Opini

Soal Taman Kota di Bandung

Sejak pemerintahan Ridwan Kamil sebagai Wali Kota di Bandung hal yang paling terlihat adalah perubahan bentuk ruang terbuka hijau (RTH) dan taman-taman di Kota Bandung. Kali ini saya tidak akan bahas bagus jelek pemerintahannya, karena saya kurang update juga.

Soal perubahan tadi misalnya di Daerah Dago, trotoarnya yang lebar sekarang bisa untuk dipakai duduk-duduk cantik dan menikmati pemandangan kota. Sebelumnya trotoar ya begitu saja, boro-boro diberi street furnitures seperti kursi/lampu taman custom/hiasan/dsb. Sekarang minimal trotoar yang sempit juga sudah diperbaiki dan ditambah marka jalan untuk para Penyandang Disabilitas (difabel).

Taman juga, banyak taman-taman yang diperbaharui desainnya dan diberi papan nama yang membuatnya lebih mencolok jadi orang tahu namanya. Ini juga bagus, karena menambah minat orang untuk main ke taman dan juga menambah nilai taman. Tahu nggak kalau taman adalah salah satu bentuk ruang terbuka hijau atau RTH, yang setiap kota minimal harus punya 30% dari luas kota itu sendiri yang berguna sebagai “paru-paru” kota. RTH bentuknya tidak harus selalu taman, bisa berupa pemakaman, jalur hijau seperti pepohonan di sepanjang Jalan Sumatra, dsb. Sebelum-sebelumnya taman ya, taman saja. Image-nya gelap, sepi, dan memang bikin takut buat nongkrong. Sekarang sedikit populer karena gencar dipromosikan lewat IG-nya RK, desainnya juga lebih milenial dan instagramable.

Tapi di sini saya sedikit ingin memberikan kritik. Desain taman kota yang direvitalisasi RK rata-rata banyak dilapisi semen/keramik. Rasanya jadi kurang natural dan kurang asri. Memang ada taman yang cocok dibuat dengan desain seperti itu, tapi ada juga yang kalau sisi alaminya dibuat lebih menonjol akan lebih bagus. Contohnya menurut saya Taman Lansia akan lebih bagus kalau tidak banyak diubah menjadi diberi lantai dan jalur untuk pejalan kakinya sebaiknya dibuat dengan bahan batu/alami ketimbang keramik.

Taman Lansia Bandung

[rl_gallery id=”33652″]

Taman Lansia adalah salah satu taman yang dominan sisi alaminya, karena jumlah pohonnya juga banyak sekali sehingga menjadi rindang seperti Taman di belakangnya yaitu Taman Pustaka Bunga/Taman Kandaga Puspa. Lalu sebagian slope di Taman Lansia ditutupi bebatuan yang ditujukan untuk tempat pengunjung duduk ngemper. Tetapi jadinya slope di Taman Lansia yang hijau-hijau oleh rumput dan lumut jadi berkurang. Secara visual jadi lebih jelek.

Taman Kandaga Puspa Bandung

[rl_gallery id=”33656″]

Padahal berdasarkan pengalaman berkunjung, pengunjung taman masih bisa ngemper di bagian tanah/rumput dengan menggunakan tikar. Lalu untuk ragam tanamannya juga tidak harus selalu yang bagus secara visual/desain, yang rimbun dan hijau juga tetap bagus.

Jadi pesan saya semoga pembangunan taman juga aspek kealamiannya diperhatikan. Sebab asalkan prasarana-nya nyaman (bangku taman, lampu, tempat sampah, jalur pejalan kaki, dll) pengunjung akan tetap merasa betah karena suasana sejuk dan kealamian alam yang dicari di tengah kota yang sibuk, seperti Kota Bandung. Kotor tanah sedikit tidak apalah, kan alami ;).

Tapi yang sangat diapresiasi adalah dengan revitalisasi taman ini kesadaran dan minat masyarakat tentang RTH meningkat. Semoga di Kota dan Kabupaten Bandung target 30% RTH juga bisa dicapai, dan jalur-jalur hijau di jalanan bisa dipertahankan dan diperbanyak karena kota yang nyaman adalah yang seimbang antara pembangunan dan alamnya.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan