Surat Pembaca

Bagian Penagihan Bank Mega Menagih Pihak yang Tidak Berhutang

Dear Media Konsumen,

Surat ini saya tujukan kepada Pimpinan Pusat Bank Mega Tbk Jakarta, perihal keluhan dan keberatan saya atas penagihan telepon oleh pihak debt collector Bank Mega.

Seminggu ini saya sudah diteror oleh bagian penagihan Bank Mega an Dede/Dedi tepatnya sejak tanggal 20 Agustus 2021 dengan cara menelepon ke no HP saya, menelepon ke kantor cabang tempat saya bekerja dan bahkan menelepon ke Call Center kantor pusat saya bekerja (seperti gambar berikut).

Saya bukan nasabah Bank Mega, dan saya tidak memiliki kartu kredit di Bank Mega. Yang memiliki hutang adalah ibu saya, namun saya yang dikejar oleh debt collector. Bahkan pihak Bank Mega pada tanggal 25 Agustus 2021 menelepon ke kantor cabang saya dan ingin langsung berbicara dengan Kepala Cabang.

Yang memiliki hutang adalah Ibu saya an Katrin Ginting, pihak debt collector sudah menelepon Ibu saya dan pihak debt collector sudah berbicara terkait solusi dari hutang tersebut, namun pihak debt collector tidak puas dengan solusi yang ditawarkan dan malah mengejar saya anaknya yang bahkan bukan nasabah Bank Mega.

Saya tidak tahu bagaimana pihak debt collector Bank Mega sampai bisa memiliki kontak saya bahkan menghubungi kantor saya, namun ini sangat tidak beretika karena sudah mengganggu pekerjaan bahkan kehidupan pribadi saya.

Karena ini saya mohon Bank Mega untuk menindaklanjuti pihak debt collector agar menghubungi Ibu saya selaku pihak yang memiliki hutang. Bukan meneror ke saya selaku anaknya.

Sekian surat pembaca ini, saya mohon klarifikasinya dari pihak Bank Mega pusat.

Hormat saya,

Clarinta Davina Tarigan
Bandung, Jawa Barat

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan

Tanggapan Atas Surat Pembaca Ini

Tanggapan Bank Mega atas Surat Ibu Clarinta

Kepada Yth. Redaksi mediakonsumen.com Sehubungan dengan surat yang disampaikan oleh Ibu Clarinta Davina Tarigan di mediakonsumen.com pada Hari Kamis Tanggal...
Baca Selengkapnya

Komentar

  • ini cuma tebakan saya aja ya.
    berhubung ini urusannya sama orangtua justru malah dimanfaatkan dengan kata "situ kan anaknya masak ga mau bantu...dasar durhaka loe" kurang lebih omongannya kek gitu.

    Tetapi.. coba klo itu saudara , apa kamu ga bakal dicari juga ?....
    klo saya yg jawab BULLLLL SHittttt....pokoknya selama situ ada hubungan sama pihak pertama(yg utang)...pasti dicari dan disuruh ikut bayar lah atau disuruh ikut selesaikanlah, jelaskanlah (dengan alasan...bla...bla yg bullshit).

    saya juga pihak ketiga entah dari bank apa (memang saya remehkan saja dan ga saya cari tahu) mengalami nasib serupa karena saudara saya berhutang.
    ini cara yg saya lakukan,
    1. sejak awal sebelum ada tagihan atau pemberian kredit, bank ga pernah menggubris keberadaan saya sbg pihak ketiga walaupun saya saudaranya , begitu giliran ada hutang, saya pakai cara sama seperti bank waktu diawal, yaitu tidak saya gubris juga.

    2 sewaktu nagih walaupun tau saya ga hutang tapi saya tetap diperlakukan layaknya orang utang, saya balas pakai cara sama,
    dan memang ga ada urusan kerja, tagihan nota pun juga salah, saya perlakukan balik dia sebagai Penjahat yg Malak / Modus.

    Justru penggunaan kata "Kamu Keluarganya" tidak membuat posisi saya merasa lemah. Kata itu justru memperkuat posisi saya dengan MINDSET "Loe siapa ? / Loe ga ada urusan bisnis sama saya / Itu bukan urusan Gue"
    Sama sekali saya ga ada kepikiran buat bayarin utang orang(saudara) / jadi BUDAK buat urusin kerjaan nagih loe.

    terkadang saya juga jawab " Saya bayarin pakai daun / rumput" , ini mengingat nagih pakai nota orang lain bisa (walaupun keluarganya) , yah (pihak ketiga/saudara) bayar pakai daun juga boleh dong.

    Tapi cara saya ini ga semua orang bisa pakai, karena kamu seorang wanita sebaiknya telpon polisi bilang klo ada Penjahat/preman yg MALAK / Modus.(ingat notanya salah artinya kamu sedang diPalak)
    Ingat MINDSET nya ===
    sejak awal sebelum pemberian kredit, RULE nya adalah pihak ketiga(walaupun keluarga) tidak ada urusannya sama sekali , Sewaktu giliran nagih JANGAN MAU MINDSET ini DICUCI OTAK bahwa pihak ketiga harus ikut. Tetap berpegang pada RULE AWAL JANGAN MAU DIRUBAH.

    Sekarang ini ibaratnya posisi kamu adalah Banknya sedangkan yg datang nagih adalah nasabah keluarga yg komplain... Karena peran mu sekarang ini sebagai Bank nya tentu kamu yg harus membuat Rule dan harus diikuti oleh nasabah.

    Ini sharing dari saya. kalo kamu yg mengalami nasib serupa tidak sendiri.
    kamu bebas tentukan sendiri apa yang mau dilakukan/dipilih.
    setiap pilihan pasti ada Pros / Cons.
    pikirkan baik" sebelum memilih.

    • Mlm....gimana kalau kita buat perkumpulan agar bank Mega tidak mengeluarkan lagi produk kartu kredit…jadi hanya bank BUMN yg mengeluarkan kartu kredit. Kalau minat DM email saya yaa

  • Baru saja mertua saya mengalami hal yg serupa dengan pengalaman ibu di atas.. di kata2in dan dihina di depan rumah.. yg hutang adalah kakak ipar saya yg sudah lama tidak tinggal di rumah (sudah pindah rumah)..