangkat mobile telah menjadi “oksigen sosial”, memungkinkan mereka untuk terhubung, menciptakan dan berbagi pendapat dan pemikiran dengan pasukan mereka. Ponsel bertindak sebagai jalur kehidupan bagi dunia, menghubungkan tidak hanya dengan orang-orang yang ingin mereka ajak bicara, tapi juga melindungi mereka dari orang-orang yang tidak mereka sukai.

Perhatian sebagian terus-menerus: Remaja saat ini mengkonsumsi 13 jam konten setiap hari dan memiliki keterpaparan terus menerus terhadap ‘berita’ baru. Sebagai ahli dalam mengelola konten dan informasi, mereka terlibat dalam percakapan tanpa henti, terus-menerus “menghayati” pengalaman mereka ke seluruh dunia.

Bunglon: Konsumen Gen C adalah “bunglon”, terus-menerus berubah dan mengubah identitas mereka secara simultan agar bisa diakui sebanyak mungkin di berbagai pasukan yang berbeda. Dimensi tunggal bukanlah pilihan untuk Gen C.

Co-creator: Media sosial telah menghasilkan kreativitas Gen C, yang mengarah pada “demokratisasi kreativitas”. Mereka tidak lagi sekedar mengkonsumsi ide, tapi aktif berpartisipasi, bermain dan berkolaborasi. Mereka menuntut untuk menjadi bagian dari perjalanan cerita sebuah merek.

Peran MediaKonsumen bagi Konsumen Gen C

Sejak awal kehadirannya pada tahun 2006, MediaKonsumen.com sudah mewadahi kebutuhan Konsumen Gen C ini. Sebab Konsumen Gen C menyadari mereka bukan hanya objek para pelaku usaha dalam menjual produknya, lebih dari itu Konsumen Gen C merasa harus berkontribusi aktif dalam membentuk merek dan menjadikannya selalu lebih baik. Sebagai pencipta konten mereka senang berekpresi, menulis, membuat meme, membuat dan mengirim foto dan berkomentar, tak terkecuali untuk produk yang mereka konsumsi. Sebagai Connected Collective Consumer, Konsumen Gen C juga selalu ingin terhubung dan berbagi ide dan pendapatnya dengan komunitasnya.

MediaKonsumen hadir dengan konsep situs komunitas yang menghubungkan antara konsumen dan konsumen serta konsumen dan pelaku usaha, menciptakan dialektika untuk mempertemukan keinginan konsumen dan pelaku usaha. Sebagai situs komunitas MediaKonsumen bukanlah seperti kebanyakan situs berita biasa yang bersifat satu arah, tapi merupakan situs interaktif dua arah. Interaksi antara konsumen dan konsumen, serta konsumen dan pelaku usaha di situs MediaKonsumen bisa dibaca oleh semua pihak pemangku kepentingan (stake holder) di dunia konsumen. Bagi konsumen interaksi ini bisa menjadi sumber informasi sebelum melakukan pembelian, menambah wawasan tentang suatu produk, dan meningkatkan kesadaran akan hak-hak konsumen. Bagi pelaku usaha interaksi konsumen ini bisa menjadi masukan, gagasan, dan usulan untuk terus meningkatkan kualitas produk-produknya atau bahkan menciptakan produk-produk baru.

Bagaimana Menghadapi Konsumen Gen C?

Dan Prankaz memberikan 10 saran untuk para pelaku usaha agar bisa menarik perhatian Konsumen Gen C:

  1. Fokus pada diskusi topik yang sedang hangat, bukan dengan pesan satu arah.
  2. Tingkatkan kreativitas mereka dan biarkan partisipasi / co-creation atas semua ide anda.
  3. Perlakukan Gen C sebagai ‘komunitas aktif’ yang bisa menyebarkan pesan Anda BUKAN sebagai pasar target yang ingin Anda bidik.
  4. Pastikan merek Anda selalu dalam mode BETA, tidak ada yang tetap atau statis.
  5. Rencanakan konten yang tidak Anda buat, bangun fleksibilitas ke dalam program pemasaran.
  6. Buat hal-hal yang berguna seperti widget dan aplikasi yang relevan bagi kehidupan mereka.
  7. Perlakukan dunia nyata dan maya sebagai satu kesatuan, pastikan gagasan yang menarik hadir di semua platform.
  8. Jangan memperlakukan merek Anda terlalu serius, tetap pada ide inti, tapi biarkan banyak manifestasi yang berbeda untuk menjaga agar Gen C tetap tertarik.
  9. Jangan takut dengan ide-ide kompleks yang ‘membangun’ di berbagai platform media, jangan terpaku pada satu jenis iklan.
  10. Pikirkan bagaimana merek Anda dapat terlibat dalam game atau aplikasi yang disukai mereka.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda termasuk dalam Konsumen Gen C? Dan bagi para pelaku usaha siapkah Anda menyapa para Konsumen Gen C untuk menjadi konsumen potensial Anda?

Selamat berinteraksi di MediaKonsumen, Situs Konsumen no.1 di Indonesia!

Bagikan

Komentar

  • Suara rakyat (Gen-C khususnya) apakah sudah tentu suara Tuhan ? Jawabannya bisa iya bisa juga tidak, tergantung bagaimana kesadaran setiap orang dalam mengemukakan pendapatnya dengan cara yang baik dan benar serta muatan pesan didalamnya.

    Apakah lahirnya Gen-C adalah dampak dari kelahiran budaya baru maupun perkembangan teknologi semata atau dampak dari terciptanya ketidak adilan yang terjadi atas keterbatasan integritas sarana penampungnya. Sehingga beberapa ciri konsumen Gen-C cenderung "simultan" dalam karakteristik pergerakannya dengan potensi menciptakan pergerakan "bola salju" dimasa depan. Disertai dengan ketertarikan yang kuat sesama generasi konsumen Gen-C tentunya akan menciptakan "ribuan link" yang terimplikasi atas kesetaraan keadilan sosial. Hal inilah yang saya tangkap dari penjelasan diatas perihal salah satu ciri dari konsumen Gen-C yaitu adanya "perilaku pasukan".

    Dengan lain kata, konsumen Gen-C lebih mempercayai sebuah informasi dari sesama konsumen melebihi informasi yang diberikan oleh sumber lain diluar konsumen yang terindikasi semata-mata hanya kepada kepentingan keuntungan. Tentu tidak ada yang salah berbicara keuntungan dari segi bisnis, jika hal tersebut diimbangi dengan niat dan etika yang baik atas kepentingan bersama. Oleh sebab itu kemampuan (out of the box) melihat apa yang belum terlihat dan mendengar apa yang belum terdengar (disadari) oleh para pelaku usaha dalam menyikapi ledakan dari pertumbuhan konsumen Gen-C dapat menjadi sebuah gelombang pasang yang tentunya akan mendorong laju perkembangan dunia usaha pada umumnya.