Erafon Mencatat Nomor Kartu Debit Konsumen

Pada tanggal 19 Desember 2020 kemarin saya membeli sebuah produk dari Erafone di cabang Padang yaitu Samsung Note 20 Ultra. Tepatnya di Plaza Andalas Padang. Saya merasa ada yang janggal pada pembelian.

Semenjak saya beli, baru tadi saya sempat memeriksa kelengkapan yang ada di dalam dus ternyata ear tip cadangan buat handset tidak ada. Apakah kesalahan pabrik atau kelalaian karyawan Anda? Saya rasa waktu unboxing di toko terekam kamera cctv.

Pembayaran saya lakukan dengan cara debit dan cash. Namun setelah transaksi kartu saya tidak langsung diberikan ke saya. Melihat ada yang janggal saya dekati kasir ternyata nomor pada kartu debit saya telah dicatat, padahal pihak bank melarang untuk memberikan nomor kartu debit ke siapapun.

Saya sempat melarang karyawan erafon untuk jangan menulisnya, namun mereka berkata ini prosedur toko. Apakah benar ini kebijakan Toko Erafon?

Saya harap ini bisa di tinda lanjuti. Memang sepele tapi ini sangat fatal terhadap perlindungan konsumen.

Terima kasih.

Adek Saputra
Bukittinggi, Sumatra Barat

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Tanggapan Erajaya Terhadap Keluhan Bapak Adek Saputra

Terimakasih atas informasi dan masukkannya. Sehubungan dengan dimuatnya Surat Pembaca dari Bapak Adek Saputra pada tanggal 21 Desember 2020, dengan...
Baca Selengkapnya

34 komentar untuk “Erafon Mencatat Nomor Kartu Debit Konsumen

  • 21 Desember 2020 - (11:46 WIB)
    Permalink

    Memang sih itu terkadang masih menjadi prosedur bagi merchant yang menggunakan EDC yang tidak terintegrasi, mungkin ini untuk mencocokkan data. Saran saya 3 digit CVV yang ada di sisi belakang kartu Anda tutup atau hilangkan, namun simpan dulu di arsip seandainya nanti mau dipakai untuk transaksi online. Lebih baik hindari belanja menggunakan debit card jika kartu dipindahtangankan (misal kartu dipegang oleh petugas kasir untuk digesek), lebih aman dengan credit card (jika Anda punya). Kalaupun terpaksa menggunakan debit card, gunakan debit card khusus, dengan alokasi dana terbatas. Misal Anda pakai debit card dari bank A, pastikan rekening yang terhubung ke kartu itu dananya terbatas, katakan hanya diisi 5 juta untuk beli HP. Kalau semua duit Anda taruh di rekening itu, dan rekening Anda dibobol karena kebocoran data debit card tadi, wah bisa nangis.

    13
    1
    • 21 Desember 2020 - (16:06 WIB)
      Permalink

      Maaf skrng sudah tidak gesek lagi, sudah pakai chip. Bagi yg masih punya atm belum menggunakan chip hati menggunakannya, itu mudah sekali di skimming. Segera ganti pakai chip. Datangi bank penerbit minta ganti kartu. Beberapa bank gratis, beberapa dikenakan biaya 10rb an. Terus pencatatan nomor kartu itu sudah biasa. Di supermarket atau lainnya memwng spt itu. Yg jelas itu untuk mencocokkan data transaksi. Ada yg ditulis manual ada yg di input lewat mesin kasir.

      • 22 Desember 2020 - (09:05 WIB)
        Permalink

        Emang bgtu pak..blnja d erafone..mereka buat ke finance jg…dan klo ad ap2 mreka bs cek…slama ini sih sya bnlja d erafone aman2 aj yah

  • 21 Desember 2020 - (20:16 WIB)
    Permalink

    @adek saputra

    1. Apakah anda Orang Kaya Baru.?
    2. Apakah anda Orang yang baru punya Kartu Debit.?
    3. Apakah Kartu Debit itu punya orang lain, dan anda cuma minjam saja.?
    4. Apakah anda seorang anak kecil yang baru di pegangin Kartu Debit oleh ortumu.?

