Penagihan oleh Debt Collector Kredit Plus Mengancam dan Mengintimidasi

Selamat siang,

Saya Dita Dwi Arimas dan saya memiliki tunggakan dengan ada 4 jenis barang yang tertunggak di kreditplus. Alasan saya tidak membayar full karena saya sudah TAUBAT RIBA dan jika dihitung harga unit barang tersebut (nominal pokok) 3 dari barang sudah melebihi hutang pokok saya. Hanya 1 yang belum berjenis iphone 7 plus yang saya beli di JD.ID dan sudah memasuki pembayaran ke 4.

Singkat cerita saya didatangi debtcol berinisial TSN dengan NIK 73412. Saat dia menagih pembayaran yang tertunggak lebih dari 3 bulan dia menghubungi saya, dan saat itu dia kondisi sedang mabok, dan sangat berbicara kasar dengan saya sampai menghina saya dengan sebutan “pelacur, anjing dan lainnya bahkan menyuruh saya menjual diri untuk melunasi hutang di Kreditplus”. Saksi hidup saat ini ada yang sekarang orang tersebut sudah keluar dari pekerjaanya sebagai debtcoll kreditplus.

Akhirnya debtcoll an TSN menghubungi saya kembali melalui pesan singkat Whatsapp dan mengakui sedang mabuk dan kondisi tidak enak jadi seperti itu. Dan chat tersebut masih saya simpan sebagai bukti bahwa ini sudah diluar SOP penagihan, padahal Kreditplus diawasi dan terdaftar di OJK. Setelah beberapa bulan TSN tidak mengunjungi saya dan digantikan oleh rekannya yaitu YU dengan NIK 29119 kurang lebih di bulan April 2020.

Di saat itu dia memang sudah mulai mengancam karena saya memang tetapi didasari tidak mau membayar RIBA dan diperkuat dengan iman tauhid dan saya bergabung dengan Yayasan Lembaga Hukum Indonesia Anti RIBA. Dan di hari Kamis tanggal 18 Juni 2020 debtcoll tersebut datang kerumah saya dan bertemu dengan Ibu saya dengan ancaman dan intimidasi ibu saya dengan nada bicara tinggi dan mengancam ingin menampar Yayasan Lembaga Hukum Indonesia Anti Riba dan mengancam malam akan datang kembali malam hari dengan didampingi Pak RT setempat.

Saya tunggu orang tersebut tidak datang dan akhirnya datang di hari Senin 29 Juni 2020, dan orang tersebut berbicara sangat kasar dan membentak di luar rumah saya, dan mengancam saya karena saya tetap dengan pendirian saya tidak mau membayar hutang RIBA. Saya dan keluarga memiliki rekaman video DC tersebut dan akan bertindak secara hukum atas perbuatan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik saya.

Saya menuntut pihak Kreditplus agar segera menyelesaikan perkara ini. Debtcoll menantang saya dan keluarga saya agar kemanapun baik ke pihak kepolisian, OJK, dan Lembaga lainnya. Debtcoll menunjukan identitasnya dan mengarahkan ke kamera hp saya (foto terlampir untuk redaksi) untuk dan menantang dipertemukan oleh pihak Lembaga Anti Riba (Pagari). Dan akhirnya perwakilan Pagari berbicara oleh debtcoll dan tetap mengintimidasi. Setelah mau pulang saya ditunjuk oleh debt coll tersebut dan diancam akan selalu datang kesini setiap hari membuat onar dan dia selalu ada di sekitaran wilayah rumah saya.

Pihak Kreditplus saya sangat merasa diintimidasi dan diancam oleh pihak penagih anda, dan saya akan melaporkan kejadian ini dan menuntut keras pihak Kreditplus agar lebih memperhatikan SOP penagihan kepada konsumennya. Terima kasih.

Dita Dwi Arimas
Bekasi, Jawa Barat

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Tanggapan KreditPlus atas Surat Ibu Dita Dwi Arimas

Dengan Hormat, Bersama dengan surat tanggapan ini, sebelumnya kami ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kendala yang di alami oleh...
Baca Selengkapnya

174 komentar untuk “Penagihan oleh Debt Collector Kredit Plus Mengancam dan Mengintimidasi

    • 4 Juli 2020 - (20:24 WIB)
      Permalink

      memang mau saya laporkan ke pihak kepolisian,karena benar2 mengintimidasi dan tidak sesuai SOP penagihan

      • 4 Juli 2020 - (22:16 WIB)
        Permalink

        Kalau menurut saya si,kalau kredit dari awal kita harus tau untung dan ruginya.lebih baik memilih nabung dan hidup apa adanya.kalau kita memang tidak mau bayar lagi sesuai janji awal kita berhutang untuk apa kita bilang riba,karna dari awal juga dasarnya tdak dipaksa,terkecuali dipaksa,apa bedanya kita dengan pencuri.tp salah juga kalau tukang kreditnya marahnya berlebihan,ya laporin saja,tp saran saya lunasi juga hutangnya.

        • 5 Juli 2020 - (02:40 WIB)
          Permalink

          Begini mbak , terlepas dr ketidak tahuan apa itu riba tentunya mbak sudah tau saat ngambil barang di kriditplus , gak mungkin mbak gak hitung cicilan perbulan brp kali sampe lunaskan kan , dan itu pastinya mbak sudah tau kalau cicilan tsb lebih dr pokoknya kan ? Jadi aneh saja kalau sudah tau seperti itu trus tobat riba ? Tobat ribanya sih bagus mbak , trus kenapa pula hpnya masih berniat nyicil kan riba juga ??? 2 X aneh menurut saya , kalau menurut saya mbak ( saya juga korban pinjol ) , mending selesaikan pinjaman mbak , nama mbak kan gak sebanding hanya dengan pinjaman tsb , lunasi saja dr pada di tel ke teman , kantor ( sperti yg saya alami ) , setelah beres nah baru jgn diulang lg atau tobat semua riba , kalau ini kan dah tau riba dr awal , dijalanin trus stop riba namun ada 1 cixilan masih jalan ? Jadi gak sebanding dengan nama baik kita jadinya , sory ini hanya saran saja , krn bacanya jadi sedikit gimana gitu dengan pernyataan mbak ini

          • 5 Juli 2020 - (05:08 WIB)
            Permalink

            Saat saya akad kredit itu saya belum tau apa itu riba, dosanya sebesar apa dan selama saya belum tau hukum riba dibayar itu haram saya masih jalani, ketika saya tersadar karena diuji dengan musibah dan cobaan bertubi-tubi saya sadar selama ini dosa apa yg sudah dilakukan ? ternyata dengan berzinah oleh ibu kandung sendiri

            Silahkan berpendapat apakah ini riba atau bukan jika
            Harga unit itu adalah 2.700.000 dicicil selama 9 dengan nominal cicilan 408.000 dan saya sudah membayar 8x sejumlah 3.264.000
            jika sesuai cicilan total 3.672.000

            dari 4 barang tersebut ketiga nya sudah saya lunasi tunggakan pokok, dan barang yang belum lunas (1 unit) dalam kondisi hilang dan saya tetap bertanggung jawab akan membayar hutang saya sesuai tunggakan pokoknya seperti pihak leasing juga melaporkan tunggakan pokok ke SlLK dengan nominal sesuai harga unit itu tanpa BDO

            selisih kelebihan itu berupa biaya seperti bunga dll, belum lagi denda keterlambatan. Apakah itu masih wajib dibayarkan ?? dan apakah itu bukan riba ??
            sedangkan kewajiban saya melunasi tunggakan pokok sudah saya lunasi. Kecuali 1 barang lagi yg akan saya bayarkan sesuai tunggakan pokok tanpa BDO (Bunga, denda, ongkos lainnya)

            untuk barang yg sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok tidak saya kembalikan, karena sudah hak saya memilikinya karena sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok

            itikad baik saya, dengan mengirimkan surat penghapusan BDO 0% (bunga,denda,ongkos) kepada pihak kreditplus. Namun belum ada respon dari mereka, malah saya mendapatkan tindakan yg tidak profesional oleh DC kreditplus.,

      • 5 Juli 2020 - (01:09 WIB)
        Permalink

        Laporkan saja mba supaya jangan semena mena,memang kalo penagihan seperti itu suka semaunya sendiri.
        Saya juga pernah mengalami seperti itu bedanya hanya saya pinjam ke rentenir gitusaya sudah membayar lebih dari berpuluh kali lipat saya bayar melalui tunai mau pun transfer sehari telat dah kaya apa maki maki sampai sengaja mempermalukan.saya mencoba tanya kurang berapa dia ga mau kasih tau sedangkan nominal yang saya transfer lebih dari 65 juta ,itu belum yang tunai . terus saya di sarankan teman saya untuk melaporkan ke pihak berwajib tapi rentenir itu selalu alasan tidak mau datang, entah kenapa ..dia membuat perjanjian sendiri tapi saya curiga dengan maksud surat itu saya tidak mau mendatangani surat itu terkecuali ada pihak berwajib yang menjadi saksi,bahasa kotor dan makian selalu dia lontarkan.sampe anakku di ancam menjadi trauma . dengan saran dari Babinsa kalo orangnya ga mau di ajak musawarah jangan di bayar .saya diamkan itu rentenir sampai sekarang dah ga tau lagi itu rentenir nya.mudah mudahan dah insaf

        • 5 Juli 2020 - (05:10 WIB)
          Permalink

          ibu ini pintar, tidak menilai hanya dari 1 sisi saja, semoga Allah selalu melindungi Ibu dan keluarga.

          Akan saya laporkan bu untuk tindakannya, terima kasih atas sarannya bu

          • 1 April 2022 - (23:30 WIB)
            Permalink

            Mau kredit bawa marketing setelah kredit bawa agama.semoga setelah mati tidak bawa hutang,karena org yg mati meninggalkan hutang akan bertemu allah dengan setatus pencuri,di dunia aja pencuri di gbukin,apalagi di akhirat

      • 5 Juli 2020 - (05:10 WIB)
        Permalink

        Coba Anda tanya ke Ratusan Kyai, Ulama atau yang Ahli Agama, pilihan paling banyak cuma 2 opsi :
        1. Pulangin Barangnya (uang hangus)
        Atau
        2. Selesaikan kreditnya sesuai perjanjian.

        Sederhana sebenarnya kalau memang mikir Halal (benar benar tidak mau punya sangkutan).

        Oh iya, sekali lagi saya bilang, saya setuju dengan Surah Al~Baqarah yang Mba sertakan dikomentar diatas.

        • 5 Juli 2020 - (05:14 WIB)
          Permalink

          ini sudah menjadi jalan pilihan saya, banyak perbedaan pendapat baik dari kyai atau yg lain sebagainya, saya sudah memikirkan ini masak2. Resiko harus dihadapi bu, dan terkait dengan mengapa tidak mengembalikan saja, untuk unit sudah saya bayar sejumlah pokok adalah milik saya, dengan arti kata itu sudah HAK saya, dan kewajiban saya membayar hutangnya, hutang jumlah pokok saja kewajibannya. Bukan riba. Jadi saya tetap say no to riba.

          • 5 Juli 2020 - (05:51 WIB)
            Permalink

            Kelebihan harga pokok adalah untuk membayar gaji Karyawan mereka, Anda Dzalim kalau tidak melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, bayangkan kalau semua Nasabah Kredit Plus seperti Anda, ratusan karyawan mungkin tidak digaji.
            Jika mau plong pilih salah satu opsi saja dari 2 yang Saya sebut tadi.

            1
            1
        • 5 Juli 2020 - (06:11 WIB)
          Permalink

          lebih dzalim mana pak/bu dari menzinahi ibu kandung sendiri setiap melakukan pembayaran riba?

          selama masih diberi nafas oleh Allah dan sudah paham riba, dan hutang wajib dibayarkan lebih baik bertaubat pak/ibu karena maut datang tidak menunggu kreditan lunas. Naudzubillah

        • 5 Juli 2020 - (07:20 WIB)
          Permalink

          Sekarang saya mau tanya sma mbak, anda kan udah tau yg namanya riba, brrti anda juga tau dong memakai hasil daripada riba itu hukumnya apa.? Ibarat pencuri, yg mencuri, yg membeli dan yg menunjukkan arah itu sama dosanya mbak,,!! Begitu jga dgn riba, yg mengambil, yg memberi dan yg memakai itu jga dapat dosa yg sama,,!! Klo kita sudah tau itu knpa harus mnganggap itu hak kita, smntara kita sudah ada perjanjian sblumnya,,!! Maaf jika saya salah?

          • 5 Juli 2020 - (11:17 WIB)
            Permalink

            kenapa saya bilang hak anda ? karena saya sudah melakukan pembayaran sesuai dari harga barang itu, atau sudah dilunasi oleh saya sejumlah pokoknya, dan itu sudah menjadi hak pemilik yang membayar mas.
            Akad bathil itu bisa saja batal, karena disini saya sudah mengirimkan surat PENGHAPUSAN BDO (Bunga, Denda, Ongkos) yang tergolong RIBA dan sudah direspon oleh pihak kredit plus dan mencocokan data diri saya sesuai nomor kontrak, dan tidak saya tulis di sini karena itu urusan saya dan pihak leasing.

