Surat Pembaca

Ribetnya Penyandang Tuna Rungu Mengurus Rekening di Bank Mandiri

Saya adalah suami dari Widi Utami. Istriku adalah seorang tuna rungu. Dia bisa berkomunikasi dengan cara membaca gerak bibir lawan bicara. Namun, di saat pandemi seperti ini, semua petugas layanan publik menggunakan masker. Itu menjadi problem baru untuknya.

Pada tanggal 10 Agustus 2021 yang lalu, saya mengantar istri ke Bank Mandiri KCP Salatiga. Keperluannya adalah untuk mengurus rekening yang sudah tidak aktif atau tidak dapat menerima transfer.

Saat itu, antrian layanan diatur oleh petugas security. Istriku mengeluhkan kalau petugas security-nya tidak mau berkomunikasi melalui tulisan. Padahal istriku sudah menyediakan buku dan pulpen, sehingga percakapan itu tidak dapat sepenuhnya dipahami olehnya.

Setelah menunggu cukup lama, istriku diberitahu kalau rekeningnya ternyata sudah mati. Harus membuat ulang. Kami disarankan untuk kembali lagi ke sana pada tanggal 12 pukul 7 pagi, karena pada tanggal 11 bertepatan dengan hari libur. Kami tidak diberitahu kenapa tidak bisa membuat rekening hari itu juga.

Istriku cukup kesal. Sebagai tuna rungu, menunggu antrian adalah hal yang membuat hati ketar-ketir karena kuatir tidak tahu (dengar) saat nomor antriannya dipanggil. Apalagi di sana tidak ada layar monitor yang menunjukkan nomor antrian berapa yang sedang dilayani. Terlebih lagi, saat itu, entah kenapa istriku tidak diberi nomor antrian.

Pada tanggal 12, kami memenuhi arahan petugas security. Aku mengantar lagi istriku ke KCP bank Mandiri Salatiga. Hanya saja aku tidak bisa menemaninya masuk karena harus mengurus pekerjaan. Sesampainya di sana, istriku malah diarahkan untuk membuat rekening secara online. Dia pun balik lagi menemuiku yang sedang mengurus pekerjaan di food court depan kantor Bank Mandiri.

Aku terpaksa harus berhenti bekerja sejenak untuk membantu istriku mengurus pembukaan rekening baru secara online. Saat proses verifikasi data melalui panggilan video, istriku bilang kalau dia tuna rungu. Dia bertanya apakah verifikasinya bisa diwakilkan ke suaminya. Ternyata tidak bisa. Karena saat itu suasana ramai, saya tidak dapat mendengar apa yang disampaikan oleh CS secara jelas. Setelah itu panggilan diakhiri.

Setelah sampai rumah, kami mencoba minta verifikasi data lagi melalui panggilan video. Kali ini, istriku bertanya apakah verifikasi datanya bisa dibantu suami sebagai penerjemah? Petugas tampak ragu, kemudian minta ijin untuk semacam koordinasi/konsultasi. Setelah menunggu sekitar 10 menit, petugasnya datang lagi dan menyampaikan kalau verifikasi datanya tidak bisa dilakukan dengan cara seperti itu. Kami disarankan untuk langsung datang ke KCP terdekat.

Aku benar-benar merasa kecewa dengan pelayanan seperti itu. Jujur saja baru kali ini kami mengalami pelayanan yang super ribet sampai makan waktu berhari-hari.

Istriku bukanlah kali pertama mengurus administrasi di bank tanpa bantuanku. Selama ini, pengalamannya mengurus administrasi di bank lain cukup bagus. Bahkan! Salah satu cuitannya tentang “Tuli pergi ke bank di masa pandemi” sempat viral karena apresiasi publik yang luar biasa diberikan kepada petugas security yang melayaninya dengan totalitas.

Saya berharap layanan publik bisa lebih memperhatikan kebutuhan penyandang disabilitas. Kami tidak minta untuk dijadikan prioritas karena belum tentu urusan kami lebih urgent dibanding yang lainnya. Kami hanya minta bisa dilayani dengan baik.

Semoga keluhan saya ini bisa menjadi bahan evaluasi serta meningkatkan pelayanan bank Mandiri. Di luar sana banyak teman-teman kami penyandang disabilitas yang kesulitan meminta bantuan mengurus administrasi alias tidak punya support system yang baik. Tolong dipikirkan cara untuk mempermudah pemberian layanan bagi nasabah yang kondisinya seperti mereka.

