Pengalaman

Wisata Menjelajahi Negeri Turki – Bagian 6

Bagian 6. Permata,  Karpet, Keramik, dan Kota Bawah Tanah di Cappadocia

Sambungan dari bagian 5.

Dua derajat Celcius suhu udara dini hari Jumat 13 Oktober 2017 di Cappadocia terasa menusuk sampai ke tulang sumsum. Bersembilan anggota rombongan siap menghadapi tantangan ‘uji nyali’ menaiki wahana balon udara dalam cuaca dingin musim gugur. Sehingga tidak aneh dari 25 peserta wisata hanya sembilan orang yang terdaftar untuk berlaga, sementara yang lainnya menunggu sambil beristirahat di hotel. Dua tantangan yang dirasakan rombongan kami yang berasal dari negeri berhawa panas di bentangan khatulistiwa yakni hawa dingin dan sensasi menaiki wahana terbuka tanpa mesin pada penerbangan yang mengandalkan arah dan kecepatan angin.

Mengenai sensasi perjalanan naik balon udara akan disampaikan secara khusus pada bagian no. 7.

Kembali ke hotel pada pukul delapan disambut teman yang tak ikut tantangan untuk mendapat gambaran apa dan bagaimana ceritanya. Rata-rata ada kesan sesal dari mereka yang tak sempat berpartisipasi sehingga ada usul agar diberi kesempatan di hari berikutnya untuk bisa mengikuti penerbangan balon udara. Setelah diadakan musyawarah dengan tour leader dan pemandu lokal usulan tidak bisa dipenuhi karena akan mengorbankan tujuan wisata lainnya yang telah diagendakan sejak awal.

Tujuan pertama setelah sarapan pagi adalah kawasan Salim Tepeci di mana terdapat rumah-rumah batu pada bentangan lembah yang tampak sangat indah dan juga banyak terdapat merpati liar yang hidup tanpa gangguan para pemburu. Tempat ini oleh sebagian orang dikenal juga sebagai Pigeon Valley dengan panorama yang gersang tapi damai bagus untuk latar ber-‘selfi ria’.

Kemudian kunjungan wajib ke toko permata Goreme Onix Jewellery yang tak kalah menariknya sehingga ada sebagian dari kami rela menukar dolarnya dengan batu permata. Di tanah air penulis pernah mengunjungi tempat kerajinan seperti ini yaitu di Martapura Kalimantan Selatan.

Menjelang waktu duhur kami berkesempatan untuk melaksanakan solat Jumat di sebuah mesjid kota kecil di sekitar Uchisar Castle dan kota bawah tanah (underground city). Ada kejadian lucu saat rombongan kami, 9 pria dari Indonesia mengikuti solat Jumat di sana, yaitu pada saat Imam selesai membaca surat Al-Fatihah, secara spontan kami menjawab dengan “Amin” yang diucapkan dengan keras seperti lazimnya di tanah air. Ternyata di sana, jamaah solat Jumat melafalkan “Amin” hanya di dalam hati. Terasa canggung tentu saja, apalagi kami bersembilan berdiri di lokasi yang berbeda-beda sehingga lafaz “Amin” yang diucapkan dengan keras terasa “stereo”. Akhirnya pada saat memasuki rakaat kedua, kami mengikuti kebiasaan di sana, mengucapkannya cukup dalam hati saja.

Selanjutnya rombongan menuju ke Cave Restaurant Silene Kaya untuk makan siang dengan menu khas daging kambing panggang. Sekalipun namanya dilengkapi cave restaurant tapi bukan berarti restoran di dalam gua hanya suasananya saja yang dibuat bernuansa gua.

Selesai makan siang kunjungan berlanjut ke tempat pembuatan keramik Hisaronu Seramik Art Galery untuk menyaksikan proses pembuatan dari awal sampai menjadi keramik siap jual yang indah. Di Turki menurut yang empunya cerita seorang laki-laki harus mempunyai keterampilan membuat keramik sebelum menikah, sementara sang perempuan harus pandai membuat karpet. Kini keterampilan tersebut masih terjaga dan dilestarikan di sebagian daerah sehingga menjadi tempat tujuan wisata.

Rombongan wisata kami juga berkesempatan untuk mengunjungi pusat kerajinan pembuatan karpet secara manual dan videonya bisa dilihat sebagai kelengkapan tulisan ini. Ada kejadian yang lucu tapi cukup menegangkan di pusat kerajinan karpet ini saat pengelola selesai menyampaikan proses pembuatan secara panjang lebar kami dibawa masuk ruang pamer dengan aneka karpet buatan tangan (hand made) yang indah. Semua merasa tersandera karena tak seorangpun dari kami tertarik untuk membeli karena harganya yang selangit. Sebuah sajadah saja dibandrol antara US$300 sampai 400. Untuk keluar tanpa ada yang berbelanja rasa risi menghampiri apalagi ruang pamer yang luas itu pintunya terkunci.

Perjalanan menuju lokasi underground city jadinya dipenuhi gelak tawa mengingat kejadian di ruang pamer Pusat Kerajinan Karpet. Tak urung peristiwa itu jadi pembelajaran yang amat berharga untuk oleh-oleh bagaimana kita harus bersikap menghadapi kepiawaian pelaku usaha berpromosi tanpa memaksa tapi kita jadi terjebak dalam rasa kurang enak bila tidak berbelanja.

Di lokasi kota bawah tanah rombongan naik sedikit ke kaki perbukitan kemudian masuk melalui jalur terowongan. Dalam hitungan kira-kira 50 langkah sampai di sebuah ruangan yang tampaknya sebagai ruang duduk dan pemandu memberikan penjelasan perihal kota bawah tanah secara rinci. Penulis mendahului menelusuri lorong-lorong yang menghubungkan ke tempat penambatan hewan ternak, ruang tidur, ventilasi, dll. Keadaan lorong dan ruangannya kini dilengkapi dengan penerangan listrik agar para pengunjung bisa mengetahui liku-liku ruang bawah tanah ini.

Bagi pembaca yang ingin mengetahui seperti apa suasana di dalam lorong-lorong underground city bisa menyaksikan dalam video berdurasi 5 menit di bawah ini:

Ada beberapa lokasi underground city di Cappadocia diantaranya Mazi dan Derinkuyu yang cukup besar serta Kaymakli yang ukurannya lebih kecil dan sedikit ada perbedaan tata ruang, kata pemandu. Menelusuri ruang bawah tanah sendirian ada juga rasa khawatir tersesat tapi keingintahuan tanpa diganggu saling menunggu menjadi motivasi untuk mendapat lebih banyak cerita.

Saat keluar dari kota bawah tanah hari sudah semakin sore mendekati magrib. Destinasi berikutnya yaitu menuju ke tempat penghentian untuk berfoto ria (photo stop) di Pasabag Valley yang jaraknya cukup jauh. Akhirnya karena gelap telah mulai menyelinap di tempat ini rombongan tidak sempat turun karena panorama indahnya ikut asik masuk berselimut kelam malam.

Balubur Limbangan 8 Desember 2017. 

Bersambung ke bagian 7.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan