Surat Pembaca

Oknum Desk Collection Bank Mega Berteriak di Telepon

Yth. Media Konsumen,

Saya pemegang Kartu Kredit Bank Mega Metro nomor 5242 6100 5346 **** dan Mega Gold 4201 9200 7603 **** (nomor lengkap ada pada redaksi) sangat berharap Bank Mega sebagai bank besar di Indonesia ini bisa mempekerjakan desk collection dengan bicara yang baik.

Kondisi saya dengan Bank Mega mengenai pembayaran memang sedang tidak baik dalam 2 bulan ini, dan saya bermaksud mengajukan keringanan pembayaran kartu kredit agar total tagihan dibuat cicilan. Saya cuma sanggup membayar Rp500 ribu (gabungan kedua kartu kredit. Untuk Mega Gold saya sudah dapat solusi dari ‘mas-mas’ collection yang bicaranya sopan yang meminta saya datang ke kantor cabang Bank Mega membawa surat keterangan tidak mampu dari kelurahan dan saya menyanggupinya. Tapi untuk Mega Metro, saya ditangani sama ‘mbak-mbak’ yang lumayan kasar, pemarah dan suka berteriak. Si mbak ini sampai menelpon ke kantor saya dan marah-marah sama temen saya yang menjawab telepon karena kebetulan saya sedang tidak ada di tempat.

Keringanan belum didapat, namun pihak Bank Mega yang menelepon saya berbicara kasar dan tidak baik. Dengan ini saya menyesal sekali dengan memilih Bank Mega sebagai bank penerbit kartu kredit dan saya menyesal menjadi nasabah Bank Mega.

Pada hari Selasa, 1 November 2017 saya ditelepon lagi sama si mbak single fighter, saya jelaskan uang saya belum cukup kalau dipaksa membayar minimum payment, mbaknya emosi, berteriak “BAYAR BAYAR BAYARR HUTAAANG!!” dan mengancam akan menurunkan debt collector dan bikin ribut di rumah saya. Hari ini, Senin 6 November 2017 si mbak kasar menelpon lagi dan mengancam kembali bahwa debt collector akan nongkrongin rumah saya dan menagih TOTAL tagihan saya dan tidak akan pergi jika tidak dibayar. Saya tanya nama mbaknya tapi beliau yang sangat terhormat menolak menyebutkan namanya kecuali kalau saya mau membayar.

Saya mau bayar tapi mohon sekali agar disesuaikan sama kemampuan saya. kalau gaji saya habis hanya untuk bayar hutang mega, bagaimana saya dan anak saya bisa makan? Pertanyaan saya, apakah Bank Mega membenarkan cara-cara seperti ini? Bukankah hal ini bentuk dari agresi verbal? Bukankah ada etika Debt Collector yang diatur oleh BI sbb:

  • Debt Collector tidak diperkenankan menagih ke pihak yang bukan yang mempunyai hutang, seperti kantor atau keluarga.
  • Debt Collector tidak diperkenankan menagih di atas pukul 8 malam.
  • Debt Collector dilarang menggunakan ancaman dan kekerasan, tekanan fisik maupun verbal.

Saya kira sudah cukup jelas, Bank Mega selayaknya menindaklanjuti orang-orang seperti ini, jangan karena salah satu oknum, Bank Mega hilang wibawa dan kepercayaan. Saya sudah mengajukan pengaduan ke Bank Mega via email, semoga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi dan menjadi pelajaran bersama. Saya harap Bank Mega bisa berbicara dengan lebih baik dan melakukan negosiasi dengan baik terhadap nasabahnya. Mohon kiranya hal ini dapat diperhatikan Bank Mega.

Terima kasih.

Rahmawaty
Banjarmasin – Kalimantan Selatan

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan

Tanggapan Atas Surat Pembaca Ini

Tanggapan Bank Mega atas Surat Ibu Rahmawaty

Kepada Yth. Redaksi mediakonsumen.com Sehubungan dengan surat Ibu Rahmawaty di mediakonsumen.com (6/11), “Oknum Desk Collection Bank Mega Berteriak di Telepon“,...
Baca Selengkapnya

Komentar

  • Siapa suruh ngutang kok sampe lebih beear dari gaji, giliran gak ampu bayar ngerasa korban dibentak ane protes wwkwkk

  • terimakasi banyak komennya mas.. saya lihat histori komen anda rata2 menjatuhkan ya dengan akun bodong.. makasi banyak yaa ini saya jadikan pembelajaran buat diri saya ke depan..

  • Hallo mba, apakah sudah ada penyelsaian untuk masalahnya, karena aku kebetulan punya masalah yg sama

  • Lahhh ... tapi kan emang salah mba nya ..
    bijaklah dalam berhutang , apalagi ekonomi masih pas pasan , berhenti untuk berhutang klo bisa ..
    klo saya lebih setuju dekol nya , cuma mmg cara nya agak kasar krn membentak.. tapi ya gimana lagi dia kerja kena tekanan dan target.

Penulis
Waty Pratama