            Jadi saya singkat cerita dan langsung pada tema. Saya mau melaporkan tindakan tidak menyenangkan dan sudah keluar batas. Namun netizen disini hanya membaca 1 sisi saja terkait taubat riba, itu pun sudah dijelaskan. Jadilah netizen yang menyimak dengan bijak. Hak saya mengambil keputusan apapun

            Terima kasih

      • 5 Juli 2020 - (05:39 WIB)
        Permalink

        Sabarin aja mba. Sy jg pernah berurusan sama kredit plus. Sisa cicilan 3 bln lg, dtg debcol ke rmh Ancam2 ibu saya dan mau menculik adik saya. Bagusnya sy ga ada dirumah.selnajutnya dtg debcol yg lain ke rmh dan ketemu sy, ga banyak ngomong. Langsung sy cekik dan sy benturin ke tembok. Sy bil sy akan bayar asal debcol yg sdh ancam ibu sy dan mau menculik adik saya dtg kesini dan bertemu saya, dan akhir nya ga ada lg yg dtg tuh

          • 5 Juli 2020 - (17:10 WIB)
            Permalink

            Laporkan saja mba sesuai hukum yg berlaku dlm kasus pengancaman,perbuatan tdk menyenangkan atas sikap dan tingkah deb colektor yg sdh semena2 melewati batas hukum pidana yg berlaku di negara ini.solusi ini terlepas dr permasalahan urusan hutang piutang yg mba alami dgn pihak kredit plus yg msk dlm ranah perdata.semoga dlm perkara ini dpt di jadikan pembelajaran etitute bg para penagih hutang agar lbh sopan dan manusiawi dlm menjalankan tugas penagihan nya.

        • 6 Juli 2020 - (08:51 WIB)
          Permalink

          Saya jg pernah begitu untungnya saya aktif bermasyarakat jd kalo ada apa2 debt coll saya usir dan di usir pak rt jg. Katanya kl ga ada duit emang mau bayar pake apa apalagi pandemi begini. Sop nya kalo debitur ga sanggup byr masukin aja bi checking nanti juga ada duit pasti dibayar. Dan memang hutang itu wajib dibayar kok.

      • 5 Juli 2020 - (12:00 WIB)
        Permalink

        Anda tobat riba tapi barangnya masih di pake ?? semua ada proses utk menutup utang tsb nanti akhirnya nasabah bayar pokoknya saja tpi ini malah anda diamkan mnding jual barang riba anda ikutin prosesnya buka. Malah lari n ngak mau byr llu berlindung di balik agama

      • 5 Juli 2020 - (18:15 WIB)
        Permalink

        Mba menurut saya lebih baik cari hp sejenisnya mati juga ga papa lalu balikin deh barangnya bilang aja hpnya rusak . Karena saya juga kerja di kredit plus barang yang ditarik yang mati total banyak…itu saran saya mba ga bakal di tagih lagi.

          • 7 Juli 2020 - (13:50 WIB)
            Permalink

            Ada Itu sudah permainan collector, yang penting ada barangnya yang bisa di tarik untuk di laporkan ke kantor , di kantor tu banyak barang yang di tarik dari yang mati sampe pecah hancur tak berbentuk ada .

      • 5 Juli 2020 - (23:16 WIB)
        Permalink

        Hidup si mbak enak banget yah..paham riba di saat kredit 4 barang
        kalo gak mao riba beli cash mbak.jangan kredit..pingin gaya kok gak mao rugi

      • 6 Juli 2020 - (07:42 WIB)
        Permalink

        Hahahah. Mba ya kurang dewasa dan kurang bijaksana. Sadar diri mbak. Mba salah dan DC pun salah. Klo gak mau riba beli dgn cash. Bergaya dgn iphone 7 + tapi ngutang hahaha.

    • 5 Juli 2020 - (04:43 WIB)
      Permalink

      Maaf sebelumnya, Saya tidak ada hubungannya dengan Orang lembaga kredit,
      Btw
      Anda ini bagaimana, terlepas Anda itu baru tw riba atau tidak ya kewajibannya harus ditepati, kalau memang merasa itu beli dari Riba sesuai perjanjian, balikin saja barangnya, kenapa mau enaknya sendiri.
      Ingat dibawah hukum di Indonesia, Anda tetap salah kalau tidak bayar sampai selesai, karena sudah ada perjanjian saat kredit.
      Jika Anda posting di medsos misalnya seperti Facebook dan postingan publik, pasti Anda dibully bahkan oleh Orang yang menganggap Riba itu haram.
      Anda jangan berlindung dibalik istilah Riba itu Haram, karena Anda sudah ada perjanjian saat kredit.
      Coba Anda posting di facebook secara publik masalah Anda, setelah selesai kirim linknya disini.
      Anda ini lucu sekali….

      • 5 Juli 2020 - (05:02 WIB)
        Permalink

        mohon disimak ya pak/ibu, jgn hanya memandang dari satu sisi sudut saja jika berkomentar. Ini sudah pilihan saya, karena saya selama ini berdosa menjadi golongan orang2 yang dilaknat karena berzinah dengan ibu kandung sendiri ?

        jika ingin menjadikan lelucon maaf andalah yang lucu. Perbanyaklah ilmu dan perdalamlah ilmu tauhid. Baru anda akan mengerti pak/ibu

        terima kasih

        • 5 Juli 2020 - (05:12 WIB)
          Permalink

          Saya setuju Riba itu Haram, tp jika sudah akad perjanjian saat kredit, opsinya cuma 2 :
          1. Balikin barangnya (uang hangus) atau
          2. Teruskan kewajiban sesuai akad perjanjian.

        • 5 Juli 2020 - (05:16 WIB)
          Permalink

          Anda sudah membuat Debt Kolektor Kredit Plus berkali kali bolak balik menagih Anda, Buang tenaga buang waktu karena memang kewajiban mereka menagih karena Ibu telad, Ibu bisa dibilang menyusahkan Orang (entah apa itu namanya Dzalim), dan apa itu tidak ada dosanya?….
          Yang jelas dimata hukum, Anda terikat dalam perjanjian akad kredit yang ditandai tangani.

          • 5 Juli 2020 - (05:32 WIB)
            Permalink

            mohon maaf ibu, itu adalah sebagian dari tugas mereka dalam bekerja, yang dzalim adalah ketika saya mengambil barang dan tidak membayar sama sekali mengatas namakan riba, itu baru dzalim bu.

            dzalim dari sisi mananya ya bu? justru saya sedang berperang melawan tentara2 riba bu, memang seperti berjalan melawan arus air yang deras, sulit memang, tetapi harus dilalui dengan iman

          • 5 Juli 2020 - (06:30 WIB)
            Permalink

            dan sejak awal sudah saya paparkan, saya akan membayar hutang dengan mengirimkan surat penghapusan BDO kepada pihak kreditplus, dan menego hanya membayar sesuai jumlah pokok saja, jika dilihat dari beberapa komentar hanya yg digaris bawahi “RIBA” saja, tidak perlu kan saya menulis panjang lebar apa yg sudah saya kirimkan dari itikad baik sebelumnya, sampai saya memutuskan untuk stop bayar cicilan yg masih ada bunganya.

            Perlu digaris bawahi semua, topik permasalahan ini bukan hanya dari riba,. tapi ancaman dan intimidasi dari pelaku ribanya.

            karena saya tidak tahu kapan ajal saya datang, dan saya berhenti membayar sisa-sisa riba agar bisa menjadi orang beriman,. dan mati dalam keadaan khusnul khotimah buka su’ul khotimah

        • 5 Juli 2020 - (05:44 WIB)
          Permalink

          Dpt ancaman dan tekanan dr debcol. Makin qt takut dan panik. Makin merajela dia tebar ancaman dan tekanan. Tp klw qt lawan dan siap malu sama tetangga debcol nya jg akan berpikir utk trs kasih ancaman dan tekanan. Krn debcol jg sadar hukum.

          • 5 Juli 2020 - (05:48 WIB)
            Permalink

            betul mba, karena mereka didasari dengan SOP, dan tidak seharusnya mereka mengintimidasi atau menagih di luar SOPnya. Semakin takut semakin tekan oleh para dc mba. Semoga Allah melindungi aamiinnn

          • 5 Juli 2020 - (23:21 WIB)
            Permalink

            mungkin solusi nya kalo gak mao di tagih ya bayat tepat waktu.. Gitu aja kok repot.. Kredit lah sesuai kemampuan jangan maksain diri

        • 5 Juli 2020 - (09:46 WIB)
          Permalink

          Anda lucu, mba. Saat pengajuan di awal itu pasti ada akadnya, dan anda menyetujui akad tersebut dengan menandatangani dokumen yg disiapkan oleh pemberi pinjaman. Apakah saat menandatangani dokumen/aplikasi anda sedang dalam keadaan mabuk/tidak sadar?

          Anda “taubat riba” setelah akad berlangsung, seharusnya selesaikan dulu urusan anda dengan pemberi pinjaman, baru setelah itu silakan taubat. Dengan anda tidak mau membayar sesuai dengan kesepakatan awal, itu artinya anda tidak bisa menepati janji anda sendiri dan komit dengan perjanjian yg anda tanda tangani sendiri dalam aplikasi.

          Kalopun anda merasa keberatan dengan tagihan anda, silakan ajukan keringanan, setiap perusahaan pembiayaan pasti ada program keringanan, tapi apakah diberikan keringanan atau tidak itu kembali pada karakter pembayaran dan niat baik anda lagi. Dengan meminta keringanan, itu lebih rasional daripada anda berlindung dibalik kata “taubat riba”.

          Saya tidak mewakili siapapun/lembaga apapun, tapi saya geram melihat kelakuan orang2 yg sebenernya tidak ada kemauan dan kemampuan bayar hutang, tapi berlindung dibalik kedok agama. Silakan anda tanya ke kyai/ustadz tentang hukum orang yg tidak mau bayar hutang sesuai dengan kesepakatan.

          • 5 Juli 2020 - (09:58 WIB)
            Permalink

            sebenarnya yang lucu itu anda pak, cerita diatas adalah cerita singkat alias diringkas kenapa mula saya mulai taubat dan apa saja yg sudah saya tempuh anda tidak tahu kan,.

            disini topik saya melaporkan tindakan intimidasi pak wkwk lucu sama org2 yang terlalu kepo dengan org lain yg tidak seperlunya anda tahu semua kan. Dan dari semua menjadi mengurui saya, padahal belum tentu juga kalian benar dan saya benar. Tapi ini lebih memilih jalan hidup saya sendiri, karena dosa saya yg menanggung, bukan kalian semua kan.

            tetapi saya bersyukur atas kepedulian semua, ada pro dan kontra dalam kehidupan, dan sekali lagi apapun keputusannya sudah bulat saya lakukan karena tidak pernah mengajak kalian semua untuk sama seperti saya kan.

            saya menjalankan sesuai pilihan saya dan pengetahuan ilmu tauhid dantaubat saya.

            terima kasih

          • 5 Juli 2020 - (11:05 WIB)
            Permalink

            Apa yg dilakukan si Collector jika melihat dari argumen anda memang melewati batas dan tidak sesuai prosedur penagihan dari regulator (OJK). Itu perlu saya akui dan memang perusahaannya harus memberikan sanksi tegas pada Collectornya.

            Yang menjadi concern saya adalah dasar argumen anda tentang ketidakmauan membayar sisa tagihan karena “taubat riba”. Anda mau taubat ya silakan, karena dosa pun anda sendiri yg menanggung. Tapi balik lagi ke apa yg anda tanda tangani di aplikasi, bahwa anda sudah menyetujui nominal angka yg harus dibayarkan (nilai pokok barang + bunga sekian persen, dan jika ada keterlambatan maka akan ada denda).

            Melihat dari kasus anda, akan lebih baik anda mengakui bahwa anda sedang ada masalah finansial dan mengajukan keringanan ke pihak pemberi biaya, daripada alasan anda yg tidak masuk akal dengan membawa dalil agama. Dalam agama pun tidak diperbolehkan untuk menyusahkan rezeki orang lain dan dengan cara anda seperti itu, maka anda sudah mempersulit orang lain dalam mengais rizki.

            Point argumen saya adalah, silakan anda komplain atas cara penagihannya. Anda bisa langsung ke perusahaannya untuk komplain, bahkan bisa laporan ke OJK, itu hak anda sebagai konsumen.

            Tapi dasar pemikiran anda untuk tidak membayar sisa tagihan (karena merasa sudah membayar nilai pokok barang) itu tidak valid dan tidak sesuai dengan perjanjian anda dengan pihak pemberi pinjaman.

            Solusi paling logis adalah dengan anda mengajukan keringanan ke pihak pemberi pinjaman.

            Dan satu hal lagi, silakan anda lihat lagi dalam kontrak yg anda sepakati, apakah selama masa angsuran barang tersebut sudah milik anda? Sepengetahuan saya, selama belum lunas, barang tersebut secara kepemilikan masih milik pemberi pinjaman karena anda dibiayai barang tersebut oleh si pemberi pinjaman, bukan dipinjamkan uang lalu anda beli barang tersebut. Jadi argumen anda yg menyatakan bahwa barang tersebut adalah barang anda (karena merasa sudah membayar nilai pokok barang) juga argumen yg tidak valid.

          • 5 Juli 2020 - (19:51 WIB)
            Permalink

            Susah pak.. Klo ngomong sama orang yg sok merasa paling benar dan paling agamais. Saya berkali kali kredit di Kredit Plus gk ada masalah tuh. Karna saya bayar lancar sampai lunas. Mungkin.. Knp DC seperti itu.. Karna sudah lewat 3 bulan tidak bayar… Dan itu gk hanya satu barang…

        • 5 Juli 2020 - (12:06 WIB)
          Permalink

          Sya tau tpi utang tetap kewajiban anda dosa Anda tetap ada ngk byar hutang ? kan udah ada kesepakatan tertulis mulai baik2 akhiri baik2 balikin hak mrka terlepas soal riba apa ngk llu mulai klo ini terakhir anda pake riba sekrng balik ke anda suami minjam duit 100 jta ke anda llu cerai utang ke anda g di bayr karna suami angp itu duit istrinya dlu krna dia pikir harta bersama gmna perasaan anda percya hidup anda g akan tenang mungkin pihak DC lelah nangih anda n ngk nagih lagi tpi klo anda mti ya tetap terhitung dosa hutang tobat riba tpi barang riba di pake ?? mna cicilan blm lunas

        • 6 Juli 2020 - (09:04 WIB)
          Permalink

          Ud mba daripada rame jln terbaik balikin hpnya yg mati jg banyak ditoko bayarin aja trus kembaliin.
          Kalo mikirin riba terus orang2 ga ada yg mau usaha untung besar karna perusahaan jg mikirin gaji karyawan gaji debcoll dll. Kalo perusahaan ga ada untung pasti akan ada pengurangan pegawai. Pegawai jd dirumahkan gara2 ga ada omset/ laba usaha gimana?

