Corona, Gojek dan Driver

Assalamualaikum wr wb.

Langsung aja ya?

Saya pekerja swasta. Gojek adalah sambilan. Sebelum kerja, setelah sarapan, setengah 06 pagi saya on bid sampai jam 08 pagi. Lumayan dapat 2-4 order (biasanya ride, nganter anak-anak sekolah, kadang dapat food). Setelah pulang kerja, habis magrib dan makan malam saya on bid lagi, sampai jam 21 kadang 22. Dapat 2-4 order juga. Secara ekonomi, efeknya benar-benar terasa, khususnya sebelum pandemi covid 19.

Alhamdulillah. Terima kasih GoJek.

Saya selalu menjaga performa saya 100%. Hanya sekali dua saya meng-cancel order yang masuk. Biasanya karena titik order tidak sesuai dengan aplikasi atau dapat order fiktif. Bisa dilihat di sistem sampeyan bro and sis (Baca: GoJek).

Sabtu saya ngbid full. Targetnya 100-150k. Jika sudah tercapai, saya off. Ga peduli masih siang atau sore. Minggu saya off bid. Maklum bro and sis, badan dan pikiran butuh istitahat dan refreshing juga ⛾?. Daily activities sebelum pandemi ya seperti itu.

Masa pandemi. Ceritanya jadi lain ???

Di awal PSBB saya dapat undangan kartu pra kerja dari GoJek. Formulir saya isi apa adanya; bahwa saya adalah pekerja swasta dan GoJek adalah sampingan. Saya tetap berharap mendapatkan insentif tersebut. Karena secara logika; di tengah PSBB, orderan tidak mungkin berjalan normal.

Kenyataannya; sampai di gelombang terakhir saya tidak lolos. Saya tidak tahu apa yang menjadi kriteria bahwa driver ini berhak dan yang lain tidak terhadap insentif program tersebut. Apakah karena (di formulir kuisioner) saya menconteng sebagai pegawai swasta dan GoJek adalah kerja sampingan? Saya gak tahu.

Sekadar berandai-andai: Bagaimana seandainya jika kuisioner itu kami isi bahwa kami adalah driver tetap?

“Loh…loh…loh…kok jadi kami? Jadi jamak? Tadi kan pakai saya. Artinya tunggal dong.”

“Yang jujur ternyata banyak juga bro, bukan cuma gua aja, jadi ya…gua pake kami. Bukan saya.” ??

Lanjut ya?

Apakah kami akan mendapatkan insentif itu? Saya rasa belum tentu juga. Pertanyaan berikutnya: bagaimana Pemerintah memverifikasi bahwa kami adalah driver tetap atau bukan? Dari data yang diserahkan GoJek? Oke, kalau memang begitu; artinya Pemerintah tahu berapa jam dan berapa rupiah sehari yang kami dapatkan dari GoJek. Apakah Pemerintah juga membaca data pendukung lain driver? Misal: berapa tanggungannya-kan ketika mendaftar menjadi mitra, kami menyertakan Kartu Keluarga. Untuk kemudian diolah atau analisa.

Ribet? Pasti. Saya aja nulis ini sampe kliyengan ?

Terlepas dari hal yang bikin saya kliyengan ? tadi. Saya coba berpositif thinking aja, bahwa ada yang lebih membutuhkan dan berhak ketimbang saya TITIK.

Saya harus bersyukur masih bisa tetap bekerja meski dengan “penyesuaian” gaji-di tengah ramainya berita pemberhentian banyak orang di berbagai sektor. Atau dirumahkan entah sampai kapan. Apakah sampai new normal? Semoga ?

Balik ke masalah order Ojol di masa PSBB, khususnya new normal.

Keluhan teman-teman driver: “Yang Gacor ya Gacor, yang Gagu ya Gagu. Terima aja bro. Mau diapain lagi?” kata beberapa driver yang sempat gua ajak sharing di WarTeg saat makan siang. (Bayar tetep sendiri2 ?). Keluhan ini yang memicu saya untuk menulis.

