Surat Pembaca

Hati-hati Menggunakan Layanan GoFood Pickup!

Berawal dari pesan makanan pada tanggal 24 Januari 2021 pukul 7 malam melalui GoFood Pickup. Setelah pesan menu dan bayar pakai GoPay, meluncurlah saya ke warung sate. Setibanya di sana, saya langsung mencocokkan nomor pengambilan dan menunggu makanan saya, yang ternyata belum dibuat dengan alasan belum bayar dan pemilik warungnya teriak “Kamu belum bayar, tidak ada uang masuk, ngaku-ngaku sudah bayar!”.

Saya langsung kaget, bukannya setelah pesan otomatis langsung kepotong GoPay? Akhirnya saya kasih bukti riwayat GoPay saya dan jelas saya sudah bayar. Namun saya sudah keburu malu karena orang-orang pada lihatin, dikira saya beli makanan tidak bayar. Pada akhirnya makanan saya dibuat dengan muka ketus, diberikan ke saya dan tanpa permintaan maaf sama sekali.

Inti dari kasus saya, hati-hati menggunakan GoFood Pickup, karena Anda bisa dituduh pesan makanan tapi gak mau bayar! Anehnya, pihak warung sate  tidak tahu apa itu GoFood Pickup dan tidak merasa kerja sama dengan GoFood Pickup. Padahal saya sudah kasih lihat warung sate mereka ada di GoFood Pickup. Saya sudah laporkan ke customer service Gojek, tapi jawaban mereka tidak memuaskan.

Chandri Wijaya
Jakarta Utara

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan

Belum Ada Tanggapan Atas Surat Pembaca Ini

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pihak yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Komentar

  • Gojek / gofood team sosialisasinya kurang sih. Jangankan warung sate kaya gini, shihlin dan marugame udon juga sama, kalau belum dateng orangnya ngga dibikinin. Fitur ini dipake supaya cepet ngga pake antri malah bikin lama jadinya

  • Saya juga pernah kejadian seperti ini gan, pesan makanan di grab trus saya pickup.
    Pas saya sudah di resto, pesanan saya katanya tidak ada sama sekali padahal saldo ovo saya sudah terpotong. Setelah lama pihak resto telp sana sini ternyata pesanan saya ada dan pihak resto yang salah.
    Mereka kurang pemahaman tentang penggunaan aplikasinya.

  • Kata w si pedagang sate nya ga paham yg paham cuma Abang aja,jadi dia mah ga pake pick up segala yg penting ada duit ada sate,begitu kali bang dia mau nya.

  • Terima kasih buat komentar2 dan masukan2 dari saudara2 MediaKonsumen,saya ingin perjelas lagi tentang masukan PIN saya sudah lakukan dengan anaknya si pemilik warung sate memasukan 4 angka PIN dan cocok tapi anehnya duitnya ga ada karena kata anak si pemilik warung orderan ojol langsung masuk duitnya kenapa orderan gofood pick up saya ga ada duitnya, mustinya mereka urusanya ke gojek bukan ke saya karena saya ada bukti saldo gopay saya sudah kepotong dan ada di riwayat pembayaran gopay saya dan mereka tetap merasa tidak pernah kerja sama dengan gofood pick up , saya sudah laporkan ke gojekcustomer mereka juga ga bisa jawab ,jadi menurut saya ada kelemahan di sistim pembayaran aplikasi gofood pick up.

    • Kayaknya ada bug di aplikasi yang harus dibenahi pihak gojek nih. CS mana ngerti yg beginian kalau belom ada sosialisasi di internal mereka, jadi paling maksimal mereka kasih jawaban normatif tanpa solusi memuaskan dan tentu saja bikin kesal pihak yg dirugikan.

  • sebagai aplikator,, harusnya aplikator memberikan penjelasan pengarahan petunjuk dan informasi yg dibutuhkan baik mitra food,, driver dan customer.. selama in aplikator abai bahkan terkesan terjadi pembiaran jika ada kasus antara mitra food,, driver dan atau customer..

    dr kasus pic up ini jelas mitra food yg salah.. sebagai mitra driver sy sering dibenturkan antara mitra food dan customer.. misal,, customer pesan melalui aplikasi untuk makanan di resto mitra food.. ambil contoh nasi goreng terasi.. tp sesampainya di resto,, nasi goreng terasi habis dan ada nasi goreng pengganti dgn harga sama.. sedangkan customer tidak perduli jika itu tersedia atau tidak dan tidak mau di ganti dgn nasi goreng yang lain..

    si penyedia makanan sebenarnya bisa membatalkan pesanan jika makanannya tidak tersedia atau habis.. tp itu jarang sekali terjadi pihak mitra food bersedia membatalkan orderan.. akirnya dgn konfirmasi ke customer,, mau tidak mau mitra driver yg harus membatalkan orderan dengan resiko performa menurun.. jika performa menurun,, driver akan agak sulit mendapatkan orderan selanjutnya..

    itu contoh pertama yg sering kali pihak aplikator abai dan membiarkan terjadi pembiaran yg jadi kebiasaan buruk..

    contoh kedua,, mitra driver mendapatkan orderan bike tunai,, ambil contoh dengan ongkos 10rb.. sesampainya di tujuan customer,, ternyata customer hanya memiliki satu lembar uang 50 ribu.. sedangkan driver mungkin itu orderan pertama di hari tsb atau orderan sepanjang hari belum mendapatkan tunai.. akirnya si driver memilih untuk tidak mengambil ongkos dengan resiko potongan komisi untuk aplikator tetap terpotong dari saldo driver sebesar 20% setiap orderan.. ketika driver melaporkan kejadian tersebut,, sebagai aplikator juga sepertinya tidak merespon laporan driver..

    seharusnya jika memang aplikator sudah melakukan edukasi soal laporan dari driver ke aplikator tentang mitra food atau customer,, adalah hak driver untuk mendapatkan kejelasan dan penjelasan ttg tindak lanjut pelaporannya..

    yg sering terjadi malah ketika mitra driver yg berada di pihak yg dilaporkan ke aplikator oleh mitra food atau customer lah yg sering di tindak..

    dalam kasus pick up ini,, sy mengajak pihak aplikator untuk fair dlm menjalankan apa yg menjadi tujuan utama di sediakan aplikasi seperti ini..

    dan jika ada pelaporan dr pihak manapun jangan laporan mandeg di customer service.. pihak2 yg membuat kebijakan lah yg harusnya memberikan jawaban atas keluhan pelaporan dan solusi atas permasalahan di lapangan,, bukan customer service kecuali jika customer service sudah benar2 di bekali kemampuan skill dan wewenang untuk beberapa hal kecil dalam bersikap bertindak dan menjadi pemberi solusi untuk permasalahan di lapangan..

    karena selama ini customer service hanya menjawab seadanya dan banyak kurang memuaskan tanpa solusi..

    kasus per kasus seperti ini semoga menjadikan pembelajaran bagi setiap pengguna aplikasi,, baik customer sbg user yg menerima jasa ataupun mitra aplikator sebagai pelaksana dan penyampai jasa dari aplikator kepada customer nya..

    terima kasih dan mohon maaf jika tidak memberikan manfaat..