        • 1 April 2022 - (22:57 WIB)
          Permalink

          Mbak yg pintar, barang siapa yg berhutang dan tidak ada niatan untuk membayarkan nya maka beliau akan bertemu allah dengan status pencuri,taukah anda ciri2 org munapik bila berjanji dia slalu mengingkari,anda itu tau riba setelah pengajuan atau setelah akad kredit,jadi agama anda masih minim,alias nol besar,atau buta,jangan sok sok an paham karena anda baru paham,tapi yg saya lihat dari anda itu,anda itu se olah olah org paling suci atau paling benar,anda liat dari banyaknya komentar,hanya beberapa org yg respek sama anda,selebihnya ilpil sama seperti saya ke anda bisa di bilang jiji atas pernyataan anda,semoga allah mengampuni dosa anda,

    • 5 Juli 2020 - (09:13 WIB)
      Permalink

      Intinya klo punya hutang ya di bayar,
      Jangan barang kreditan sudah di nikmati, ujug2 nya alasan riba alasan ini itu hanya untuk gak mau bayar. Klo gak mau bayar denda nya bayar aja pokok nya. Apalagi klo ada dana nya, jangan mempersulit Coll yg kerumah, karena mereka juga kerja untuk keluarga dirumah,
      Hanya nasabah yg Goblk yg gak mau bayar alasan riba, emang lu pikir riba baru ada dari tahun 2020,
      Mayoritas kreditur yg Goblk, kredit hanya untuk gaya hidup selangit tapi kemampuan semata kaki.

      • 5 Juli 2020 - (09:18 WIB)
        Permalink

        inilah contoh komentar yang betapa pentingnya iqro alias baca wkwk.. saya sudah bayar HUTANG POKOK sesuai di SLIK bapak/ibu yang terhormat.

        pentingnya membaca dahulu pak/bu sebelum berkomentar agar tidak terlihat menjadi orang asal berbicara tanpa tau isiannya

        terima kasih

        • 5 Juli 2020 - (12:09 WIB)
          Permalink

          Iya sesuai tpi di perjanjian gmn g mau byr bunga ya ngomong ke pihak kredit plus nya minta solusi baik3 anda tau yg di rugi kan disini bukan cuma DC tpi pihak sales yg membantu anda tiap bulan gaji di potong gra2 nasabh ego kaya anda

          • 5 Juli 2020 - (12:18 WIB)
            Permalink

            silahkan bebas perndapat, pelaku2 riba memang akan selalu membuat statment menyesatkan mba, jika sudah paham ilmu tauhid segeralah bertaubat . Disini saya tekankan saya sudah melunasi hutang denga jumlah yang sesuai leasing laporkan ke SLIK. Anda bebas berpendapat dan memilih. Klo saya tetap pada pendirian saya. Tidak melanjutkan pembayaran bunga, denda dan ongkos lainnya. Segeralah mencari pekerjaan yang tidak ada unsur riba biar tau nikmatnya.

            terima kasih

    • 5 Juli 2020 - (11:02 WIB)
      Permalink

      Mengutip ucapan KH Ishomuddin menyarankan Felix Siauw agar lebih dulu belajar membaca Alquran secara benar sebelum menjadi ustaz.
      Sama buat mbanya “Belajar dulu baca Alquran dengan benar kepada para ahlinya” biar ga salah tafsir & dalil RIBA. Moga hijrah nya istiqomah dan ga hedon kembali mengambil barang-barang tersier.

    • 1 Oktober 2020 - (19:34 WIB)
      Permalink

      Giliran Udah ga mampu bayar baru teriak “SAYA UDAH TAUBAT DARI RIBA” Tapi giliran pas pengajuan Happy.Makanya kalau mau bergaya liat kondisi dompet.Kalau emang udah ga sanggup bayar balikin aja barangnya,udha gamau bayar tapi barang gamau di balikin juga..

    • 4 Juli 2020 - (21:20 WIB)
      Permalink

      Barang kan masih di pake seharusnya di kembalikan bila tobat riba kalo masih di pake sudah menjadi tanggungjawab sesuai perjanjian toh duit yg di buat nalangin saat awal beli barang kan duit hasil riba juga oleh pinjolnya

      • 4 Juli 2020 - (23:52 WIB)
        Permalink

        Saya perjelas kembali

        Saat saya akad kredit itu saya belum tau apa itu riba, dosanya sebesar apa dan selama saya belum tau hukum riba dibayar itu haram saya masih jalani, ketika saya tersadar karena diuji dengan musibah dan cobaan bertubi-tubi saya sadar selama ini dosa apa yg sudah dilakukan ? ternyata dengan berzinah oleh ibu kandung sendiri

        Silahkan berpendapat apakah ini riba atau bukan jika
        1. Harga unit itu adalah 2.700.000 dicicil selama 9 dengan nominal cicilan 408.000 dan saya sudah membayar 8x sejumlah 3.264.000
        jika sesuai cicilan total 3.672.000

        selisih kelebihan itu berupa biaya seperti bunga dll, belum lagi denda keterlambatan. Apakah itu masih wajib dibayarkan ?? dan apakah itu bukan riba ??

        sedangkan kewajiban saya melunasi tunggakan pokok sudah saya lunasi. Kecuali 1 barang lagi yg akan saya bayarkan sesuai tunggakan pokok tanpa BDO (Bunga, denda, ongkos lainnya)

      • 5 Juli 2020 - (04:06 WIB)
        Permalink

        gini mbak bukan sok tau ia
        betul bgian penagihan itu salah dan mbak juga salah.
        br kujelasin ulang ia mbak
        pertama. perjanjian diawalkan sudah kamu bca brapa persen bunga kredit yg mau kamu bayar dan brapa dp yg kta ksih dan brpa ciclan perblannya
        dan itu uda resiko kita klu brani kredit, dan itu wajib kta bayar sesuai perjanjian di awal klu tidak mbak kembalikan barang yang sudah mbak pake
        kedua : kalau mbak pake alasan bahwa ibu baru tau kalau kredit itu riba dan salah dan ibu ngak mau bayar karna baru tau itu salah yg ada ibu diketawain sma mereka karna itu alasan ngak msuk akal

        saya sendiri ketawa dengar alasan mbak.
        klu bsanya dngan alasan begitu kredit kta lunas bsok2 saya akan kredit mobil lah,pas ditgih kublng aja bru tau kredit itu riba dan slah

          • 5 Juli 2020 - (04:47 WIB)
            Permalink

            Melawak maksudnya…

          • 5 Juli 2020 - (04:58 WIB)
            Permalink

            saya bukan melawak ya bu, sekali lagi lebih naik dianggap/ditertawakan oleh golongan pemakan riba, daripada terus menerus melakukan perzinahan dengan ibu kandung sendiri?

            dan apakah ibu tergolong dari si pemakan riba ? Allahualam naudzubillah ya bu semoga tidak dan selalu dilindungi Allah

