Keluhan Surat Pembaca Prakerja Lagi, Menunggu Sertifikat yang Tidak Muncul-muncul 12 Juni 2020 IE ING 10 Komentar bantuan pemerintah, birokrasi pemerintah, Kartu PraKerja, Kelas.com, pencairan dana, program pemerintah, Tokopedia Ikuti kami di Google Berita Saya adalah peserta pendaftaran Prakerja gelombang ke-2. Apa yang saya alami adalah hampir sama dengan yang dialami oleh sangat banyak peserta prakerja, jadi mohon maaf jika kasus saya hampir serupa dengan surat-surat pembaca sebelumnya. Namun karena sudah lebih dari sebulan sejak kursus saya selesai tidak ada update di dashboard, tidak ada jawaban apapun dari email prakerja, saya memutuskan untuk mengirim surat pembaca di Media Konsumen, dengan harapan ada tindaklanjut dari pihak-pihak terkait! Terima kasih kepada Media Konsumen yang sudah menayangkan surat saya, meskipun jika isinya mirip-mirip dengan surat-surat yang sebelumnya tentang prakerja lagi. Bahwa begitu banyak surat pembaca tentang telatnya prakerja harusnya jadi bahan evaluasi pemerintah untuk memperbaiki program ini. Singkat cerita, berikut kronologisnya: pada tanggal 3 Mei saya membeli kursus dari Kelas.com di Tokopedia menggunakan saldo Prakerja saya. Pada tanggal 10 Mei saya sudah berhasil menyelesaikan kursus tersebut dan melalui evaluasi dengan nilai 100/100. Pada hari itu juga saya langsung memberikan review kursus di Tokopedia. Namun setelah 7 hari kerja, dan sampai tanggal 11 Juni dashboard Prakerja saya masih kosong. Saya cukup kecewa karena selain insentifnya juga akan sangat membantu dimasa krisis ini, saya juga berencana untuk melanjutkan mengambil kursus-kursus lainnya terutama yang sesuai hobi saya. Baik Kelas.com dan Tokopedia sama-sama mengatakan sudah mengirim datanya ke Prakerja dan tinggal menunggu saja. Mohon perhatiannya kepada semua pihak yang terkait agar sertifikat dan insentif saya bisa muncul di Prakerja. IE ING Cakung, Jakarta Timur Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Marco Lau Santosa12 Juni 2020 - (18:00 WIB)Permalink Berdasarkan info admin Instagram Kartu Prakerja, saat ini manajemen sedang evaluasi. Jadi, isentif dan pendaftaran gelombang ke 4 tertunda sampai proses evaluasi selesai. Isentif saya pun tertunda. Buang waktu jika menunggu harapan kosong. Log masuk untuk Membalas
Muhammad3 Agustus 2020 - (12:13 WIB)Permalink Dalam kalimat ini, kata “insentif selalu di tulis di awal kalimat. Yang mengindikasikan bahwa pikiran cuma berfokus pada instentif insentif insentif, bukan ilmu yang telah di pelajari. Log masuk untuk Membalas
indah13 Juni 2020 - (19:01 WIB)Permalink @Marco Lau Santosa : Setuju. Buang waktu kalau kita hanya diam dan menunggu. Kalau bisa mah, Saya ingin semua orang bahkan Indonesia tau kalau Kartu Prakerja tak selancar dan semenggiurkan seperti testimoni yang dipajang di Instagram. Tapi kalau soal evaluasi, bukankah seharusnya evaluasi itu dilakukan jika semua peserta dari gelombang 1-3 sudah selesai? Bukannya ditengah keamburadulan kinerja dan sistem seperti saat ini. Log masuk untuk Membalas
IE INGPenulis artikel16 Juni 2020 - (19:54 WIB)Permalink Terimakasih kepada Media Konsumen, yang sudah menayangkan surat saya. Per hari ini tgl 16/6 sertifikat sudah muncul di dashboard saya, meskipun tidak ada yg menghubungi saya, saya yakin karena surat di media konsumen. Sekarang tinggal menunggu insentifnya saja, mudah mudahan bisa lancar. Log masuk untuk Membalas
Rini3 Agustus 2020 - (11:47 WIB)Permalink Menurutku sambil menunggu insentif dan sertifikat turun, bisa dimanfaatin ilmu yg kmrn di dpt. Aku kmrn jg terdampak covid trus ikut prakerja. Alhamdulillah selesai di Pintaria kmrn aku langsung nyoba mulai buka usaha kuliner sendiri dr rumah. Log masuk untuk Membalas
