Ilustrasi dialog Headline Opini Kolektor Bank vs Nasabah, Dari Sudut Pandang yang Lain 2 Agustus 2017 Stefanus Endra 11 Komentar Debt Collector, Kredit Macet Ikuti kami di Google Berita Melalui surat pembaca ini saya ingin menyampaikan opini atas surat-surat yang isinya mengkritik kolektor kartu kredit atas etika penagihan. Saya juga bermasalah dengan kartu kredit, bahkan tidak hanya satu bank. Jumlahnya puluhan juta. Saat ini semua kartu saya bermasalah sehingga sudah pasti berhadapan dengan kolektor baik lapangan atau desk kolektor. Selama ini setiap telepon dari mereka tidak pernah saya abaikan, selalu saya angkat, walaupun ujung-ujungnya tetap mendapat makian dan kata-kata keras, tapi alhamdulilah tidak pernah sampai kasar dan kotor, karena itikad baik saya yang dengan mudah dihubungi oleh pihak bank. Saya tidak pernah menghindar apalagi mematikan HP saya. Karena itu saya menghimbau kepada nasabah bermasalah, janganlah menghindar, kolektor juga sebuah profesi pekerjaan, mereka juga ditekan oleh pihak bank, jangan terlalu memojokkan para kolektor itu. Jelaskan saja kalau benar-beanr tidak mampu, dibarengi dengan kemauan untuk tetap membayar. Pasti akan ada jalan keluar terbaik tanpa harus menjelek-jelekkan kolektor. Singkat cerita: Angkat telepon anda, jelaskan, dan bayar, titik. Semoga tulisan saya ini bisa menghilangkan kesan buruk kolektor yang sebenarnya pangkal masalahnya adalah susahnya menghubungi nasabah yang berurusan dengan kartu kredit. Terima kasih. Endra Hendaryanto Sidoarjo, Jawa Timur Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
AdaapaDC26 September 2017 - (23:37 WIB)Permalink Kalo segampang itu ku juga bisa Log masuk untuk Membalas
_7527 September 2017 - (08:23 WIB)Permalink Kalau ngga bayar kolektor Soak diatas g dapat komisi , pulang kantor dimaki2 sama istri lebih loyo lagi Log masuk untuk Membalas
Tri Setiyo27 September 2017 - (14:29 WIB)Permalink gak jelas lo komennya, somplak !!! Log masuk untuk Membalas
Tri Setiyo27 September 2017 - (14:28 WIB)Permalink Ini baru bener !!. Salut !!! Log masuk untuk Membalas
_7528 September 2017 - (15:02 WIB)Permalink Iya, dimarah2in sama istri loyo , letoy , terus jual rantang susun 5 buat beli cialis Log masuk untuk Membalas
Kd Genia Jusrikanitha27 September 2017 - (15:30 WIB)Permalink Kalau memang masih punya hutang memang wajar kalau ditagih, cuma ada etika nya. BI kan sudah mengeluarkan etika dan aturan untuk debt collector. Lalu bagaimana jika debt collector menteror pihak keluarga yang tidak tau menahu ? apakah benar ? Mereka beralasan bahwa pihak keluarga yang di terror itu karena pemegang kartu menyantumkan nama nya sebagai penjamin, sedangkan pihak keluarga yang di terror waktu pemegang kartu apply kartu kredit masih berada di Sekolah dasar. Apakah benar ? Waktu apply saja pihak keluarga tidak di hubungi untuk konfirmasi data, tapi giliran ada tunggakan di teror. Log masuk untuk Membalas
vivi natalia11 Oktober 2017 - (21:21 WIB)Permalink nah permasalahannya, adakah yang punya etika ? kalo dari awal tidak bisa di hubungi mungkin salah, namun, ketika meladeni, cacian nya itu bisa beberapa kali telpon, apa itu tidak membuang waktu kita dalam mencari nafkah? dalam menagih pun juga ada etika nya, saya lihat yang mengadu di media konsumen kebanyakan adalah mempermasalahkan etikanya dalam menagih. Log masuk untuk Membalas
mela kosasi8 Desember 2017 - (19:37 WIB)Permalink betul, yang jadi masalah adalah etika penagihan. tidak ada etika sama sekali penagihan ke phak keliargaterkait dan bisa menimbulkan kehilangan pekerjaan bagi keluarga yg bersangkutan kan sudah tidak benar. mempermalukan. jadi kalau banyak kasus debt collector yang dianiaya mungkin pokoknya karena mereka sudha melampaui batas penagihan . Log masuk untuk Membalas
Kang Maulana12 Mei 2018 - (01:28 WIB)Permalink ini penulisnya pasti kolektor ya?? Log masuk untuk Membalas
Nuhu R12 Mei 2018 - (06:58 WIB)Permalink Enak ya pak stefanus endra, klo berurusan dg bank sih saya tau mreka org yg skolah pnya pndidikan. Klo kita kooperatif ya pasti mreka maklum. Beda ya dg DC FINTECH yg jls2 gatau aturan gapunya etika,,, Masalah hutang ttp jdi tggung jwb dunia akhirat kita smua jg gda niat lari. Dan klo hanya kita yg d “uber” saya msh akan menanggapi dg baik. Tapi klo masalah mreka MENGGANGGU kontak saya bahkan MENGANCAM kontak saya, itu sdh d luar batas, yg mreka ganggu dan ancam itu org yg tidak tau apa2. Mau d jwb tlp nya dg kooperatif, mau usaha sperti apapun kita, mreka gmau tau,,, smua kontak ttp d ancam,,, krna DC FINTECH spertinya g makan bangku sekolahan,,, jdi kudu piya pak???? Klo saya bner gak pak Tri Setiyo Harto? ? Log masuk untuk Membalas
Lina3 Juli 2018 - (13:26 WIB)Permalink Tiap hari nomor saya aktif dan bila di telp selalu di angkat, cuma DC itu kalau nangih gk punya etika contohnya DBS. Dipaksa bayar kalau perlu jual diri. Gmana org gk kesel. Tiap hari saya email dan telp menjelaskan kenapa saya bisa menunggak tapi bukam solusi yd di dapat. Yg ada saya di cuekin dan di telp, di caci maki di katain miskin, di suruh jual diri. Tapi saya akui gk semua bank seperti itu. Cimb niaga saya pernah telp dan menjelaskan ketidakmampuan saya dan lsg di hubungi dan di beri keringanan. Jadi jgn menyalahkan nasabah karna bank pun kalau sopan dan bisa memberika solusoli kita sbgi nasabah pst bayar. Bank saja yg suka menyulitkan nasabah. Log masuk untuk Membalas