    Anda tuh Memalukan banget,

    [Erafone mencatat nomor kartu debit konsumen]

    Coba anda tes belanja di tempat lain. Seumpama anda belanja di Indomaret, nomor kartu debit anda pun pasti dilihat kasir, diketik dan diinput di mesin kasirnya.

    Itu memang Prosedur dari jaman dulu.

    Mengenai Karet Earphone Cadangan itu, sudah jelas belinya dimana tokonya ada, kenapa komplainnya ke Media Konsumen. Ya harusnya datangi lagi Toko itu. Datangi, tunjukan nota dan bicarakan langsung di toko itu. Pasti di Respon.

    Kecuali jika anda sudah komplain di toko itu, dan kecewa tidak direspon. Baru deh anda bisa cerita ke media tentang karet earphone yang tidak di ganti.

    Mentang mentang punya HP baru jadi Mager. Tanpa pikir panjang langsung ngeluarin unek unek di Media. Tanpa cari tahu sana sini sudah buru buru koar koar di publik. Memalukan.

    31
    15
    • 21 Desember 2020 - (21:03 WIB)
      Permalink

      Keterbatasan saya menulis.saya tertarik membalas pesan anda.hahaha orang dalam kayaknya ???.jadikan perbaikan bukan ngebacot.sedikit saja ya karena anda tidak berada disana.awalnya saya mau membayarnya dengan kartu kredit.dikarenakan limite kartu saya gak cukup.cuma karena teman yang saya bawa ada dia membawa cash makanya saya memilih debit dan sebagian cash.jadi 2 kartu saya debit dan kartu kredit dipegang oleh karyawan tersebut.coba lihat rekaman cctv.mengenai komplain saya sudah komplain saat itu juga.kenapa kartu saya dicatat tanpa sepengetahuan saya berulang kali saya bilang hingga saya foto slip pembayaran tersebut.karena dibilangnya ini prosedur makanya saya biarkan.anda baca judulnya gak.ada kata yang sangat menyudutkan disana.masalah eartip.itu cuma masalah perbaikan dalam layanan.anda sekolah…? Dari bicaranya gak kayaknya ?.apa orang kaya baru..???.emosi amat orang dalam ya ???

      7
      22
      • 21 Desember 2020 - (21:46 WIB)
        Permalink

        Selama no CVV belakang kartu tidak di catat itu tidak masalah, karena no kartu harus di catat untuk validasi perbankan…
        Itu udah hal lumrah dari jaman dulu di supermarket di manapun…

        13
    • 21 Desember 2020 - (23:07 WIB)
      Permalink

      Anda tidak memberikan tanggapan yang berarti, seperti tanggapan anak2.
      Jauh lebih baik tanggapan yang diberikan oleh saudara Setiawan & Hery Mulyanto, mereka lebih dewasa dalam menanggapi & memberi saran.

    • 21 Desember 2020 - (23:10 WIB)
      Permalink

      @Muhammad,

      Anda tidak memberikan tanggapan yang berarti, seperti tanggapan anak2.
      Jauh lebih baik tanggapan yang diberikan oleh saudara Setiawan & Hery Mulyanto, mereka lebih dewasa dalam menanggapi & memberi saran.

      3
      1
    • 22 Desember 2020 - (09:22 WIB)
      Permalink

      @muhamad. Yg diperlukan adalah saran membangun atau solusi buat masalah . Kenapa judge nya sampai bgt amat . Kalo emang ybs orang kaya baru ataupun kartu nya minjem. Emang bikin anda repot ?
      Bijak lah memberi solusi , bkn seperti jawaban anda.

      7
      1
    • 22 Desember 2020 - (09:42 WIB)
      Permalink

      Ini bukan judge seperti anak kecil tapi lebih tepatnya ke gaya bahasa sarkas, dan saya setuju dengan komentar seperti ini.

      Bukan berarti mengejek tapi lebih ingin “menampar” si pembuat thread di media konsumen ini, bahwa jangan terlalu mudah menyalahkan suatu pihak hanya karena ketidaktahuan anda, do research first before you complaint. Dari gaya bahasa penulis thread ini pun saya juga bisa menyimpulkan tipikal netizen suka lempar keributan, waktu ada yg menanggapi secara kritis bakal dibilang “gitu aja baper”.

      Setidaknya @Muhammad memberi informasi penting supaya si pembuat thread paham tanpa perlu menunggu wangsit dari pihak Erafone.

      13
      1
    • 22 Desember 2020 - (12:53 WIB)
      Permalink

      Gak ada sih yang melarang orang menyampaikan pendapat di muka publik. Malah dijamin undang-undang . Selama yang disampaikan tidak mengandung konten SARA dan ujaran kebencian. Menurut saya sah-sah saja dia menyampaikan keluhan di MK ini. Hanya saja terhadap masalah ini yg bersangkutan
      sangat protektif. Tapi bagus juga buat kewaspadaan.

    • 22 Desember 2020 - (18:38 WIB)
      Permalink

      Maaf yah sekarang peraturannnya sudah tidak ada gesek di mesin kasir dan catat nomor kartu. Saya belanja bulanan di supermarket yang bayarnya menggunakan debit tidak ada lagi hal seperti itu. Tolong jaga tuh tulisannya. Sok2an

    • 22 Desember 2020 - (18:56 WIB)
      Permalink

      @mmd. Kaya nya iya sih bang TS nya apa yg lo pikir ? bukan nya kroscek tanya ke toko dulu malah curhat di media.. kebiasaan carmuk kali

      1
      1
  • 21 Desember 2020 - (22:04 WIB)
    Permalink

    Sepertinya benar apa yang dikatakan @Muhammad bahwa anda orang kaya baru. Beli Samsung Note 20 Ultra aja gak cukup limit kartu kreditnya.

    Kalau dilihat2 dari gaya penulisannya sih….. hmmm hmmm bukan orang intelektual atau miminal bergaul sama orang orang yg pinter gitu. Habis tanda baca titik (.) itu mesti menggunakan space dan dimulai dengan kalimat baru yg ditandai dengan huruf besar. Kalau typo sih wajar yah, ini mah gak bisa nulis.

    @Muhammad dibilang orang dalamnya Erafone. Bapak ini pelawak ternyata.

    15
    3
  • 21 Desember 2020 - (22:23 WIB)
    Permalink

    yg pasti semua transaksi elektronik (menggunakan kartu) ya spt itu, pasti d catat, kalau mau aman ya pakai cash aja ga akan ada catat mencatat…saya sendiri sudah 5 tahun yaa sbg pekerja yg menggunakan edc dan sbg consumen, yg penting mereka tidak mencatat secara manual misal tulis tangan atau bahkan meng copy fisik kartunya karena itu rawan fraud, kalau di ketik di mesin kasir sih harusnya sistem akan meng-enkripsi data transaksi kita, jd si kasir ga bakal bisa akeses ke nomor seri kartu debit/kredit yg sudah di transaksikan

  • 21 Desember 2020 - (22:48 WIB)
    Permalink

    Buat yg bilang gpp kartu kredit/debit digesek 2 kali, baca ini: https://www.google.nl/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/906525/bi-ancam-black-list-toko-yang-gesek-dua-kali-kartu-kredit

    Praktek itu dulu memang sering dilakukan oleh merchant, tapi udah dilarang BI dari tahun 2017. Intinya data kartu tidak boleh dibaca selain oleh mesin EDC, termasuk disalin tulis tangan.