Samuel Wijaya3 Agustus 2020 - (12:12 WIB)Permalink Ya memang tujuannya seperti itu mbak. Bersyukur kalau mbak nya sudah bisa langsung mengambil manfaat dari nya. Tapi di pihak lain, program dari pemerintah/negara yang ternyata di lapangan gak beres pelaksanaannya ya perlu juga untuk dikritisi/di-expose/di-blow-out via media seperti ini, biar semua yang berkepentingan tahu, biar bos paling atas ngerti bahwa anak buahnya banyak yang ABS & cuma makan gaji doang padahal kerja minimum, biar para petugas pengawas ngerti bahwa di lapangan ternyata banyak ketidak-beresan (mungkin ada deal2 di bawah meja dll). Karena zaman now ini antara buzzer & hoaxer & honest testimony sudah gak jelas semua & susah dibedakan, sehingga perlu sekali bagi yang punya pengalaman jujur/real/nyata (khususnya pengalaman yang buruk, karena kalau hal2 yang bagus/positif pasti sudah diumbar ke mana2) untuk juga berbicara (speak out). Karena kalau gak, bisa dipastikan info yang beredar luas cuma postingan buzzer doang, di mana isinya cuma yang indah2 aja… iya kalau di taman firdaus isinya indah2 doang, kalau di dunia ini apaan sih yang cuma ada indah doang? Semoga semakin sukses & maju usaha kulinernya. Log masuk untuk Membalas
Muhammad3 Agustus 2020 - (12:23 WIB)Permalink Jangan bilang kata “amburadul”, jika anda termasuk peserta. Artinya anda juga ikut sumbangsih dalam ke- Amburadul an itu. Anda cukup memberikan ‘reviuw kursus’, agar bisa menjadi bahan evaluasi pemerintah. Di situ bisa anda jabarkan unek unek anda. Log masuk untuk Membalas
Muhammad3 Agustus 2020 - (12:36 WIB)Permalink Kalimat anda itu tidak menyinggung tentang Prakerja. Tidak ada kalimat kalimat yang lebih dalem dan spesifik khusus menyinggung prakerja. Anda memakai istilah istilah buruk dalam medsos. Kemungkinan memang anda lebih sering membaca berita berita cacian dan makian sejenisnya itu. Coba bayangkan, komentar anda itu kalau di ‘Copy Paste’ untuk di cantumkan di komentar lain dengan kasus berbeda beda juga cocok. Karena abstrak banget. Saya menganggap anda cuma memahami prakerja dari kulit luarnya saja. Tidak benar benar tahu tentang program sosial ini. Log masuk untuk Membalas
Samuel Wijaya3 Agustus 2020 - (12:50 WIB)Permalink Na, ini contoh yang saya sebut di atas. Pertama, tidak ada kata amburadul yang anda sebut itu. Kedua, saya bukan peserta. Silakan search di database peserta. Ketiga, saya mendasarkan komen saya dari surat2 yang saya baca di MK ini. Saya gak main medsos, karena gak ada waktu. Paling pol saya cuma baca2 di MK ini. Jadi silakan saja kalau anda menyatakan secara implisit bahwa surat2 maupun komen2 yang mengiyakan maupun mengamini isi surat = sesuatu yang tidak murni jadi pengalaman penulis surat maupun komen tersebut. Keempat, lah memang saya komen di surat ini kok, jadi segala apa yang saya tulis ya relevan terkait dengan isi maupun topik surat. Kelima, komen saya murni saya ketik sendiri pada saat & waktu saya menulis (3 Agt 12:12). Silakan search apakah saya copas dari mana2. Sebaliknya, kalau kemudian ada yang copas komen saya untuk ditaruh di tempat lain, itu namanya “out of context” & itu bukan salah saya, malah bisa dikategorikan kriminal Keenam, bisa jadi saya “tidak benar2 tahu tentang program sosial ini,” tapi kembali, lalu yang mengeluh maupun menulis surat di MK ini apa juga “tidak benar2 tahu”? Ketujuh, di atas anda mengomentari (menyalahkan?) orang yang menulis kata “insentif”. Lah bukannya program ini juga mengedepankan kata tersebut? Lalu apa salahnya peserta menanyakan hal tersebut, karena “ilmu” nya memang bisa langsung didapatkan instan saat itu juga, tapi yang pake huruf depan I itu mesti nunggu dikasih, makanya ybs minta. Kedelapan, anda mengatakan bahwa peserta yang ngomong bahwa program ini amburadul = ikut ambil bagian dalam ke-amburadul-an tersebut. Nah untuk hal ini, karena saya bukan peserta, maka saya akan tunggu para peserta saja untuk mengkomentari hal ini. Log masuk untuk Membalas
Muhammad3 Agustus 2020 - (12:26 WIB)Permalink Rencana tindak Lanjut inilah yang mestinya kalian semua para peserta terapkan. Semoga makin sukses ya mba’ @Rini Log masuk untuk Membalas