Awas Jangan Sepelekan Diare dan Disentri, Kenali Perbedaan dan Gejalanya

Oleh dr. Fathul Djannah, Sp.PA.

”Saya sudah lima kali ke belakang dalam sehari ini dokter. Sebelum keluar BAB nya rasanya sangat melilit, sakit luar biasa. Hampir tidak tahan rasanya. Rasanya seperti orang mau melahirkan. Saya tidak pernah diare seperti ini. Saya juga mulai merasa demam. Saya sudah minum obat diare biasanya tapi sakitnya tidak berkurang. Diare apakah ini dokter? Apakah berbahaya?” Cecar pertanyaan seorang pasien beberapa waktu yang lalu datang sambil memegangi perutnya.

Diare adalah kondisi yang ditandai dengan encernya faeces/tinja yang dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dengan biasanya (lebih dari 3 kali sehari). Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari, namun pada sebagian kasus dapat sampai berminggu-minggu.

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dalam masyarakat kita. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2016, penemuan kasus diare baru ada sebanyak 6.897.443 dan yang ditangani baru sekitar 30%. Berdasarkan kategori penyakit menular, diare menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah Pneumonia dan TBC. Balita sangat rentan pada penyakit ini karena mudahnya terjadi komplikasi yang dapat menyebabkan kematian.

Penyebab diare bermacam macam, bisa karena disebabkan karena stress atau intoleransi makanan seperti laktosa, namun yang paling banyak adalah karena infeksi. Infeksi bisa disebabkan karena virus, kuman atau bakteri. Penyebabnya inilah yang membedakan antara diare dengan disentri. Disentri bisa disebabkan karena bakteri Shigella atau amuba. Pada diare karena virus biasanya sembuh sendiri karena sebenarnya diare sendiri adalah mekanisme tubuh untuk membuang racun dan kuman yang ada di usus. Untuk kasus diare berkepanjangan (lebih dari 2 minggu) atau hilang timbul dalam jangka waktu yang panjang kemungkinan ada penyakit lainnya yang menjadi penyebabnya, misalnya HIV/AIDS, polip usus atau bahkan kanker di daerah saluran pencernaan.

Diare ditandai dengan encernya faeces dan seringkali sangat encer bahkan hampir seperti BAK dimana jarang dikeluhkan pada disentri. Keluarnya faeces yang tidak banyak tapi ada nyeri perut sebelumnya biasanya ada pada disentri. Tanda-tanda dehidrasi baik ringan sampai berat seperti pipis kental dan kuning, frekuensi berkemih kurang dari 4 kali per hari, demam, mata cekung, kulit kering biasanya diakibatkan karena diare karena virus atau bakteri dan jarang dikeluhkan pasien disentri. Diare karena virus biasanya hilang pada sendiri dalam waktu 48 jam yang tanpa obat. Hal yang paling penting yang dapat dilakukan adalah untuk tetap terhidrasi, jangan sampai dehidrasi. Gejala yang ada pada disentri juga adalah adanya darah dan lender pada faeces. Demam juga sering dikeluhkan pada disentri.

Gejala Diare Disentri
Frekuensi BAB ++++ ++
Konsistensi Faeces :Encer ++++ ++
Nyeri Perut ++ ++++
Darah dan Lendir +
Demam -/+ ++
Dehidrasi ++++ ++

Pengobatan pada diare utamanya dalam mengatasi komplikasi yaitu dehidrasi. Dehidrasi diatasi dengan dengan pemberian oralit untuk menggantikan cairan yang keluar. Jika diikuti mual dan muntah, sehingga oralit tidak dapat masuk maka segera ke pelayanan kesehatan terdekat agar dapat diberikan cairan intravena (infus). Selain itu, beberapa jenis pengobatan diare antara lain adalah obat untuk mengikat air sehingga tinja lebih padat, seperti Attapulgit dan obat untuk menghentikan peristaltik usus seperti Papaverin atau antiparasimpatik. Untuk disentri terutama adalah antibiotik atau antiparasit dan juga penghilang nyeri perut.

Pencegahan sangat penting untuk mencegah terjadinya diare dan disentri karena infeksi sebagai salah penyebab tersering adalah karena sanitasi yang kadang kala kurang terjaga. Pencegahan yang paling utama adalah menjaga kebersihan. Menjaga kebersihan mulai dari menjaga kebersihan makanan dan minuman, kebersihan diri sampai kebersihan lingkungan.

Menjaga kebersihan makanan dan minuman dimulai dari cara memasak makanan dengan benar seperti makanan harus dicuci dengan air yang mengalir sebelum dimasak, menempatkan sayuran dan daging atau ikan dalam wadah yang berbeda serta menggunakan pisau dan talenan untuk memotong keduanya juga harus berbeda atau dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan kembali dan minum air yang sudah matang.

Setelah makan, segera simpan sisa makanan dalam lemari pendingin. Jangan biarkan makanan berada dalam ruangan terlalu lama, kendati dalam keadaan tertutup. Selain itu, tutup rapat tempat air minum dan peralatan makan serta segera bersihkan meja makan agar tak menjadi sarang kuman.

Salah satu cara menjaga kebersihan diri adalah biasakan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum makan, keluar dari kamar mandi dan setelah berada di area publik .

Menjaga kebersihan lingkungan dapat dilakukan antara lain dengan membuang sampah pada tempatnya, menutup lubang angin sehingga tidak masuk tikus dalam rumah dan membuat jamban dengan jarak aman dari sumber air.

Infeksi penyebab penyakit diare dan disentri memang terkadang tak dapat dihindari, namun bukanlah hal yang mustahil untuk dicegah. Dengan melakukan hal hal pencegahan dan mengetahui informasi seputar diare dan disentri maka kita bisa memberikan perlindungan terbaik untuk keluarga, terutama anak anak yang rentan akan penyakit. (*)

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

 Apa Komentar Anda mengenai artikel kesehatan ini?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Awas Jangan Sepelekan Diare dan Disentri, Kenali Perbedaan dan Gejalan…

oleh dr. Fathul Djannah, SpPA | Universitas Mataram dibaca dalam: 3 menit
0