Pengalaman

Wisata Menjelajahi Negeri Turki – Bagian 3

Bagian 3. Kala Senja di Pantai Laut Eugea

Sambungan dari bagian 2.

Meninggalkan Bursa menuju Kusadasi memerlukan perjalanan panjang dengan bus sekitar 6 atau 7 jam bila tanpa istirahat. Tapi karena ini perjalanan wisata rombongan banyak singgah di tempat bersejarah selain di persinggahan untuk istirahat pengemudi setiap dua jam sesuai ketentuan, maka saat tiba di pantai Laut Eugea matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat. Satu pemandangan indah yang selalu jadi incaran para petualang pemburu objek foto. Demikian pula panorama selama perjalanan sisi kiri dan kanan sepertinya merupakan barisan bukit (bukan Bukit Barisan di Sumatra) dan jalan bebas hambatan yang dilewati berada pada celah di antara kedua kaki barisan bukit tersebut. Kawasan perkebunan zaitun terhampar luas sejauh mata memandang diselingi ladang melon, delima dan jeruk, sehingga Turki mendapat julukan negara yang berhasil mengembangkan sistem pertanian yang produktif secara modern.

Suhu delapan derajat celcius ketika meniggalkan Bursa pada Selasa pagi 10 Oktober 2017 menambah suasana segar. Setelah dua jam perjalanan, Ahmet sopir yang berusia 48 tahun menghentikan bus di “Kofteci Yusuf” sekitar kota kecil Susurluk untuk beristirahat sesuai ketentuan agar badan tetap fit untuk mengemudi. Sebagai catatan tambahan sopir bus rombongan ini bekerja sendiri tanpa kenek maupun sopir cadangan padahal perjalanan wisata rombongan kami cukup panjang dan melelahkan. Penumpang menggunakan kesempatan untuk ke toilet atau sekedar minum kopi penghangat badan karena istirahatnya hanya sekitar 20 menit saja.

Dari rest area pertama perjalanan dilanjutkan melalui Balikesir, Akhisar dan barulah sampai ke Manisa. Di puncak-puncak bukit sekitar Balikesir tampak juga barisan kincir angin raksasa sebagai alat pembangkit listrik tenaga angin, sebuah potensi sumber energi terbarukan yang dimanfaatkan secara maksimal. Demikian pula di kawasan kompleks perumahan yang baru dibangun atapnya dilengkapi pula dengan “solar cel” penampung tenaga surya sebagai sumber energinya.

Manisa adalah kota kecil yang menawan dan rombongan berhenti di “Kofteci Hunkar” untuk istirahat, solat dan makan siang. Menu yang disajikan seperti biasanya makanan khas Turki yang tak lepas dari daging baik ayam atau sapi sesuai selera.

Waktu telah menunjukkan sore hari ketika rombongan melanjutkan ke lokasi pembuatan hasil produksi dari buah zaitun yang bernama “Mozaik Lokum” di kawasan kota kecil Selcuk. Pengelola dengan piawai menunjukkan produk-produk hasil olahan buah zaitun dalam aneka ragam bentuk untuk dikonsumsi maupun jadi produk kosmetik dan obat herbal. Tampaknya kunjungan ke tempat-tempat seperti ini merupakan kewajiban setiap biro perjalanan dalam rangka meningkatkan pendapatan masarakat melalui sektor UKM kalau meminjam istilah di negara kita. Barangkali ini cara pemerintah Turki memberikan kail dan bukan ikan kepada warga negaranya untuk bisa meningkatkan taraf hidup layak.

Dari Manisa rombongan melanjutkan perjalanan ke Isabey Cami (Mesjid Jami Isabey) yang berlokasi di kaki bukit Ayaslug, Selcuk yang termasuk kawasan Izmir. Mesjid ini dibangun 1374 – 1375 dengan model karya arsitektur Beylik Anatolia. Keberadaannya juga menjadi unik karena terletak diantara Gereja Santo Jean dan Kuil Artemis gambaran kehidupan yang toleran antar penganut agama di masa silam. Popularitas mesjid ini di mata wisatawan tidak sama dengan popularitas Blue Mosque, Ulu Cami maupun Mesjid Al Fatih di Amasra tapi banyak dijadikan destinasi oleh sebagian biro wisata yang berlabel “Halal Tour”. Kini keadaan mesjid ini sudah tidak utuh lagi dimakan usia, bahkan salah satu menaranya yang berada di bagian barat telah hancur dan mihrabnya berdasarkan keterangan Adan Rahman S, Tour Leader dari Bandung, telah dipindahkan ke mesjid lain.

Mesjid Isabey Cami (foto: Adan Rahman)

Adan Rahman selaku tour leader mempunyai pengetahuan dan wawasan yang sangat baik tentang Turki sehingga peserta mendapat informasi yang lengkap di setiap tempat yang disinggahi.

Bersama ‘Tour Leader’ Adan Rahman

Akhirnya menjelang magrib saatnya matahari akan kembali ke peraduannya dan tenggelam di ufuk barat Laut Eugea rombongan sampai juga di Hotel Suhan 360 yang menghadap laut. Suasana ‘sunset’ mengiringi kami pula menuju kamar peraduan untuk melepas lelah dalam suasana dingin musim gugur. Makan malam dengan menu aneka ragam yang bisa dipilih tersedia di restoran hotel dengan sangat memadai.

Kisah perjalanan berikutnya tentu menarik untuk diikuti karena kota tua Eufesus dan Hireapolis yang hancur karena gempa menjadi tujuan utama termasuk Cotton Castle yang menawan. Tunggu episode ke empat di sini, di MediaKonsumen.com, nanti.

Balubur Limbangan, 8 November 2017

Bersambung ke bagian 4.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan