Review

[Review] Film: Imperfect (2019), We Are, But….

Suatu hari, aku diajak nonton film. Tadinya film sebelah, tapi jadinya film ini. Oke, janjian udah deal, tinggal tunggu waktu. Ternyata janjinya dimajuin, saking penasarannya yang ajak hahaha. Memang sih setelah lihat iklan trailernya, aku juga langsung cukup tertarik dari visualnya.

Tapi memang plotnya yang paling menarik perhatian kalau dilihat dari hype-nya. Isu-isu yang diangkat bukan isu baru memang, tapi lagi in banget di tahun-tahun belakangan. Film ini, yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama, berisi topik seputar kehidupan remako (remaja kolot – remaja dewasa – lol). Utamanya, film ini mengangkat isu tentang kecantikan, yang berkaitan dengan isu lainnya.

Tentang plot, Rara sebagai tokoh utama yang “kurang” cantik – tapi pintar – yang berhadapan dengan berbagai masalah terkait fisiknya tersebut. Mulai dari masalah percaya diri, keluarga, pekerjaan, dan cinta.

Jadi, mulai dari poin utama. Secara visual dan teknik pengambilan gambar, bagus banget deh. Estetik, gak kalah dengan review film saya sebelumnya yaitu Film Dua Garis Biru (2019). Semakin kesini secara visual standar film kita memang kelihatan makin tinggi, mantap lah pokoknya, udah pada makin jago. Di film ini shots yang paling berkesan itu diantaranya, scene di mana yang diambil itu back light, jadi aktingnya sebatas bayangan tokohnya. Shots wajah karakter pas bagian emosional. Juga shots yang diambil tegak lurus dari atas di bagian karakter utama bangun.

Secara akting, wah di film ini natural banget. Dipikir lagi malah kayak bukan main film. Setiap review film yang kutulis memang ini yang kelihatannya selalu jadi fokus utama. Akting natural itu, bukan berarti aku gak suka akting yang berasa lagi main film; suka juga kok kalau pembawaannya enak. Natural di sini maksudnya, interaksi antar pemainnya mengalir, dialognya gak berasa dibaca, dsb. Di film ini ya begitu, chemistry karakternya juga bagus.

Soal ceritanya sendiri cukup sederhana, jadi filmnya cocok untuk tontonan ringan. Komedinya juga cukup banyak, studio ribut karena tawa penonton kayak gak putus-putus. Tapi walau ceritanya sederhana, nilai yang diusung cukup padat juga. Mulai dari konsep body shaming, insecurity, keberagaman, feminisme, moral sosial dll. Nilai-nilai yang modern banget kan? Malah di beberapa bagian, nilai itu terkesan dipampangkan besar-besar. Itu loh, empat sekawan itu ehm. Bagus atau tidak? Tergantung, tapi buatku sih terlalu obvious gitu kurang enak jadinya. Ada juga yang obvious, product placement. Hehe, ya sah aja memang, tapi mengganggu. Udah 3 film Indonesia yang kulihat kayak gini. Kenapa sih gak coba cara yang lebih subtle kalau mau taruh produk sponsor?

Bagian yang kurang nih. Dari segi pacing, kadang-kadang berasa terlalu cepat, misal di bagian awal film. Ada juga scene yang awkward walau sedikit. Setting yang agak ‘maksa’ (belajar ditengah puing? Really? I mean….), beberapa kostum yang ngejreng kelihatan baru banget (okelah bisa dianggap ceritanya emang suitnya baru), dan bagian “perubahan” yang sayang gak dibuat heboh (padahal itu bagian penting). Juga terakhir, tokoh-tokohnya terasa jelas hitam/putihnya.

Yaa itu menurutku untuk review film ini. Pada akhirnya inti dari semua ini, walau kita dimotivasi untuk menjadi diri sendiri apa adanya (baik fisik/kepribadian), kita masih punya tuntutan dari sekitar untuk sedikit berubah. Yah, walau akhirnya berubahnya kita jangan sampai melupakan jati diri kita. Karena yang sejati bukan berarti apa adanya, tapi hasil dari upaya terbaik yang telah kita lakukan.

Bingung? Memang, repot ya jadi manusia! Tapi bawa santai aja deh.

-Nadia-

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Imperfect (2019)

6.5
Nilai Total

Visual

8/10

    Musik

    6/10

      Akting

      7/10

        Plot

        6/10

          Kelebihan

          • Akting sangat natural
          • Beberapa scene dengan shoot back-light
          • Komedi yang bikin penonton terbahak-bahak

          Kekurangan

          • Di beberapa bagian pacing terlalu cepat
          • Product placement terlalu kasar

          Kesimpulan

          Ceritanya cukup sederhana, jadi filmnya cocok untuk tontonan ringan. Komedinya juga cukup banyak

          Bagikan

          Komentar

          Penulis
          Nadia #