    Sy pernah pengalaman waktu itu di sebuah supermarket besar, nomor kartu kredit sy disalin sama kasirnya dan dia seperti menghapal CVV yg di belakangnya. Sy protes, dia bilang buat mencocokkan transaksi katanya. Eh malamnya kartu kredit sy kena fraud di sebuah marketplace. Sayangnya marketplace tsb gak mau ngasih tau identitas pelakunya, jadi sy gak ada bukti. Tapi sy yakin itu pelakunya si oknum kasir tsb.

    5
    3
    • 21 Desember 2020 - (22:52 WIB)
      Permalink

      Itu namanya Fitnah… Tidak ada bukti tapi langsung asal nuduh…
      Tidak baik itu seperti itu…

      4
      2
  • 21 Desember 2020 - (23:31 WIB)
    Permalink

    Saya sebagai tiketing di perusahaan penerbangan.memang utk pembayaran yg combine,harus dicatat juga nomor debitnya.tp selama CVV tidak diketahui,tetap aman aja pak.hehehe.menggabungkan pembayaran dari 2 type antara credit ato debit dan cash memang perlu data yg akurat,karena akan berefek ke laporan closing penjualan.semoga bermanfaa
    t

    6
    1
  • 21 Desember 2020 - (23:37 WIB)
    Permalink

    Lah kalo gak dicatet gmn validasinya entar? Cmiiw
    Nanti lagi kalo beli hape, ambil aja dulu uangnya dari atm, simple
    Atau beli online aja tinggal tunggu di rumah hehe

    4
    1
  • 22 Desember 2020 - (07:49 WIB)
    Permalink

    Intinya selama hanya nomor kartu saja gpp asal bukan no cvv yang di belakang kartu, tapi masalah nya kita mana tahu no cvv di catat juga apa tidak, ya lebih baik bayar cash apa e-money

    4
    1
  • 22 Desember 2020 - (07:57 WIB)
    Permalink

    Sy bekerja membuat sistem utk perusahaan, mencatat nomor kartu memang sering dilakukan dan ini normal, yg penting cvv terlindungi.

    Tapi kl dibilang harus jawabannya tidak. Untuk laporan atau pencocokkan data cukup 4 digit belakang dan nomor transaksi saja yg sudah tercetak di struk bank.

    Nomor kartu sering dicatat utk mempermudah pengecekan jika terjadi masalah.

    5
    1
  • 22 Desember 2020 - (08:16 WIB)
    Permalink

    Kartu debit bapak saya rasa ini kartu ATM biasa, jadi tidak akan bisa melakukan transaksi non fisik “tanpa kartu”. Meskipun mereka tahu nomor rekening dan vcc dan lainnya, tetap tidak akan bisa karena kartu ATM bapak hanya bisa digunakan transaksi secara fisik “dengan kartu”. – Tolong dibenarkan jika salah.

    Untuk keamanan harap tidak memberikan kode OTP kepada siapapun.

    • 22 Desember 2020 - (10:39 WIB)
      Permalink

      Tidak semua ecommerce menggunakan OTP utk transaksi.
      Pengalaman saya belanja di salah satu ecommerce di indonesia setelah memasukkan data CC, yang biasanya diarahkan ke halaman 3d-secure, ini malah lgsg berhasil. Apalagi ecommerce Luar Negeri, rata-rata tidak melalui halaman 3d-secure (tidak pake OTP).
      Komplain ke pihak merchant dilempar ke bank, begitu sebaliknya. Jika “maling” mencatat no kartu dianggap wajar, pdhl menghapalkan no kartu itu lbh susah drpd menghapal cvv dan exp date lho. Berbekal no kartu yg panjang, dan memori menghapal, sudah sgt berbahaya juga. Memang serba salah ya. Harus hati-hati dan memperhatikan gerak gerik org yang memegang kartu kita. Dan jangan pernah menyimpan no kartu di ecommerce manapun.

