Bastem, Kawasan Kaya Hasil Alam yang Masih Tertinggal dalam Pembangunan

Oleh Jumail Soba

Sudah 72 tahun Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, tetapi masih banyak wilayah yang masih belum menikmati pembangunan. Pembangunan masih banyak terfokus di wilayah barat Indonesia khususnya pulau Jawa, sedangkan di Indonesia bagian timur pembangunan masih belum banyak dirasakan warga. Salah satu wilayah yang belum merasakan pembangunan adalah Kawasan Basse sang Tempe’ (Bastem).

Bastem adalah sebuah wilayah yang berlokasi di sebelah timur dari gunung Latimojong yang berada di kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini berada pada dataran tinggi sehingga memiliki kontur perbukitan dan lembah. Kawasan ini terdiri atas kecamatan Latimojong dan Kecamatan Bastem. Walaupun berada dibawah pemerintahan kabupaten Luwu, kawasan ini dihuni oleh penduduk yang merupakan keturunan suku Toraja. Hasil alam yang dihasilkan pada kawasan ini diantaranya Kopi jenis Arabika dan Robusta dan Cengkeh. Kawasan ini juga dipercaya memiliki kandungan biji emas dibawah tanahnya, meskipun belum ada kegiatan penambangan.

Kondisi alam yang subur menjadikan kawasan Bastem sangat ideal untuk bercocok tanam. Kondisi alam tersebut menjadikan mayoritas warga memiliki mata pencaharian sebagai petani terutama petani kebun. Hasil kebun warga mengalami kendala dalam pemasarannya karena kondisi akses jalan yang masih sangat buruk. Sebagai contoh, jalan dari Kecamatan Bastem menuju pasar terdekat yaitu Pasar Kunyi’ yang berada di Kabupaten Toraja, yang berjarak sekitar 25 km, berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kondisi jalan mayoritas dalam kondisi berlumpur yang sangat parah karena belum mengalami pengaspalan. Akses jalan ini hanya dapat dilalui oleh kendaraan sepeda motor, itupun pengendara harus memiliki keahlian dan nyali yang cukup tinggi untuk melalui jalan yang berlumpur dan terjal. Karena kondisi jalan yang parah tersebut, jarak sekitar 25 km dilalui warga dalam waktu 2 sampai 3 jam. Warga yang tidak cukup berani berkendara melalui jalan tersebut, maka terpaksa harus berjalan kaki yang tentunya memakan waktu yang lebih lama dan hasil alam yang dapat dibawa lebih sedikit.

Secara Geografis, wilayah Bastem lebih dekat ke pusat pemerintahan Kabupaten Toraja dibandingkan ke pusat pemerintahan Kabupaten Luwu. Mungkin ini adalah salah satu penyebab mengapa pembangunan di wilayah ini sangat tertinggal dibandingkan kecamatan lain di Kab. Luwu.

Akses terhadap listrik juga masih terbatas dirasakan oleh warga Bastem. Pembangkit listrik mikro hidro menjadi sumber listrik yang disalurkan kerumah-rumah warga. Warga hanya dapat menikmati listrik jam 4 sore sampai 8 pagi. Selebihnya Listrik diputuskan agar pembangkit listrik memiliki umur pakai yang lebih panjang. Karena dibangkitkan dengan pembangkit mikrohidro, maka kualitas tegangan yang dihasilkan tidak cukup stabil sehingga lampu kadang redup. Tegangan yang tidak stabil ini tentu saja dapat mengurangi umur pakai peralatan elektronik warga.

Pemerintah daerah khususnya pemerintah kabupaten Luwu dan Propinsi Sulawesi Selatan seharusnya memprioritaskan pembangun infrastruktur dasar pada wilayah ini seperti pelebaran dan pengaspalan jalan serta pembangunan jaringan distribusi listrik. Pembangunan ini dibutuhkan karena kondisi infrastrukur di wilayah ini masih sangat tertinggal dibandingkan kecamatan lain dalam kabupaten Luwu dan juga daerah lain di propinsi Sulawesi Selatan. Pelebaran dan pengaspalan jalan akan memudahkan warga untuk memasarkan hasil alam mereka sehingga akan memperbaiki kondisi ekonomi warga. Pembangunan jaringan distribusi listrik akan membuka dan menggerakkan potensi-potensi ekonomi domestik. Prioritas pembangunan infrastruktur ini sejalan dengan program pemerintah pusat yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah yang masih tertinggal.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Satu komentar untuk “Bastem, Kawasan Kaya Hasil Alam yang Masih Tertinggal dalam Pembangunan

  • 23 Juli 2017 - (17:13 WIB)
    Permalink

    Hati-hati mengundang investor ke daerah seperti ini. Apalagi daerah yang memiliki potensi tambang, jangan sampai alam yang indah menjadi rusak karena “open mining.”

    Saat investor masuk menambang hasil bumi, biasanya masyarakat setempat hanya menjadi penonton, jangankan menikmati hasil bumi, bahkan untuk sekedar menginjakkan kaki di kampungnya sendiri pun sudah tidak bisa mereka lakukan lagi.

 Apa Komentar Anda?

Ada 1 komentar sampai saat ini..

Bastem, Kawasan Kaya Hasil Alam yang Masih Tertinggal dalam Pembanguna…

oleh Jumail Soba dibaca dalam: 2 menit
1