Surat Pembaca

Koi Sang Simbol Keberuntungan, Jadi Primadona Blitar

Koi, ikan yang sering ditemui sebagai penghuni kolam taman karena keindahan warnanya ini, merupakan ikan yang berasal dari negara Jepang. Sehingga tak heran apabila ikan yang dipercayai sebagai lambang pembawa hoki ini, diklasifikasikan sebagai ikan hias. Tak hanya dinikmati keindahannya, namun Ikan Koi juga memiliki nilai komersial yang tinggi. Saat ini banyak bermunculan pebisnis pada komoditi ini entah sebagai pembudidaya, distributor, atau sekedar sebagai kelompok penggemar pada pentas ikan Koi.

Salah satu daerah sentra ikan Koi terbesar di Indonesia adalah Kabupaten Blitar. Menurut data BPS, sub sektor perikanan menyumbang nilai PDRB Kabupaten Blitar sebanyak 4,83 persen pada tahun 2018. Salah satu komoditi subsektor perikanan yang menjadi produk unggulan di Kabupaten Blitar adalah ikan hias khususnya ikan Koi.

Memiliki kondisi geografis dekat dengan Gunung Kelud yang merupakan gunung berapi aktif, ternyata memberikan banyak keuntungan untuk Kota Proklamator ini. Diantaranya adalah struktur tanah yang cukup subur, memiliki sumber mata air yang melimpah dan jernih, banyak dilalui sungai, dan hawa yang cukup sejuk. Kondisi demikian mirip dengan habitat asli ikan Koi di Jepang. Lingkungan alam pembudidayaan berpengaruh dalam proses pembentukan warna pada ikan Koi. Hal inilah yang menyebabkan ikan Koi yang dibudidayakan di Blitar memiliki keunggulan daripada ikan Koi daerah lain.

Keunggulan ikan Koi Blitar terletak pada ukuran yang lebih besar, corak, dan warna. Keunggulan warna dan corak yang dimaksud meliputi corak yang teratur pada tubuh ikan, kejelasan batas warna, dan kecerahan warna. Semakin indah corak dan warna ikan Koi, maka semakin tinggi pula harga jualnya.

Selain faktor lingkungan, cara pembudidayaan dan perawatan juga turut andil dalam penentu kualitas ikan Koi. Sumatrum, salah satu pembudidaya ikan Koi di Blitar menuturkan bahwa untuk dapat memperoleh ikan Koi dengan kualitas super, hal yang harus pertama kali dilakukan adalah memilih induk yang berkualitas agar bibit yang dihasilkan unggul.

“Kriteria lahan untuk budidaya ikan Koi juga perlu dipertimbangkan. Lahan harus terkena sinar matahari agar suhu air tetap hangat. Kolam juga harus memiliki sirkulasi air yang baik agar kandungan oksigen dan kejernihan air terjaga. Pemberian vitamin kepada ikan perlu dilakukan untuk sistem kekebalan ikan terutama saat cuaca ekstrem tiba. Jenis pakannya pun berbeda dengan ikan lainnya, pakan ikan Koi memang cenderung lebih mahal yaitu berkisar Rp. 160.000 per karung(10 kg) hingga yang paling mahal Rp.400.000 per kg khusus untuk ikan kontes ” terang pria yang menekuni usaha budidaya ikan Koi sejak tahun 1984 ini.

Sumatrum juga menjelaskan bahwa usaha budidaya ikan Koi memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Hal inilah yang membuatnya betah dengan usaha ini selama 35 tahun terakhir. Menurutnya, usaha budidaya ikan Koi mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi untuk menopang kebutuhan hidup.

Berdasarkan data BPS, nilai produksi ikan Koi di Kabupaten Blitar selama 6 tahun terakhir memiliki trend yang naik. Ini artinya komoditi ikan Koi pada kabupaten Blitar memiliki perkembangan yang cukup bagus. Ikan Koi ikut andil cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Blitar setiap tahunnya. Pada tahun 2013 nilai produksi ikan Koi menyentuh angka 100 milyar lebih dan terus merangkak naik pada tahun-tahun berikutnya. Hingga pada tahun 2018 nilai produksi ikan Koi menjadi dua kali lipat lebih dari tahun 2013 yaitu lebih dari 200 milyar. Sehingga tak heran apabila ikan Koi menjadi salah satu komoditi strategis di Blitar.

Tingginya nilai produksi, menjadikan ikan Koi layaknya primadona di Blitar. Bahkan telah terdapat agenda tahunan pentas ikan Koi di Blitar yang bernama Blitar Koi Show. Pentas ini telah digelar sebanyak 18 kali dengan memperebutkan Piala Presiden.

Kualitas ikan Koi Blitar tidak kalah dengan Koi Jepang, bahkan beberapa diantaranya sudah mampu menembus pasar dunia. Meskipun telah terbentuk komunitas penggemar ikan Koi di Blitar yang bernama “Blitar Koi Club(BKC)”, namun baik dari pemerintah, pembudidaya ikan Koi, maupun komunitas BKC belum pernah melakukan ekspor ke luar negri secara mandiri. Ekspor ke luar negri masih dilakukan oleh distributor-distributor luar kota, akibatnya “Blitar” masih belum cukup memiliki personal branding sebagai Kota Koi.

Kedepan, diharapkan Pemerintah bersinergi dengan pelaku usaha Koi di Blitar agar mampu melaksanakan ekspor Koi ke luar negri secara mandiri. Dengan adanya ekspor mandiri, diharapkan mampu memberi rangsangan kepada pelaku usaha Koi agar lebih mengembangkan usahanya. Ekspor juga mampu meningkatkan pendapatan daerah dan yang tidak kalah penting adalah ekspor merupakan salah satu sarana untuk memperkenalkan Blitar ke dunia Internasional.

Vivy Maharani
Jakarta Timur

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan