[Review] Film: Keluarga Cemara (2019), Wholesome and Relatable in Some Ways

Review kali ini adalah salah satu film Indonesia yang didasari dari sinetron yang tayang dari tahun 1996-2005. Berhubung saya tidak mengikuti cerita aslinya maka review ini cuma tentang versi filmnya saja yang berjudul Keluarga Cemara (2019).

Sebelum itu saya mau cerita, dulu zaman saya mulai memperhatikan dunia film, film Indonesia paling identik dengan film hantu yang produksinya kurang bagus dan cuma jualan fan service. Maka otomatis film Indonesia kurang peminat pada zaman itu dan digeneralisir bahwa semua film Indonesia itu jelek dan sinetron juga dapat predikat itu. Eit, bukannya tak suka produk lokal tapi memang begitu kenyataannya dulu :p. Sekarang justru saya perhatikan, kualitas filmnya mulai membaik dari segi teknisnya, walau menurut saya dari segi cerita belum ada yang spesial. Untuk sinetronnya sendiri sih, sepertinya belum terlalu jauh beda, gak tahu deh sekarang masih banyak sinetron yang plagiat nggak? Kalau nggak, berarti sedikit kemajuan lah ya. Makanya saya jadi ikut merasa optimis juga melihat produksi film Indonesia mulai membaik.

Kembali ke review, scene pertama yang muncul di film ini lumayan heboh karena berlatar lomba menari. Disana terlihat tiga tokoh sentral film ini yaitu Euis si kakak, Cemara si adik, dan Emak. Ok film dimulai dengan menarik. Selanjutnya adalah credit scene dan judul yang diberi ilustrasi yang lucu, seperti gambar anak-anak. Setelah itu barulah cerita mulai, yang menceritakan tentang kehidupan Keluarga Cemara yang sedang menghadapi krisis finansial karena kesalahan pada bisnis tokoh sentral ke-empat yaitu Abah.

Keluarga Cemara yang tadinya orang yang cukup kaya akhirnya terpaksa menjadi keluarga dengan penghasilan menengah ke bawah setelah kasus itu. Mereka akhirnya kemudian pindah ke kota kecil dekat pegunungan di Jawa Barat, karena ada rumah tua peninggalan kakeknya disana. Kemudian cerita fokus pada perjuangan Abah dalam menangani krisis, konflik anak remaja si Kakak, dan lainnya. Sepertinya judul “Keluarga Cemara” dipilih karena peran si Adik yang bernama Cemara adalah sebagai mood maker atau penyemangat utama (karena yang dewasa suram semua karena banyak beban :P). Tapi belakangan peran Cemara sepertinya sedikit tergeser karena alur cerita fokus pada problem karakter dewasanya.

Oh iya karena film ini banyak sponsornya, jadi ada penempatan salah satu produk (atau brand lebih tepatnya) yang “jelas banget” hehehe. Lucu aja sih, tapi ya totally okay.

Jadi secara umum memang intinya film ini bercerita tentang dua cerita utama, yaitu: problem perubahan gaya hidup dan keuangan serta problem masa remaja si kakak. Tadinya saya kira akan ada romance di cerita si kakak juga, untungnya nggak sih (soalnya nanti klise). Apa mungkin ada kalau dibuat lanjutannya ? Entahlah, yang jelas kalau memang plot romancenya dilanjut saya sih lihat bakal ada rivalry antara Rindu dan Euis haha. Di film ini problem utama kakak yaitu soal pertemanan yang bikin saya ngomong dalam hati “I know that feeling bro” dan relasi anak-ayah. Waduh ini jadi ikutan ngomong ala “kejakselan” juga ya. Nggak apa lah.

Dari segi cerita tidak terlalu kompleks, terasa ringan dan mengalir. Konflik utama yang ditampilkan juga mungkin terasa relatable untuk penonton, apalagi dengan kondisi ekonomi sekarang ini. Rasanya pengen ngoceh ke teman sebelah saya sepanjang film saking relatablenya (tahu sih seharusnya di studio bioskop diam, tapi tetap saja beberapa kali kita komentar. Maaf ya yang di studio, saya emang cerewet, LOL).

Walau plotnya sederhana dan tidak mengejutkan, waktu yang hampir 120 menit tidak terasa lama. Dari segi akting sih, dari 3 film Indonesia yang saya tonton dalam kurun waktu 2017-2019 kurang lebih masih sama, tidak jelek tapi kadang masih terasa kaku-terasa scripted. Mungkin memang belum banyak improvisasi atau khawatir kalau terlalu berlebihan dan jadi berbeda jauh dengan script? Memang saya bukan aktris, entah juga kalau saya yang main film (lowkey saya sih pede bisa kalau mau ? hahaha), tapi pendapat ini sepertinya didapat dari pengalaman bertahun-tahun nonton film jadi saya sedikitnya sudah lebih sensitif buat lihat akting yang terasa natural dan yang tidak. Nggak semua sih di film ini yang begitu, hanya beberapa bagian di karakter Abah di awal film (dan dialog saat marah), sedikit dari karakter Emak (scene kerupuk), dan yang lainnya nggak terlalu terasa. Akting yang paling natural di film ini menurut saya adalah Cemara karena polosnya anak kecil dan Ceu Salma, walau sebetulnya karakternya di film memang gak jauh beda dengan gimana Asri Welas biasa tampil. Oh dan satu lagi temennya Euis yang cowok (yang usil). Untuk penokohan atau sifat karakternya sendiri ok tapi tidak spesial, maksudnya ya tipikal film keluarga.

Lalu untuk teknik pengambilan gambar sepertinya pembuat film tahu dan berusaha gimana caranya mengambil sudut supaya terlihat estetik, cuma sayangnya masih belum “pas” dan terkadang agak off dan sepertinya pengambilan gambar banyak yang terlalu dekat jadi suasananya kurang terambil.

Terakhir soal musik, sepanjang film bagus-bagus dan cocok, saya suka sih. Tapi di beberapa scene ada audio yang agak off karena terkadang seperti bergema atau lebih kencang dibanding audio lain.

Overall saya rekomendasi untuk yang ingin film ringan dan support produk lokal. Bagus juga kalau ingin cerita yang wholesome. Akhir kata dari review yang panjang ini yaitu terima kasih sudah membaca, dan review-review saya selanjutnya akan ditulis dalam format semi-formal begini (setelah terinspirasi dari T*r*o. Siapa tahu ada orang dari sana yang baca dan mau rekrut saya jadi penulis part-time ? Mungkin bisa dipertimbangkan, BU hahaha. Boleh komen di sini atau email di nfk.nadia@yahoo.com #pedeabis).

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Film: Keluarga Cemara (2019)

Film: Keluarga Cemara (2019)
6.625
Nilai Total

Akting

7/10

    Plot

    6/10

      Teknik Kamera

      7/10

        Musik

        8/10

          Kelebihan

          • Cerita yang ringan dan mengalir

          Kekurangan

          • Plot masih tipikal tidak ada yang terlalu istimewa

          Kesimpulan

          Direkomendasikan untuk yang ingin film ringan dan support produk lokal. Bagus juga kalau ingin cerita yang wholesome.

          Ulasan dan penilaian mengenai Film: Keluarga Cemara (2019) di atas adalah berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya dan bukan merupakan iklan (advertorial). Punya pendapat tentang Film: Keluarga Cemara (2019)? Berikan ulasan dan penilaian berdasarkan pengalaman anda melalui form komentar di bawah ini.

          Satu komentar untuk “[Review] Film: Keluarga Cemara (2019), Wholesome and Relatable in Some Ways

           Apa Komentar Anda?

          Ada 1 komentar sampai saat ini..

          [Review] Film: Keluarga Cemara (2019), Wholesome and Relatable in Some…

          oleh Nadia # dibaca dalam: 3 menit
          1