        • 5 Juli 2020 - (04:56 WIB)
          Permalink

          silahkan ditertawakan, saya lebih baik ditertawakan oleh manusia2 yang tergolong pemakan riba, daripada dipaksa berkelanjutan menzinahi ibu kandung saya sendiri, karena dosanya itu tidak terampuni jika tidak segera bertaubat. Terima kasih

          • 1 April 2022 - (23:04 WIB)
            Permalink

            Ampun mbak ini…di ingatkan oleh org banyak bulan mikir,benar piling sy ada yg bermasalah dengan otak anda

        • 5 Juli 2020 - (11:24 WIB)
          Permalink

          Saya tidak bilang saya benar ya pak, saya hanya tidak mau lagi membayar sisa hutang RIBA, dan semua hutang pokok sesuai SLIK pun sudah dilunasi, salah jika sudah tau riba dan mencoba memakai trik ini untuk mencari keuntungan seperti anda pak. Maaf saya sudah dijalan sesuai pilihan saya dan keluarga, apapun itu yang namanya riba sudah wajib ditinggalkan.

          Terima kasih

          • 5 Juli 2020 - (14:44 WIB)
            Permalink

            Mba yg namanya hutang wajib di bayar, andai kata barang hilang, yang menghilangkan kan embanya sendiri jadi wajib di lunasin,
            Terus emba baru sadar riba itu apa
            Saya mau tanya emba mualaf?
            Ko baru tau tentang riba, kalau emba muslim dari kecil harusnya tau donk,

      • 5 Juli 2020 - (18:53 WIB)
        Permalink

        Ibu ini agama islam dari kecil atau mualaf??. Klo dari kecil pasti pernah belajar agama,manusia itu wajar bnyak khilaf, sudah tau dosa tapi di kerjakan, alasannya khilaf atau kepepet, saia yakin anda memilih kredit barang tersebut bukan karna paksaan?, pasti karna kebutuhan atau kepepet, dan pasti anda punya media sosial sperti fb dll, pasti da orng yg memosting masalh pinjol, intinya anda mengininkan barang tersebut secara kredit, pasti anda kepepet atau tidak mampu membeli sendri dengan chas, jd ya anda tetap harus mengikuti prosedur perjanjian anda saat mengambil barang, jika anda di sini bilang soal agama, anda salah, anda agama islam sejak kapan?? Apa anda mualaf sehingga anda bilang baru tau yg namanya riba, atau agama islam anda sejak lahir tp cm buat status ktp saja

        • 1 April 2022 - (23:07 WIB)
          Permalink

          Dia baru paham agama setelah pengajuan kredit hp nya di acc,maklum lah paham agama baru 2 tahun jadi masih se kuku pengetahuan agamanya

  • 4 Juli 2020 - (20:16 WIB)
    Permalink

    lumayan ini triknya bisa ditiru.. ntar ane banyakin ambil kredit HP dan fulus.. kalo waktunya bayar bilang kredit itu riba… Bissmillah…

      • 4 Juli 2020 - (23:39 WIB)
        Permalink

        Saya perjelas kembali

        Saat saya akad kredit itu saya belum tau apa itu riba, dosanya sebesar apa dan selama saya belum tau hukum riba dibayar itu haram saya masih jalani, ketika saya tersadar karena diuji dengan musibah dan cobaan bertubi-tubi saya sadar selama ini dosa apa yg sudah dilakukan ? ternyata dengan berzinah oleh ibu kandung sendiri

        Silahkan berpendapat apakah ini riba atau bukan jika
        1. Harga unit itu adalah 2.700.000 dicicil selama 9 dengan nominal cicilan 408.000 dan saya sudah membayar 8x sejumlah 3.264.000
        jika sesuai cicilan total 3.672.000

        selisih kelebihan itu berupa biaya seperti bunga dll, belum lagi denda keterlambatan. Apakah itu masih wajib dibayarkan ?? dan apakah itu bukan riba ??

        sedangkan kewajiban saya melunasi tunggakan pokok sudah saya lunasi. Kecuali 1 barang lagi yg akan saya bayarkan sesuai tunggakan pokok tanpa BDO (Bunga, denda, ongkos lainnya)

        • 5 Juli 2020 - (04:51 WIB)
          Permalink

          Apapun alasan Anda tetap itu kewajiban, mau harga aslinya 1.000.000 lalu saat dikredit jadi 9.000.000 ya tetap harus dibayar karena memang sudah perjanjian saat kredit, mau itu baru tw Riba itu dosanya gimana ya tidak ada urusan, dibawah hukum Indonesia Anda harus patuh 100% sama perjanjian.

    • 4 Juli 2020 - (22:23 WIB)
      Permalink

      mohon maaf pak, ini bukan trik perbanyaklah beristigfar. Bagi yg belum tau bagaimana dosa riba itu mungkin bisa terjebak seperti saya dulu.

      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

      “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 278)

      • 4 Juli 2020 - (22:31 WIB)
        Permalink

        Oh…gitu y….jd gk apa apa klw hutang gk pelu sampai dibayar lunas sesuai perjanjian awal y,owh baru ngerti saya…kalau ingkar janji gk jadi masalah yg penting jangan riba.

      • 4 Juli 2020 - (22:41 WIB)
        Permalink

        Kok takut riba bu? Bukankah waktu akad, ibu sudah paham bahwa itu riba? Kalo takut riba, janganlah ambil barang kredit. Lebih baik tabung dulu, saat udh cukup, barulah beli secara cash n carry, entah sanggupnya barang bekas tak masalah. Kalo mau tetap kredit, carilah yg syariah.
        Kalo sudah terlanjur dan ingin tobat dari riba, jual saja itu 3 barang. Uangnya pasti cukup untuk nutup kekurangan. Ikhlas kan saja uang yg ibu sudah setorkan sebelumnya. Karna itu sudah resiko orang yg berhutang, harus bayar. Daripada ibu masih terus memakai barang riba yg ibu miliki itu, tidak akan pernah “putus” dosa riba nya. Apalagi barang2 tersebut digunakan untuk mencari nafkah atau berbisnis, uang yg kita hasilkan pun akan ikut tercemar karna riba.

        • 4 Juli 2020 - (23:13 WIB)
          Permalink

          8 bulan lalu atau pada saat akad kredit saya belum tau riba itu seperti apa,. dan sudah saya jelaskan 3 dari barang sudah saya bayar sesuai hutang pokok/ harga unit itu sendiri bahkan sudah lebih setelah saya cek outstanding dari kreditplus. Dan hutang wajib dibayarkan yg haram dibayar adalah riba. 3 barang itu sisa riba nya dan saya tidak mau membayar, 1 barang saya wajib membayar karena belum lunas sampai harga pokok barang itu.

          dan saya sudah beritikad baik mengirimkan surat penghapusan BDO namun blm ada respon

          • 5 Juli 2020 - (02:49 WIB)
            Permalink

            Nah maksudnya hpmu kan blom lunas , masih nyicil , kan riba juga to mbak , piye koe iki mbak , tobat riba tp krn masih butuh hpny jadi diterusin nyicilnya ? Trus barang yg lain stop riba ? Ada ya yg begini

      • 5 Juli 2020 - (05:01 WIB)
        Permalink

        Ya Saya juga Riba itu Dosa Besar, dan sebagai Orang Islam saya JELAS percaya Isi Surah Al~Baqarah itu 100%, tapi tetap akad perjanjian saat kredit itu adalah kewajiban Anda dan harus dijalankan, dan dimata hukum Indonesia Anda salah jika tidak menyelesaikannya.
        Kalau Anda mau tidak dianggap mau enaknya sendiri, kembalikan saja semua barang yang pernah dikredit
        Anda ini aneh….. Luar biasa aneh kalau menurut Saya…. ?‍♂️?‍♂️?‍♂️

  • 4 Juli 2020 - (20:48 WIB)
    Permalink

    Yang nama nya kredit itu udah pasti RIBA Bu….dan sebaik2nya cara ya dengan menjauhi nya…bukan nya malah kredit barang sampa dengan 4 biji baru teriak2 RIBA…anya2 wae…

    • 4 Juli 2020 - (23:14 WIB)
      Permalink

      mohon dibaca dengan detail ya pak,. sudah saya jelaskan di kolom komentar awal mulanya

      terima kasih

    • 4 Juli 2020 - (23:53 WIB)
      Permalink

      Saya perjelas kembali

      Saat saya akad kredit itu saya belum tau apa itu riba, dosanya sebesar apa dan selama saya belum tau hukum riba dibayar itu haram saya masih jalani, ketika saya tersadar karena diuji dengan musibah dan cobaan bertubi-tubi saya sadar selama ini dosa apa yg sudah dilakukan ? ternyata dengan berzinah oleh ibu kandung sendiri

      Silahkan berpendapat apakah ini riba atau bukan jika
      1. Harga unit itu adalah 2.700.000 dicicil selama 9 dengan nominal cicilan 408.000 dan saya sudah membayar 8x sejumlah 3.264.000
      jika sesuai cicilan total 3.672.000

      selisih kelebihan itu berupa biaya seperti bunga dll, belum lagi denda keterlambatan. Apakah itu masih wajib dibayarkan ?? dan apakah itu bukan riba ??

      sedangkan kewajiban saya melunasi tunggakan pokok sudah saya lunasi. Kecuali 1 barang lagi yg akan saya bayarkan sesuai tunggakan pokok tanpa BDO (Bunga, denda, ongkos lainnya)

      • 5 Juli 2020 - (05:03 WIB)
        Permalink

        Pulangin aja barangnya, Anggap aja membersihkan diri dari Riba, lagian dari pada barang tidak diridhoi pemilik (yang membeli tunai), juga tidak barokah…
        Iya kan……
        Daripada dianggap mau enaknya sendiri…

  • 4 Juli 2020 - (21:26 WIB)
    Permalink

    barang-barang yang dikredit itu bukannya juga haram untuk digunakan?
    akad perjanjian diawal kredit lah yang membuat barang-barang itu menjadi haram.
    kembalikan saja semuanya.
    kalo memang mau tobat riba, jangan pake cara gak mau bayar cicilan full alias hanya mau bayar pokoknya saja.

    • 4 Juli 2020 - (22:20 WIB)
      Permalink

      tidak ada barang yg haram pak, manusianya yang sudah tau riba itu dosa dan jika dilanjutkan maka lebih bertambah dosanya. Barang itu sudah menjadi hak pemiliknya karena sudah kewajibannya bayar walaupun belum lunas (sisa riba berupa denda, ongkos dan biaya lain) dan harga unit itu sudah diselesaikan oleh saya.

        • 4 Juli 2020 - (23:08 WIB)
          Permalink

          bukan dipaksa tetapi saat 8bulan yg lalu saya belum paham akan dosa yang saya lakukan ini, dan saya bersyukur Allah memberikan saya cobaan dan menyadarkan saya ternyata semua ini karena riba yang masih saya jalankan saat itu. Maka saya bertaubat riba dan tidak akan menjalaninya lagi.

        • 5 Juli 2020 - (04:41 WIB)
          Permalink

          disimak kembali pak kata pak ustad itu, barang tersebut tidak haram kan, yang haram itu RIBA nya maka segera dilunasi, dan yang dimaksud riba itu adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman pada saat pengembalian dari jumlah pokok yg dibebankan kepada peminjam.

          Harga 2.700.000 dilebihkan hingga menjadi 3.600.000 apakah itu disebut bukan RIBA ?

          dan ketika saya sudah tau apa itu RIBA apa saya salah berhenti membayar bunga dll yang tergolong riba ?

          saya sudah bilang dari awalkan, sudah saya lunasi sesual jumlah pokok malah lebih. Jadi say no to RIBA

      • 1 April 2022 - (23:10 WIB)
        Permalink

        Siapa bilang gk ada barang haram,sabu,ganja,dsb kan itu barang haram waduh anda ini suka buat dalil asal ucap

  • 4 Juli 2020 - (22:31 WIB)
    Permalink

    Menurut saya mendingan dibayar lunas agar tidak menpunyai hutang, atau barang yg anda kredit kembalikan ke pemberi kredit, urusan selesai dan anda ga akan ditagih lagi serta bebas dari jerat riba, untuk perlakuan debt kolektor silahkan dilaporkan aja jika menurut anda harus dilaporkan, intinya dari permasalahan hutang yg bisa diselesaikan yaitu DIBAYAR. Selesai sudah. Hidup indah tanpa hutang.

    Terima kasih

    • 4 Juli 2020 - (23:05 WIB)
      Permalink

      saya sudah membayar 3 dari 4 barang tersebut dengan nominal harga unit barang itu sendiri,. dan saat ini hanya sisa 1 unit yg wajib saya selesaikan pelunasan sesuai harga barang itu saat dibeli / hutang pokok. Tidak dengan riba nya.

      Hutang memang wajib dibayar sampai matipun akan ditagih.
      Yang haram dibayar adalah RIBA karena dosanya seperti berzinah dengan ibu kandung saya sendiri.

      dan saya sudah beritikad baik ke kreditplus dengan mengirimkan surat penghapusan BDO 0% namun belum ada tanggapan dari kreditplus sampai saat ini.

    • 4 Juli 2020 - (23:47 WIB)
      Permalink

      Saat saya akad kredit itu saya belum tau apa itu riba, dosanya sebesar apa dan selama saya belum tau hukum riba dibayar itu haram saya masih jalani, ketika saya tersadar karena diuji dengan musibah dan cobaan bertubi-tubi saya sadar selama ini dosa apa yg sudah dilakukan ? ternyata dengan berzinah oleh ibu kandung sendiri

      Silahkan berpendapat apakah ini riba atau bukan jika
      1. Harga unit itu adalah 2.700.000 dicicil selama 9 dengan nominal cicilan 408.000 dan saya sudah membayar 8x sejumlah 3.264.000
      jika sesuai cicilan total 3.672.000

      dari 4 barang tersebut ketiga nya sudah saya lunasi tunggakan pokok, dan barang yang belum lunas (1 unit) dalam kondisi hilang dan saya tetap bertanggung jawab akan membayar hutang saya sesuai tunggakan pokoknya seperti pihak leasing juga melaporkan tunggakan pokok ke SlLK dengan nominal sesuai harga unit itu tanpa BDO

      selisih kelebihan itu berupa biaya seperti bunga dll, belum lagi denda keterlambatan. Apakah itu masih wajib dibayarkan ?? dan apakah itu bukan riba ??
      sedangkan kewajiban saya melunasi tunggakan pokok sudah saya lunasi. Kecuali 1 barang lagi yg akan saya bayarkan sesuai tunggakan pokok tanpa BDO (Bunga, denda, ongkos lainnya)

      untuk barang yg sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok tidak saya kembalikan, karena sudah hak saya memilikinya karena sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok.

