Berita Konsumen

Giliran Ribuan Pengemudi Angkutan Online Berunjuk Rasa di Bandung

Media Konsumen, Bandung – Ramai perseteruan antara pengemudi angkutan umum konvensional dan angkutan umum online masih terus berlanjut di Bandung, Jawa Barat. Setelah sebelumnya angkutan umum tradisional se-Bandung Raya mengancam melakukan mogok masal pada tanggal 10 – 13 Oktober, yang kemudian dibatalkan, hari ini (16/10) tak kurang dari lima ribu pengemudi angkutan umum online melakukan aksi unjuk rasa damai di depan Gedung Sate Bandung. Aksi yang dimulai sejak pukul 10 pagi itui menuntut agar Pemda Jawa Barat segera mengeluarkan perda (peraturan daerah) terkait regulasi online roda dua dan empat.

Beberapa hari sebelumnya ramai diberitakan Dinas Perhubungan Jawa Barat melarang angkutan umum online berhenti beroperasi sampai adanya aturan yang jelas dari pemerintah pusat. Meski kemudian saat ditanya wartawan, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar, Dedi Taufik membantah pihaknya menerbitkan surat edaran yang berisi larangan sementara transportasi online beroperasi.

Dedi menegaskan dirinya tidak pernah mengeluarkan surat edaran tentang hal tersebut. Ia bahkan menolak jika hal itu disebut sebagai larangan tapi hanya sebatas sosialisasi atau himbauan.

“Jangan ngarang-ngarang, sosialisasi. Kita menunggu aturan dari pemerintah pusat. Kita kan himbauan. Kalau himbauan itu bukan kaidah umum. Sekarang (katanya) ada surat edaran dari saya, gak ada,” ujar Dedi menegaskan.

Delapan orang perwakilan massa aksi kemudian melakukan diterima oleh Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Dedi Taufik yang didampingi Dirlantas Polda Jabar, Kombes Pol Prahoro Tri Wahyono, di kantor Pemprov Jabar untuk melakukan audiensi.

Dalam audiensi tersebut perwakilan massa mempertanyakan keluarnya himbauan tidak beroperasi transportasi online di wilayah Jawa Barat dan meminta Pemerintah dan Kepolisian Jawa Barat menjamin keamanan mereka dari intimidasi pengemudi angkutan umum konvensional.

Menanggapi hal itu, Dirlantas Polda Jabar, Kombes Pol Prahoro Tri Wahyono memberi jaminan keamanan akan selalu diberikan polisi kepada siapapun. Prahoro juga mempersilakan pelaku angkutan online beroperasi seperti biasanya.

Sementara itu salah seorang peserta aksi unjuk rasa, Andriyana seorang pengemudi Grab Car saat dihubungi Media Konsumen mengatakan dirinya ikut aksi tersebut karena selama ini para pengemudi angkutan umum online selalu mendapat intimidasi dari pengemudi angkutan umum konvensional baik angkutan kota maupun ojek pangkalan.

 

Berikut petikan wawancara Media Konsumen dengan Andriyana:

Apa yang menjadi tuntutan para pengemudi taksi online dalam unjuk rasa hari ini?

Sebetulnya simple saja, kita kan pengen jalan. Kita mempertanyakan himbauan Dishub yang melarang taksi online beroperasi di Bandung sejak tanggal 10 Oktober sampai keluarnya aturan baru tanggal 1 November. Padahal Peraturan Menteri Perhubungan no 26 Tahun 2017 sudah dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Jadi keberadaan taksi online itu sebenarnya masih resmi.

Jadi para pengemudi taksi online sudah tidak beroperasi sejak tanggal 10 Oktober?

Ya pertama kita merasa terintimidasi oleh angkot, kalau kita jalan kita di-sweeping, kita merasa tidak dilindungi dengan adanya pelarangan. Itu kan sejak rencana demo angkot tanggal 10 sampai 13 Oktober yang menuntut taksi online ditutup. Itu kan ada pernyataan dari Dishub Jabar bahwa (angkutan) online untuk sementara ditutup di wilayah Jawa Barat. Nah dari sejak itu kita sudah merasa tidak nyaman karena mereka sebagian kecil ada yang di-sweeping oleh angkot. Jadi kita di sini menuntut sebetulnya kalau secara peraturan kita masih resmi, makanya pihak Dishub itu kayak sepihak. Karena kemarin itu ada kesepakatan antara aliansi angkot (Organda), Gubernur dan Dishub.

