Surat Pembaca

Debt Collector Menelepon ke Kantor dan Rekan Kerja

Saya Dewi, salah satu nasabah Bank QNB yang menggunakan fasilitas KTA dari Bank QNB. Mulai pinjaman bulan Juni 2015 dan mulai menunggak bulan Juli 2017. Selama periode tahun 2017 sampai dengan 2020, saya bukan sama sekali tidak membayar. Walaupun saya membayar tidak sesuai cicilan, saya membayar semampu saya, paling minimum saya terakhir bayar Rp300.000.

Sebelumnya saya rutin membayar Rp500.000/bulan. Namun saat mulai pandemi, penghasilan suami dan saya kena potongan dari perusahaan. Saat itu awal mula saya mogok pembayaran sampai saat ini, karena memang kondisi keuangan kami belum pulih. Selama penghasilan kami tidak utuh, kami banyak gali lubang tutup lubang, yang berdampak sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu kami belum bisa mulai untuk mencicil tagihan yang tertunggak, termasuk cicilan KTA QNB.

Baru minggu ini ada DC yang mengaku dari QNB meneror saya di kantor dengan menghubungi HRD dan memberi tahu hutang saya berapa. Apakah itu pantas dan bukannya itu privasi seorang nasabah? Apakah berhak DC tersebut bertindak seperti itu?

Selain itu, menurut pengakuan teman-teman saya yang menjawab telepon DC, sempat dikatain tol**, gob*** dan kata-kata kasar lainnya. Bukti rekaman memang tidak ada, karena DC telepon ke line telepon kantor tanpa perekam. Namun ada banyak saksi dari teman-teman saya, dan DC tersebut mengancam saya akan membuat saya tidak tenang di kantor.

Saya sudah katakan saya akan mencicil setelah saya ada dananya, tetapi DC tetap memaksa agar saya melunasinya. Dia mengintimidasi saya, meneror saya dan teman-teman kantor. Sampai dibilang mereka bohong karena bilang saya tidak masuk kantor. Saya memang todak masuk kantor beberapa hari ini, karena merasa diteror dan diintimidasi.

Tolonglah pihak bank lebih bisa memilih DC yang berkompeten, tidak seperti preman. Karena di sini urusan saya dengan Bank QNB, DC bertugas hanya menagih, tidak perlu meneror dan mengintimidasi nasabah.

Saya harap Bank QNB bisa lebih bijak menghadapi para nasabah yang terkena kredit macet seperti saya. Terima kasih.

Regards,

Dewi Lestari Setiawati

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan

Belum Ada Tanggapan Atas Surat Pembaca Ini

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pihak yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Komentar

  • dc itu semakin senang klo kita takut & terganggu karena itu tujuannya jadi harusnya gass balik saja karena sekarang sudah mulai nerror ke kantor sampaikan saja sekalian ke rekan2 kantor biar klo.mereka kena spam ya minta gas balik saja ? , karena sy pun pernah kena telp dc yg nagih hutang teman saya sy balik gas dc nya ga nelp2 ke sy lagi

  • Mungkin ibu Dewi maunya seperti ini :
    DC : "Bu Dewi, kapan ibu melunasi pinjaman ibu yang mulai macet sejak tahun 2017"
    Ibu Dewi :"Anu pak, nanti kalau ada dana akan saya bayar"
    DC : "Ok Bu Dewi, saya tunggu kabar baiknya, semoga sehat selalu"
    Jika terjadi ilustrasi semacam itu, maka DC tersebut akan langsung di pecat, karena dianggap kurang berguna bagi perusahaan.

  • Apa iya gara2 saya DC bisa dipecat, memang cuma sy yg berhutang didunia ini?
    Tetapi klo gara2 DC sy dipecat apa DC itu tetap dpt pembayaran dr saya dan tidak akan dipecat krn bertugas dengan baik?

    Terimakasih rekan2 semuanya yg sudah berkomentar... Semoga rekan2 dan keluarga gak pernah berurusan dengan hutang piutang seperti sy. Semoga rekan2 selalu diberi kelancaran usahanya, pekerjaannya, rizki nya, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.

  • Jadikan pelajaran aja. Lain kali pikir panjang dulu sebelum meminjam. Sudah banyak kasus hal tersebut namun, masih banyak juga yg ga bs di ambil dari pelajaran tersebut dengan alasan kebutuhan mendesak, membangun usaha lah dll. Pada akhir nya yg di salahkan kreditur karna mandek bayar. Hidup lebih nikmat tanpa hutang sekalipun kesusahan.

  • Sebenernya kalo alasan covid sih gak masuk akal, dan lagi kalo bayar semau maunya juga sebetulnya tidak boleh karena perjanjian kredit yang sudah disepakati dan dittd bersama kan sebagai dasar..
    Sebenernya ibu datang saja ke QnB nya, bicara baik baik jika memang masih ada masalah keuangan, minta keringanan dengan restrukturisasi pembayaran..
    Nanti akan dihitungkan, sisa hutang berapa lalu kemampuan bayar berapa dll, lalu nanti akan ada perjanjian baru yang bisa menjembatani hal itu..
    Banyak kok yang sudah berhasil melakukannya, tetapi datang dulu ke bank nya, itu baru etiket baik, bukan dengan bayar sesuka sukanya dan semampu mampunya debitur tanpa ada klarifikasi bahkan persetujuan dari kreditur..
    Bisa dianggap wanprestasi itu..
    Makasih

  • Bukti bahaya dari Riba, Semoga mbak serta keluarga diberi keluasan rezeki dalam melunasi hutang-piutang.