  • 22 Desember 2020 - (08:55 WIB)
    Permalink

    Membantu memberikan sedikit pencerahan karena sepertinya terlalu banyak komentar tidak relevan yang isinya hanya judge bahkan tidak bisa membedakan antara debit dan credit, what a shame.

    Untuk pencatatan nomer kartu debit dan credit secara MANUAL ( input manual ke sistem) hal ini tidak ada pelarangan baik oleh BI maupun bank penerbit kartu debit / kredit. Untuk metode yang tidak diperbolehkan oleh BI adalah swipe kartu ke mesin selain EDC yaitu biasanya mesin kasircatau biasa di sebut double swipe. Dimana praktik ini sempat marak sebelum tahun 2017, dan rawan pencurian data nasabah.

    Namun bila anda masih merasa tidak nyaman dengan permasalahan ini, bisa menghubungi pihak bank yang anda gunakan atau pihak Bank Indonesia.

    2
    2
  • 22 Desember 2020 - (09:40 WIB)
    Permalink

    kok malah ky anak kecil y komentarnya.
    bukannya kasih jalan keluar masalahnya, eh malah kata2in yg curhat.
    ini bukan wadah untuk nge judge and bully orng.
    klo emang merasa ngerti, ya jelasin aja ke beliau.
    ketahuan bgt y kapasitasnya.

  • 22 Desember 2020 - (10:58 WIB)
    Permalink

    Menurut saya anda ini yg terlalu lebay dan urakan.
    Pertama jikalau anda merasa itu bahaya laporkan pihak toko ke bank atau ke lembaga bersangkutan bukan langsung bikin ocehan seperti ini yg ujung-ujungnya malu sendiri karna keterbatasan pengetahuan anda sendiri.

  • 22 Desember 2020 - (11:23 WIB)
    Permalink

    Ciee yang hp baru mau pamer malah dibully.
    1. Kalo duit gak cukup gausah banyak gaya.
    2. Sering² belanja pake kartu biar ngga salah paham. Orang komen dikit² disebut “orang dalam”. Kebiasaan jalur blakang sih lu.
    3. Ngetik erafone aja kurang “e” jadi erafon.
    4. Yakali lu beli hp mahal eartip aja ribut dimari.
    5. Kalo udah bingung gabisa make boleh sini ane bayarin.

    5
    2
  • 22 Desember 2020 - (18:56 WIB)
    Permalink

    Ha ha ha ha .. suka lucu kalo liat orang yg bikin thread..
    ada benernya juga sih klo ada yg judge macam orang begini hahaa..
    biar jadi pinter dikit,bukan maksud untuk menghina tp sebelum melakukan hal apapun research dulu baru action,jangan udh action malah ujung2nya kena bully..
    hampir rata2 di setiap merchant namanya beli baranh secara langsung dengan kartu pasti di catat 16 nomor kartu di depan,yang penting CVV nya ..
    toh klo emng ngerasa pembelian gak aman,knp ga langsung bayar cash aja ?
    klo di liat secara seksama dengan cerita yg di berikan oleh TS,gw cuman bisa nilai..
    mau gaya tp kurang duit,trs pinjem sama temen nya Cmiiiww…

  • 22 Desember 2020 - (23:44 WIB)
    Permalink

    Menurut info yang saya baca mengenai permasalahan di erafone. Pernah saya alami sendiri dan waktu saya tanya ke petugas beliau membela diri dan merasa benar dan kalaupun di laporkan ke petugas/call center erafonepun pasti akan membela diri dan setelah di angkat di media konsumen misalnya baru ditanggapi dan di respon oleh pihak erafone. Jangan pernah bilang yang belum ada alami sendiri, bilang orang lain sok atau segalanya. Saya pernah mengalami hal yg hampir serupa dan di erafone juga

    1
    2

 Apa Komentar Anda mengenai Erafone?

Ada 34 komentar sampai saat ini..

Erafon Mencatat Nomor Kartu Debit Konsumen

oleh adek saputra dibaca dalam: 1 menit
34