Terakhir, saya ingin mengucapkan permohonan maaf jika keluhan ini dianggap terlalu lebay, mengada-ada, atau tidak sepantasnya dibuat. Sekian.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
Selamat HUT Kemerdekaan ke 76

Budairi
Salatiga, Jawa Tengah

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan

Belum Ada Tanggapan Atas Surat Pembaca Ini

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pihak yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Komentar

  • Semoga sehat selalu untuk bapak dan keluarga,dan diharapkan bagian adm apapun memiliki sistem yang lebih baik untuk mempermudah konsumen disabilitas dll

    • Terimkasih, pak. Semoga begitu, pak. Terutama layanan publik yang disediakan oleh instansi pemerintah.

  • fasilitas untuk penyandang disabilitas di indonesia memang sangat kurang, tidak hanya fasilitasnya, perlakuan pada penyandang disabilitas oleh rakyat pun tidak bagus, kerap dipandang rendah/menyusahkan.
    hal simpel seperti wheelchair access saja masih banyak yang belum punya.
    guiding block di trotoar jalan raya saja ada yang dibuat zigzag, apakah mau prank orang buta cerita nya? belum lagi dihalangi oleh orang jualan, parkir dan ada yang berujung ke lubang selokan malah.
    wheelchair parking diparkir oleh orang tidak cacat

    orang-orang tidak akan sadar akan pentingnya fasilitas2 tersebut sebelum mereka merasakan disabilitas juga, kurangnya empati adalah salah satu penyebab nya.
    bukan berarti tidak ada orang-orang, grup-grup yang sangat memperhatikan orang penyandang disabilitas, namun sangat perlu ditingkatkan kesadarannya terlebih dahulu

    • Semoga ada upaya yang lebih konkrit dari pemerintah pusat, pak. Selama ini program terkait inklusi hanya digembar-gemborkan melalui media tapi realitasnya masih banyak masih berantakan.

  • **...dianggap terlalu lebay,... **
    ==>>> ini enggak lebay koq Pak Budairi. Malah saya mendapatkan pembelajaran dari tulisan Bapak, walaupun ini ditujukan utk Bank Mandiri.

    Utk Bank Mandiri: shame on you. Posisikan istrinya Pak Budairi adalah kakak, adik, isti, suami atau kerabat anda lainnya. Mau digitukan juga? Jangan cabangnya saja yang ada dimana-mana tapi otaknya mandek.

    Saya doakan Bapak dan Ibu sehat selalu yah.
    Kalau bisa update terus yah kasusnya, biar kami2 ini tahu seberapa jauh Bank Mandiri bisa memperbaiki diri.

    Salam utk keluarga.

    • Terimakasih atas dukungannya, pak. Istriku memang aku arahkan untuk mengurus administrasi sendiri untuk memperjuangkan haknya sebagai penyandang disabilitas. Dia masih beruntung jika kepepet bisa minta bantuanku atau orang terdekat lainnya. Tapi masih banyak teman-temannya yang senasib tapi kesulitan minta bantuan untuk mengurus hal seperti ini.

  • ini masalah sepeleh ,HARUSNYA ANDA(PENULIS) MENEMANI MEMBANTU ISTRI ANDA MEMBUKA REKENING KE KCP, GAK LAMA KOK PALING 30-60MENIT KURANG.apalagi kalo km datang jam 8 bisa dapat no antri awal malah makin cepat .
    INILAH MANUSIA ANEH ,SUDAH TAU ISTRI ANDA TUNARUNGU MOHON ANDA MEMBANTU DAN JANGAN SALAHKAN ORANG . ini sama kanyak orang miskin ngeluh miskin tapi punya 3-5 ++anak,waktu ngentot lupa kalo dia miskin tapi brojol sampai 3-5++ anak terusa nanti yg disalahkan pemerintahlah,pengusaha ambil untuk banyaklah,TIDAK ADA YG MAU BANTULAH.itulah tanggung jawab orang tua ,DAN ITU PULA TANGGUNG JAWAQB ANDA KARENA ANDA YG SUDAH MEMILIH ISTRI ANDA (baik kelebihan maupun kekurangan)

    • Anda baca keseluruhan tulisan apa tidak sih??? Heran dengan makhluk macam anda. Penulis itu sudah bilang kalau mereka sudah ke CS langsung, tapi malah disuruh buka rekening online. Lalu ketika verifikasi rekening online tidak bisa ditemani suami dan malah disuruh ke CS lagi. Hadeh, otak bego begini dah.

