Surat Pembaca

Korban Tiket Transit Traveloka Tanpa Jaminan

20 Desember 2020 lalu saya berangkat ke Jogja menggunakan pesawat dari Bengkulu, beli tiket transit Jkt lalu ke Jogja, harusnya. Waktu itu pesawat transit dengan maskapai yang sama rata-rata berangkat pukul 7 pagi yang membuat saya menimbang-nimbang, karena harus swab antigen di bandara – beli tiket 19 malam, takut tak terkejar.

Setelah cari-cari di browser muncul Traveloka yang punya tiket transit hari itu juga dengan pemberangkatan pukul 11 pagi, 20 Des. Merasa tertolong dong, tapi beda maskapai.

Dan dikemudian Hari ini jadi masalah. Pihak maskapai sebut saja Lion Air BKS- CGK maskapai pertama saya menuju JKT delay. Maskapai kedua saya CGK-YIA Sriwijaya Air–telat cek in 5 menit menolak dengan dalih terlambat. Aturannya memang begitu sih. Lalu lapor pihak Traveloka jawabannya muter-muter. Dalam posisi panik saya harus terlantar sampai pukul 7 malam. Karena pihak maskapai kedua hanya bisa memberikan opsi refund uang kembali 10% dengan nominal 79K atau ganti jadwal lagi yang hanya ada tanggal 24 – sekarang tanggal 20. Dan itu sungguh sanggat tidak membantu.

Setelah beberapa kali saya mencoba menghubungi pihak Traveloka karena merasa harusnya ada jaminan perlindungan dari pihak penjual – menjual paket tiket transit, jika sewaktu-waktu drama semacam ini dialami banyak orang. Baru direspon beberapa hari kemudian, dengan dijanjikan untuk penyelesaian dari ‘tim ahli’ mereka untuk memberikan solusi. Lalu apa yang terjadi? Berhari-hari saya cuma mendapatkan jawaban bahwa tidak terjadi keterlambatan sama sekali -delay. Jadi semua hangus begitu saja? – dalam hati.

Tidak mau menyerah dong. Terus saya hubungi lagi, saya lampirkan bukti-bukti – saya punya bukti foto dan vidionya, saling crowdednya waktu itu. Yang pada akhirnya saya hanya mendapatkan jawaban, – redaksinya kurang lebih begini: “maaf kalau memang terjadi keterlambatan itu diluar otoritas kami.” ‘Njleb…’ Rasane koyo di-php tingkat dewa ‘ngono‘. Setelah harapan-harapan, minimal diakuilah salahnya.

Lah maksudku apa ini bisa dibiarkan saja? Ini salah satu paket produk loh, yang bisa membuat kesan praktis dan lebih murah. Ini customer endak merasa terlindungi sama sekali. Dan waktu itu saya tidak sendiri, ramai. Yang delay dengan maskapai sama dibantu pihak maskapainya. Sementara – waktu itu juga ada beberapa, salah satunya remaja yang wajahnya lebih panik ketimbang saya tidak punya pilihan lain. Harus refund 10% uang kembali, reschedule dengan jarak 4 hari, tetap melawan begini atau pasrah – yaweslah.

Hengkinata
Yogyakarta

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan

Tanggapan Atas Surat Pembaca Ini

Tanggapan Traveloka untuk Bapak Hengkinata

Kepada Yth., Bapak Hengkinata, Terima kasih telah menjadi pengguna setia Traveloka. Menanggapi surat terbuka yang Bapak Hengkinata tujukan kepada Traveloka...
Baca Selengkapnya

Komentar

    • Waduh. Ya tidak masalah sih jika itu menjadi sebuah pemakluman bagi sebagian orang. Buat saya yg baru pertama ngalamin ingin berbagi, kalau ini produknya ga sehat. Endak bisa dibiarkan begitu saja tanpa ada warning yg jelas, tanpa perlindungan terhadap customer yg jelas.

  • Itulah resiko beli tiket transit
    Makanya jangan mau beli tiket paket transit karna di cuaca buruk kaya gini jadwal penerbangan bisa delay kapanpun

    Mending beli tiket langsung atau beli tiket satu satu kalo beli di online
    Biar kita nya tenang dalam berangkat apalagi sekarang ada prosedur swab antigen yg memakan waktu lumayan lama
    Gpp deh nginep 1 malam di bandara dibanding tiket transit gampang hangus nya

    • Betul. Jika memang ini produk yg penuh resiko--tiket transit, terutama beda maskapai--punya resiko setinggi itu pihak penjual seharusnya minimal memberikan note warning *jika terjadi keterlamabatan bukan tanggung jawab kami. Tukang parkir saja bisa--barang hilang di parkiran bukan tanggung jawab kami. Karena jujur sebagai konsumen saya merasa dirugikan dalam 'transaksi elektronik berikut'--kutip pasal 28 at 1 UU ITE.
      Dan kenapa saya rela menyempatkan diri buat nge-up, kurang lebih karena respon yg kurang 'wel' juga dari pihak bersangkutan.

  • Karena dulu pernah kerja di bandara, jadi sedikit banyak paham apabila tiket pesawat LCC memang tidak ada kebijakan untuk mentransfer penumpang yang terlambat dari penerbangan pertama. Kecuali airline yang sama (mungkin) itu masih bisa. Beda kalau naik (misal) Garuda yang full fared, maka Garuda WAJIB mencari pesawat pengganti di penerbangan BKS-CGK untuk mengejar CGK-YIA, atau tetap naik pesawat yang sama (delay) BKS-CGK dan mencari pesawat pengganti CGK-YIA.
    Tapi mungkin yang dimaksud penulis adalah kenapa tidak ada peringatan tertulis kali ya, terkait tiket transit. Aku sendiri belum mencari tahu sih. Mungkin Traveloka bisa menjawab, apakah aturan tsb tercetak di S&K untuk tiket transit?

    • Betul sekali. Harus ada keterbukaan. Dan lagi seandainya pihak terkait meminta maaf atau menjelaskan dengan baik mungkin saya ga perlu sampai mencari pembelaan publik. Seandainya semua pihak bisa mau mengevaluasi--beneran--semua layanan akan saling pahami, yakin saya sih begitu.

  • Setau saya, beli tiket transit yang tidak 1 group penerbangan, memang kalau terjadi keterlambatan maka tidak akan ada penggantian atau tanggung jawab nya.
    Makanya saya paling menghindari membeli tiket pesawat yang harus berbeda group. Paling aman beli tiket kombinasi transit Lion-batik-wings, Sriwijaya-Nam, Garuda-Citilink.

    Mau penjual nya menjual paket transit atau tidak, untuk regulasi maskapai memang seperti itu. Jadi kita nya yang harus pintar-pintar cari informasi ke maskapai juga, kalo merasa takut terjadi apa-apa dengan delay.

    • Betul. Begitu juga harapan saya, endak ada lagi yg jadi korban, jika perlu semua customer punya moment leluasa buat paham dulu baru memilih. Lebih baiknya lagi--memang harusnya begitu--semua informasi diberikan terbuka, termasuk resiko. Semua dilayani dengan baik. Dan memang jika produk 'transit beda maskapai' termasuk yg memiliki resiko tinggi customer berhak mendapatkan warning--harusnya--. Pun termasuk pihak pengelola atau penjual harus ada evaluasi, endak bisa cuma ngejar profit. Yah saya harap harus ada evaluasi, biar ga perlu ada yg terlantar lagi.
      *Beberapa saya lihat yg lain lebih bingung, datang dari daerah, tidak memiliki kenalan dan harus terlantar.