Oh iya. Mumpung saya ingat. Hal ini harus saya tuliskan. Untuk membantu driver di masa Pandemi ini, GOJEK mengeluarkan Program BERKAT. Penjelasan singkatnya gini: jika pendapatan driver kurang dari 75k setelah mencapai 7 poin (syaratnya start dari jam 08-20), maka kekurangannya akan disubsidi oleh GOJEK agar menjadi 75k. Dan dibayar pada hari itu juga setelah jam 20.

Bagus kan? Tentu saja.

Masalahnya adalah: sikap para driver sendiri. Ada, atau bahkan banyak? Driver yang tetap ngbid walau sudah mencapai poin minimal Program BERKAT tadi. Alasannya beragam.

Jika begitu, tidakkah ini mempersempit peluang rekan-rekannya untuk sekadar mendapatkan poin minimal Program BERKAT? Ada banyak rekan driver yang akunnya anyeb, sampai batas waktu Program BERKAT, poin ysng didapat hanya 1,5 dan 3 poin. Seharian cuma dapat 1-2 order!

Mestinya sih ada kesadaran untuk off sementara dari para driver setelah mereka mencapai poin minimal dari Program itu. Ya…setidaknya sampai jam 20.00. Setelah itu silahkan on bid lagi. Btw, ini cuma pendapat saya pribadi.

Ada 1 lagi program dari GOJEK berupa voucher makan bertiga untuk para drivernya. Ini juga saya akui sangat membantu.

Balik lagi bicara order yang sepi.

Faktornya pastilah banyak. Salah satunya mungkin sistem. Entahlah. Saya juga cuma menebak-nebak. Maklum saya gak ada basic IT, cuma berlogika saja. Hehehe…

Bicara sistem misalnya: berkaitan dengan Kartu Pra Kerja (dari Pemerintah) yang sempat saya bicarakan di atas dan Program BERKAT dari GOJEK; Apakah server GoJek atau algoritma atau sistem atau apapun lah namanya bisa “mendelay order” mereka yang sudah mencapai poin minimal tersebut? Sekali lagi seperti yang saya sudah singgung di atas tadi, setidaknya setelah jam 20.00 order mereka baru dinormalkan lagi (Baca: setelah Program BERKAT selesai).

Apakah pihak manajemen punya screening khusus untuk order terhadap driver yang sudah mendapatkan intensif yang saya ocehkan di atas? (Baca: kartu pra kerja). Jika tidak? Ya Ambyarlah ?? (insentif Kartu Pra Kerja ga dapet, insentif Program BERKAT juga lewat)

Faktor lainnya (baca :yang membuat order sepi) adalah;

Sebagian driver bisa ‘pegang’ 2-3 akun GOJEK. Entah punya anaknya, ipar, teman, tetangga atau akun sewaan. Soal sebagian driver juga punya akun kompetitor sebagai antisipasi jika akun GOJEKnya anyep, itu sudah jadi rahasia umum di kalangan driver.

GOJEK juga memberikan punishment yang terlalu ringan terhadap driver yang memakai aplikasi oprekan, dan titik GPS palsu (tuyul). Mestinya peringatan 1 adalah skor selama 1 hari (jika didapati memakai aplikasi2 tadi). Peringatan keduanya skor 3 hari. Peringatan ke 3 ya langsung diputus kemitraannya. Kejam? Tidaklah. Ini demi keadilan bagi driver ojol.

Sebenarnya GOJEK sudah meluncurkan sisitem verifikasi muka untuk driver sebelum mereka on bid. Sudah diberlakukan bertahap (salah 1 cara GOJEK merespons realitas negatif di lapangan para mitranya). Ini juga harus saya apresiasi ??. Supaya verifikasi muka lebih maksimal, paksa driver melakukan verifikasi muka secara periodik. Caranya? Log Out kan akun driver dari server secara periodik (per minggu atau per 2 minggu). Bukankah verifikasi muka adalah langkah antisipasi dan untuk meminimalisir agar driver bisa berbuat curang?

