Surat Pembaca

Tawaran Migrasi dari PraBayar ke Kartu Halo Telkomsel Menjebak Konsumen

Dengan hormat,

Saya adalah pengguna Telkomsel dengan nomor prabayar sejak tahun 2007 sampai saat ini. Saya gunakan nomor tersebut secara terus menerus dan secara konsisten membelanjakan pulsanya untuk keperluan komunikasi.

Sekitar tahun 2018/2019 saya ditawari secara berulang-ulang oleh call center, dengan berbagai manfaat bonus, agar mau migrasi ke Kartu Halo. Pada awalnya saya tidak berminat, tetapi karena ditelepon terus dan diiming-imingi dengan berbagai bonus, akhirnya saya beralih juga ke Kartu Halo.

Pada saat itu saya sudah disampaikan oleh call center, bahwa konsekwensinya saya tidak akan bisa kembali lagi ke prabayar. Namun dengan pertimbangan manfaat yang menggiurkan, saya lalu memutuskan untuk migrasi.

Satu sampai dua bulan berlalu, saya mulai menyadari bahwa ternyata saya harus membayar jauh lebih banyak setelah migrasi ke Kartu Halo. Terutama agar bisa terus berkomunikasi voice, saya harus membeli ekstra kuota voice yang begitu besar, begitu pula dengan data.

Saya baru menyadari puluhan kuota yang ditawarkan itu ternyata bukan all net /semua jaringan dan aplikasi tetapi hanya untuk aplikasi tertentu saja yang saya sendiri jarang gunakan karena manfaatnya sangat minim untuk saya.

Memang penawaran promo yang dilakukan hanya lewat telpon, potensi salah pengertiannya atau bias informasi cukup tinggi. 20 GB yang ditawarkan ternyata bukan all net, tetapi sudah di ecer-ecer kedalam berbagai aplikasi, sehingga kita hanya bisa gunakan untuk all net hanya setengahnya saja. Mudah-mudahan potensi bias informasi penawaran yang dilakukan hanya via telepon ini, tidak dengan sengaja dilakukan oleh call center perusahaan untuk secara jalan pintas meraup revenue lebih banyak dari para pengguna.

Saya mencoba menghubungi call center, apakah bisa balik lagi ke prabayar dan jawabannya sudah tentu tidak bisa. Saya disarankan untuk “mematikan” Kartu Halo saya yang digunakan saat ini dan bisa menggantinya dengan nomor yang baru.

Kemudian dengan aplikasi MyTelkomsel, saya coba membandingkan semua semua paket prabayar dan pasca bayar Telkomsel, ternyata semua paket pasca bayar jauh lebih mahal dari dari prabayar yang ada di MyTelkomsel. Saya lalu berkesimpulan dengan penawaran untuk migrasi ke Kartu Halo dan tidak membolehkan pengguna untuk kembali ke prabayar, adalah usaha dari operator agar dapat memaksa pelanggan lebih banyak mengeluarkan belanja pulsanya. Saat pelanggan sadar bahwa ternyata pengeluarannya lebih banyak dan ingin kembali lagi ke pra bayar, sudah tidak bisa.

Ini adalah suatu bentuk dari jebakan yang mematikan dan sangat tidak beretika. Jika mau jual Kartu Halo, silahkan saja cari pelanggan baru yang sejak awal menggunakan Kartu Halo, tidak perlu dari pelanggan yang berasal dari pelanggan setia dari prabayar.

Kelihatannya sasaran penawaran untuk migrasi adalah para pelanggan yg sudah sangat lama gunakan prabayar, yang akan dengan terpaksa terus gunakan Kartu Halo meskipun sebenarnya mereka tidak puas dengan layanan yang baru ini. Namun terpaksa karena mengganti nomor baru juga sungguh pilihan yang sulit, nomor kartu halo hasil migrasi tersebut sudah digunakan lama sehingga akan sulit jika mengganti nomor yang baru.

Bagi saya ini adalah sikap dari perusahaan yang sangat tidak menghargai, tidak punya empati dan kepedulian terhadap pelanggannya. Dengan penguasaan pangsa pasar yang begitu dominan, skala ekonomi yang sangat unggul perusahaan lalu merasa tidak perlu memperlakukan pelanggan dengan etika yang baik. Hanya berfokus pada mengejar revenue yang setinggi-tingginya, bahkan mereka tidak pernah memikirkan kalau strategi kejar revenue ini bisa dianggap oleh pelanggan bahwa mereka telah gunakan cara-cara menjebak ala predator.

Saya tidak tahu berapa pelanggan yang nasibnya seperti saya, tetapi saya hanya bisa perkirakan bahwa jumlah tidak sedikit, mungkin ribuan. Kami konsumen diperlakukan semena-mena dan tanpa perlindungan.

Oleh karena itu saya mohon kepada Telkomsel yang menjalankan strategi meraup keuntungan seperti ini. Bagi saya ini sudah tidak mengindahkan etika dalam berbisnis. Jika meraup keuntungan tanpa mengindahkan aspek etika, saya kira separuh langkah kita sudah masuk kedalam area curang atau korupsi.

Mudah-mudahan perusahaan telekomunikasi terbesar berplat merah ini bisa memperbaiki etikanya dalam berbisnis dan memberikan contoh teladan yang baik sebagai perusahaan negara dalam berbisnis. Para pengguna/pelanggan/konsumen bisa diperhatikan dengan lebih baik dan tidak menjadi korban kebijakan perusahaan.

Saya mohon tanggapan dari perusahaan yang substansial dan menukik ke penyelesaian masalah, tidak dengan tanggapan/jawaban normatif seperti yang saya alami dengan jawaban robot veronika virtual yang berputar-putar entah kemana.

Terima kasih.

V.Y. Alfred Djuang
Kabupaten Nageko, Flores
Nusa Tenggara Timur

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Bagikan

Tanggapan Atas Surat Pembaca Ini

Tanggapan Telkomsel atas Surat Bapak Alfred Djuang

Merujuk pada surat pembaca di Mediakonsumen.com pada tanggal 24 September 2021 oleh Bapak V.Y Alfred Djuang mengenai migrasi dari PraBayar...
Baca Selengkapnya

Komentar

  • Benar benar penyesalan seumur hidup. Hatiku pedih setiap kali membandingkan harga paket internet kartu halo dengan paket internet simpati dan as. Tolonglah pak Erick Tohir bantu jewer telkomsel. Keinginan saya sangat sangat sederhana. Kembali ke kartu simpati.

  • saya salah satu korban janji manis marketing kartu halo,, dngn berbagai iming2 bonus yg menggiurkan, pd akhirnya pengeluaran jd membengkak

    • Saya Allhamdulillah sudah menghentikannya dan balik lagi ke Prabayar dengan mendatangi langsung GraPari Telkomsel Cianjur. Bapak juga menghentikannya dengan syarat dan ketentuan yang sudah di tetapkan oleh pihak telkomsel.

  • Sama Rugi hampir 120 ribu, minta rollback harus ke Grapari terdekat, Demi Allah SWT ga ridho Saya dasar Telkomsel perampok.