Apakah aksi ini mendapat dukungan dari pengusaha taksi online?

Dari pihak pengusaha sih sebenarnya tidak terlibat, jadi jangan sampai ada anggapan kalau kita dibiayai, karena ini benar-benar aspirasi murni para driver online. Ini spontan tanpa support dari pihak perusahaan operator.

Selama menjadi pengemudi taksi online apa pengalaman Anda?

Kalau dari segi bisnisnya lumayan, cuma saya merasa keamanannya yang kurang, misalnya masuk ke suatu wilayah suka merasa was-was. Contohnya saya pernah dikerubuti sama ojek (pangkalan) di daerah Cibiru, sampai saya untungnya diamankan oleh polisi, dibawa ke Polsek, diamankan saya sampai disuruh menulis surat pernyataan bahwa saya tidak akan masuk ke wilayah mereka. Zona-zona merah itu banyak.

Dari sisi kesejahteraan bagaimana rasanya jadi sopir taksi online?

Ya lumayan, selalu ada saja, dalam satu hari lumayan itu pun kalau target harus tercapai.

Apakah pengemudi mendapat jaminan sosial semacam BPJS?

Ya baru-baru ini kita diminta mengisi formulir, pendaftaran BPJS, tapi mungkin tidak bisa sekaligus, bertahap begitu.

Jadi selama ini apa yang paling menjadi keluhan utama sopir taksi online?

Ya masalah keamanan terutama (intimidasi) dari pihak ojek pangkalan dan pihak angkot.

Bagaimana mereka bisa mengenali sebuah kendaraan sebagai taksi online, kan mobil tidak ada pengenal khusus?

Kalau secara kasat mata memang tidak kelihatan cuma umumnya kendaraan yang kita pakai itu kan Xenia, Avanza, terus biasa penumpang itu di belakang. Makanya mulai sekarang diharapkan penumpang itu salah satu itu ada (duduk) di depan jadi kita seperti keluarga.

Jadi mereka hanya mengira-ngira saja?

Ya, cuma kalau lagi sial kalau kita terima order dan mereka melihat di depan ada handphonenya mereka sudah nyangka itu pasti kendaraan online.

Siapa saja yang mengikuti aksi hari ini?

Dari berbagai komunitas angkutan online, ada ADO (Asosiasi Driver Online), ada juga dari anak-anak Gojek, Grab, Uber juga ada, berbagai komunitas. Kalau saya dari komunitas group “kolecer”.

Apakah sudah asosiasi tunggal yang mewadahi para pengemudi angkutan umum online?

Belum karena kan aturan pemerintah yang kemarin dibatalkan itu, kan salah satunya harus ada KIR segala macam, dibatalkan oleh MA, nanti kita harus dalam satu wadah asosiasi, kan peraturannya nanti keluar per 1 November.

Bagaimana cara mengordinir ribuan pengemudi untuk melakukan aksi hari ini?

Oh itu dari komunitas-komunitas group seperti WA,rata-rata satu driver itu 2 – 3 group WA, jadi informasi menyebar antargroup WA

Apa rencana setelah aksi ini, apakah tidak beroperasi sampai 1 November jika belum ada kata sepakat?

Jadi begini ada dua pendapat dari Dishub kemarin yang mengatakan bahwa ini harus dihentikan dan ada yang mengatakan aturan dikembalikan jadi kita ini resmi bisa berjalan, jadi simpang siur.

Jadi besok tetap jalan?

Ya, jalan aja seperti biasa. Cuma ya yang kita inginkan itu segera ada kepastian supaya kita merasa nyaman di jalan sehingga tidak ada lagi kekhawatiran masuk ke zona merah begitu, jangan sampai terjadi pemukulan atau ada mobil sampai dirusak.

(dw/MK)

Bagikan
Penulis
Redaksi