Maaf Bu, Tidak Ada Kembalian

Oleh Ira Deviani

Hari ini begitu banyak aktivitas yang harus dijalani sementara mobil harus masuk servis berkala karena kembali akan dipakai untuk pergi ke luar kota. Di sisi lain ada hal mendesak untuk menemui dokter gigi untuk menambal gigi berlubang yang memaksa diri harus ke luar rumah. Maka taksi online menjadi pilihan yang paling efisien untuk mengantar ke Rumah Sakit di daerah Bandung Timur. Seperti biasa saat turun sopir taksi menyebutkan angka yang harus saya bayar sesuai angka yg muncul di aplikasi, yaitu Rp27.000. Saya berikan uang lembaran Rp50.000. Dan tanpa berusaha untuk melihat isi dompetnya, sopir langsung menjawab, “Maaf Bu, tidak ada kembalian.”

“Saya juga tidak ada uang pas,” Saya menjawab balik. Lalu saya sambung, “ya sudah ambil saja semua.”

Saya bergegas turun karena dikejar waktu untuk aktivitas berikutnya. Cukup lama saya berada di tempat dokter gigi, tiba-tiba telepon masuk dari putri saya minta dijemput di sekolahnya. Berhubung mobil masih di bangkel belum beres, saya pun kembali memesan taksi online menuju sekolah putri saya. Saat mau turun peristiwa pagi terulang. Aplikasi menunjukkan tarif yang harus dibayar seharga Rp37.000 dan saya bayar dengan menyodorkan uang pecahan Rp50.000, sopir taksi kembali bilang, “Maaf Bu tidak ada kembalian.”

“Bapak apa tidak siapkan uang receh untuk kembalian?” Kali ini saya bertanya.

“Maaf Bu, saya baru keluar.” Jawabnya. Kembali saya bilang, “ya sudah ambil semua.”

Selepas kejadian tersebut, tiba-tiba saya teringat pelayanan Pizza Hut Delivery Dan KFC Delivery dan juga pelayanan di pintu tol, yang selalu meyiapkan uang kembalian. Sejak pesanan dilakukan melalui telepon dan harga pesanan muncul, Pizza Hut dan KFC selalu menanyakan akan membayar dengan memakai uang pecahan berapa, lantas mereka siapkan uang kembalian sesuai dengan jumlah yang saya sebutkan.

Kembali ke pengalaman saya menggunakan taksi online tadi, jika terjadi hanya satu atau dua kali, dan terjadinya kepada satu atau dua penumpang, hal tersebut bukanlah sebuah masalah besar, malah saya anggap saja sebagai sedekah atau shadaqoh. Tetapi bahayanya jika itu menjadi sebuah kebiasaan, dan yang lebih parah kemudian menjadi karakter para sopir yang berharap memperoleh penghasilan lebih dari kelebihan pembayaran tersebut. Jika itu yang terjadi maka kualitas pelayanan secara professional akan menurun. Kebiasaan tersebut pun akan menjadi sesuatu yang sangat tidak baik karena penyimpangan itu akan menjadi budaya yang dianggap biasa.

Menurut hemat saya, demi pelayanan konsumen yang prima, setiap penyedia jasa taksi online seharusnya bisa memberi solusi dengan jalan membina para sopirnya agar mau bermodal dengan menyiapkan uang kembalian sebelum mulai melayani konsumen. Karena uang bisa ditukar di bank (pengalaman saya menukar uang di Bank Muamalat). Setiap sopir taksi online tentu sudah bisa memperkirakan dalam sehari berapa uang recehan yang harus disiapkan. Sehingga penumpang memperoleh kembalian dengan jumlah yang tepat sesuai dengan tarif. Dengan demikian maka kepuasan penumpang akan meningkat sekaligus membentuk karakter disiplin dan professionalisme sopir.

Semoga pelayanan di bidang usaha apapun, kalimat “Maaf tidak ada kembalian”, tidak menjadi kalimat kebiasaan yang mengkristal dan menjadi budaya buruk dalam melayani konsumen.

**

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

3 komentar untuk “Maaf Bu, Tidak Ada Kembalian

    • 11 Mei 2017 - (22:07 WIB)
      Permalink

      haha iya juga ya bisa jadi, tp kalau emng gada kembalian 13rb agak gmn jg ya. Kalau 1-2 ribu gpp lah 😀

  • 21 Mei 2017 - (12:37 WIB)
    Permalink

    Saya juga pernah dua kali mengalami kejadian tersebut. Yang saya lakukan setelahnya, menulis review dan complain ke pihak taksi online itu. Setuju aja dengan konsep shadaqoh harusnya kan sukarela tetapi kondisi yang kita alami diatas, jadi ya terpaksa, karena ga ada kembalian. Saya dukung kewajiban pengemudi taksi online untuk menyediakan uang kembalian.

 Apa Komentar Anda?

Ada 3 komentar sampai saat ini..

Maaf Bu, Tidak Ada Kembalian

oleh Ira Deviani dibaca dalam: 2 menit
3