Huft…nulis ini kopi saya sampai dingin bro ?

Penutupnya gitu ajalah. Yo wes, saya pindah titik dulu. (Sesuai petunjuk dari GOJEK; jika sudah 30 menit di satu titik tidak mendapat order disarankan agar pindah ke titik lain ??)

Salam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ✊

Note: awalnya surat ini akan saya kirim ke CS GOJEK, tapi akhirnya saya berubah pikiran dan mengirimkannya ke sini.

Tommy Ramadhani
Bandung-Jawa Barat

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

5 komentar untuk “Corona, Gojek dan Driver

  • 12 Juli 2020 - (22:57 WIB)
    Permalink

    Kayaknya bpk ada bakat tersembunyi untuk menulis nih, bisa dilanjutkan pa. Terkait ojek, saya sudah beberapa kali menulis komentar, kenyataannya terlalu banyak driver dan pangsa pasar orderan yg hanya seberapa. Kalau diibaratkan, pangsa pasar ojek ada 1.000 tapi drivernya ada 100.000. Semua driver berebutan. Kalau ingin peduli sesama driver, ambilah jalan keluar yg paling baik: cari mata usaha lain…percayalah anda2 yang bisa berpikir lebih pasti akan lebih sukses dari tmn2 yang ngotot trs jd driver. Kalau di masa sulit begini aja bisa usaha meski kecil2an apalagi kalau ekonomi membaik.

    • 6 Agustus 2020 - (15:34 WIB)
      Permalink

      Salam keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (kata bpke)
      Keadilan itu relatif kadang adil menurut kita blm tentu menurut yang lain
      Lha kalo mo adil,,,knp bpk yg sdh dpt penghasilan dr pekerjaan swasta masih ngebit jg, bgmn dgn rekan driver bpk yg full ngbit seharian Krn gojek adalah penghasilan utama bagi mereka
      Mungkin masih ok di waktu dl (sblm pandemi)
      Nah skarang nih keadaan sdh kyk gini dmn hmpir smua driver gojek d sluruh wil Indonesia tercinta ini menjerit,,,,
      bpk masih enakan bisa dpt penghasilan utama dr pekerjaan swasta
      Adilkah menurut driver gojek yg full ?
      Dimana hati nurani bpk ?
      Masih nuntut kartu prakerja jg ?
      Smua org pny hak utk kehidupan yg layak tp kita Indonesia pny teposliro yg gk dimiliki bangsa lain
      Tlg pikirkan
      Seharusnya PT GI seleksi by sistem driver utama dan driver sampingan

      Salam satu aspal

      • 7 Agustus 2020 - (00:01 WIB)
        Permalink

        Anda ngayal dr mana..dimana sy bilang sy driver..kalo mantan iya dulu banget. Ya jelas menjerit driver ada 100.000, order cuman 1000. Lain kali budayakan baca dgn baik ya. Saya kasih solusi bukan kritik. Kembangkan spirit usaha anda dan jgn mau jadi kacung gojek/grab. Udah diperes smp abis masih dibela, gimana.

  • 7 Agustus 2020 - (00:00 WIB)
    Permalink

    Anda ngayal dr mana..dimana sy bilang sy driver..kalo mantan iya dulu banget. Ya jelas menjerit driver ada 100.000, order cuman 1000. Lain kali budayakan baca dgn baik ya. Saya kasih solusi bukan kritik. Kembangkan spirit usaha anda dan jgn mau jadi kacung gojek/grab. Udah diperes smp abis masih dibela, gimana.

 Apa Komentar Anda?

Ada 5 komentar sampai saat ini..

Corona, Gojek dan Driver

oleh Tommy dibaca dalam: 4 menit
5