      • ya to be fair anda juga salah tangkap kelihatannya, MEREKA bersama ke CS adalah visit pertama, visit kedua si suami tidak bisa menemani sehingga ibu harus ke CS sendirian, kemudian disuruh buka rekening online by CS, nah mksd si lucky ini kan harusnya ditemani, itu lah mksd nya

        dan memang si lucky ada benarnya, namun yang perlu diingat adalah orang tuna rungu juga punya hak dan bisa dan harus menjalankan hidup sebagai orang normal, dengan dibantu oleh fasilitas dan pengetahuan oleh rakyat. suami nya juga butuh waktu sendiri dong, emang ijin lepas kerja gampang?

        saya nda bilang anda salah mbela si penulis sih, saya herannya anda komen otak bego padahal anda sendiri salah

        • "Saat itu, antrian layanan diatur oleh petugas security. Istriku mengeluhkan kalau petugas security-nya tidak mau berkomunikasi melalui tulisan. Padahal istriku sudah menyediakan buku dan pulpen, sehingga percakapan itu tidak dapat sepenuhnya dipahami olehnya." DARI TULISAN INI ,DAN "Setelah menunggu cukup lama, istriku diberitahu kalau rekeningnya ternyata sudah mati. Harus membuat ulang. " BISA DISIMPULKAN ,istrinya masuk sendirian .kalo suaminya ikut MASUK KEDALAM BANK urusannya akan lebih cepat DAN DI SAAT ITU PULA (TGL10) mungkin dia +istrinya bisa langsung buat rekening baru (kecuali mungkin udah sore sehingga setoran sudah tutup.

        • Woy… ******* sopan lu ya kl ngomong! Punya otak ngak lu? Coba seandainya ini terjadi sama istri lu apa keluarga lu bangsat. Ngomong seenak sendiri.

      • aduh ANDA YANG TIDAK BACA , KAN DIA TULIS AWALNYA DIA+ ISTRINYA ke bank tgl 10 krn tgl 11 (itukan libur nasional ya ) jadi disuruh tgl 12 !!! NAH TGL 12 ISTRINYA SENDIRI YG PERGI bank terus dia disuruh daftar online ,PAS VERIFIKASI tunarungu memang tidak akan bisa apalagi kalo mau di wakilkan atau pake bantuan . STOP orang2 yang suka mengeksploitasi KEKURANGAN KEMISKINAN hanya untuk mendapatkan iba !!!!!!
        LAGI PULA KALO BERDASAR CERITANYA TGL 10 ITU KEMUNGKINJAN ISTRINYA SEORANG . jadi ngerti masalahnya dimana , HARUSNYA DARI AWAL SUAMINYA MENEMANI BIAR MUDAH URUSANNYA !! sekian terima kasih

    • Buset pake capslock. Reply nya biasa aja gan. Jgn seperti itu. Di baca pelan2 gan pahami dulu.

  • Paradoks,,
    Disatu sisi, kalau tidak ditulis disini, maka tidak akan ada evaluasi mengenai peningkatan pelayanan kaum disabilitas pada lembaga pelayanan masyarakat.

    Disisi lain, akan lain cerita jika sejak awal istri Anda didampingi untuk berurusan. Sejauh yang saya tangkap peran mas sebagai suami hanya "mengantar" bukan "mendampingi/menemani" disaat hari pertama dan kedua saat urusan krusial di Bank. Anda membiarkan istri Anda yang disabilitas berurusan administrasi sendiri, minimal paling tidak Anda mewakilkan orang terdekat untuk menemani istri Anda. Kadang urusan perbankan agak sedikit teliti.

    Akhirnya, semoga pesan surat pembaca ini, bahwasanya kita harus lebih perhatian dan meningkatkan pelayanan terhadap kaum disabilitas pada pelayanan publik (tidak hanya di Bank tp seluruh akses pelayanan publik) tersampaikan.

  • Media konsumen jadi ajang bully. Entah kenapa kolom komentar pun diberikan tanda jempol keatas dan kebawah. Herannya banyak yang tidak bisa membantu tapi ikut membully.

  • Tidak ada empati dari komentar dua bapak2 diatas. Cocoknya pake rok aja. Lebih baik diam kalau merasa terganggu dengan keluhan konsumen cari situs website lain.