  • 4 Juli 2020 - (22:38 WIB)
    Permalink

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
    “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 278)

    Kutipan ayat tsb sejatinya ditujukan pada orang/pemberi hutang.. tapi kewajiban membayar hutang adalah wajib…
    perbanyaklah memohon ampunanNya jika tindakan utk mendapatkan suatu barang/makanan/harta dengan cara/niat yg haram. maka sampai kapanpun barang itu akan haram jika digunakan/dimanfaatkan.
    Juga dengan tindakan menagih hutang yg melewati batas kemanusiaan maka sudah seharusnya diproses sesuai hukum yg berlaku….
    Semoga kita semua terhindar dr jebakan Hutang Riba….

    • 5 Juli 2020 - (04:35 WIB)
      Permalink

      Nah menurut saya ini yg bener, karna bayar hutang itu emang kewajiban..

      Contohnya saya mw pinjemin mba uang tp disertai bunga yg banyak, nah itu saya yg dosa karna riba itu suatu keuntungan yg saya dapatkan dengan menyusahkan orang lain. Itu yg dilarang
      Riba itu bisa dimana2, contoh mba beli beras harga normal 1 liter 7rb tp pedagang menjual dengan harga lebih mahal jadi 10rb misalnya, nah itu jg riba.. atau beli baju merek yg sama, harga dipasar lebih murah daripada di mall tp mbaknya milih beli di mall, nah itu jg Riba..
      Masih banyak Riba2 yg lain kalo mw kita cari mah, harga kecap antar warung aj bisa beda tp kita tetep beli, paling sampe rumah cuma bilang “kok diwarung ini mahal yaaa”

      Riba bukan cuma pinjam uang dengan bunga, jual beli barang jg bisa Riba..

      Intinya Kita itu harus hati2 memahami arti Riba, jangan sampe gak mau bayar kewajiban dengan berlindung dengan Dalil Riba.

      • 5 Juli 2020 - (05:34 WIB)
        Permalink

        *ADA BUNGA BANK YANG HALAL, BERNARKAH?*

        Oleh : Ustadz H. Dwi Condro Triono, Ph.D

        Bagi sebagian kaum muslimin yang masih BERKUBANG dengan bunga bank, tentu memiliki berbagai alasan. Keyakinan utama mereka adalah bahwa bunga bank itu TIDAK SAMA dengan riba. Riba itu hukumnya haram, sedangkan bunga bank itu halal. Apa argumennya?
        .
        Argumen yang paling populer adalah: riba yang diharamkan dalam Al-Qur’an adalah riba yang BERLIPAT GANDA, sedangkan bunga bank itu tidak berlipat ganda. Oleh karena itu, bunga yang wajar dan tidak menzalimi itu HALAL. Misalnya, bunga 1% atau 2% saja itu tidak haram. Apa argumennya?
        .
        Ternyata ada 2 argumen. PERTAMA. Pendapat ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah: 275:
        وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ﴿٢٧٥﴾
        “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
        .
        Mereka berpendapat bahwa, dalam ayat di atas ditunjukkan bahwaالرِّبَا adalah lafadz yang UMUM. Kemudian dengan menggunakan kaidah ushul fiqih:
        دَلِيْلُ الْعَامِ يَبْقَى عَلَى عُمُوْمِهِ مَا لَمْ يَرِدْ دَلِيْلُ التَّخْصِيْصِ
        “Dalil umum tetap dalam keumumannya, selama tidak terdapat dalil yang mengkhususkan (mengecualikan keumumannya)”.
        .
        Pertanyaannya: apakah keumuman dalil di atas ada takhshis-nya? Menurut mereka, ada dalil yang mengecualikannya, yaitu Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran: 130:
        يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافاً مُضَاعَفَةً
        “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat ganda”.
        .
        Kesimpulannya, riba secara umum memang haram hukumnya, kemudian dikecualikan untuk riba yang BERLIPAT GANDA. Sehingga hanya riba yang berlipat ganda saja yang haram, sedangkan riba yang kecil prosentasenya tidak haram.
        .
        Bagaimana menjawab pendapat seperti ini? Pendapat ini tidak dapat diterima. Sebab, QS Ali ‘Imran: 130 tidak dapat dijadikan sebagai takhshis dari keumuman riba. Dalam ilmu ushul fiqih, dalil takhsis haruslah datang BELAKANGAN dari dalil umumnya. Faktanya, QS Ali ‘Imran: 130 turun lebih dahulu dari Al Baqarah: 275.
        .
        “KEDUA. Pendapatnya menggunakan istidlal yang berbeda dengan pendapat pertama. Pendapat yang kedua ini langsung didasarkan pada QS Ali ‘Imran: 130 sebagaimana ayat di atas, yaitu:
        يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافاً مُضَاعَفَةً
        “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba yang berlipat ganda”.
        .
        Dari ayat ini, kemudian langsung diambil mafhum mukhalafah-nya (pemahaman yang sebaliknya). Sehingga dapat difahami, “janganlah kamu memakan riba yang berlipat ganda”, maka pemahaman yang sebaliknya adalah bahwa riba yang tidak berlipat ganda, atau riba yang kecil hukumnya boleh diambil.
        .
        Nah, bagaimana kita menjawab pendapat ini? Pendapat itu tidak dapat dibenarkan, karena telah mengambil mafhum mukhalafah (pemahaman sebaliknya) secara TIDAK SAH menurut ilmu ushul fiqih.

        Dalam ilmu ushul fiqih, mafhum mukhalafah tidak sah, jika bertentangan dengan nash. Apa contohnya? Contohnya adalah, ada ayat yang melarang orang tua membunuh anaknya karena TAKUT MIKSIN, yaitu dalam QS Al-Isra’: 31.
        وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ ﴿٣١﴾
        “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin”.
        .
        Jika ayat di atas langsung diambil mafhum mukhalafah-nya, maka maknanya: boleh membunuh anaknya, jika TIDAK TAKUT MISKIN. Misalnya, jika orang tua jengkel, karena anaknya menangis terus, maka orang tua boleh membunuh anaknya. Mengapa? Sebab, alasan membunuhnya bukan karena takut miskin, tetapi karena rasa jengkel terhadap tangisan anaknya. Apakah istidlal seperti ini dapat diterima?
        .
        Jawabnya, mafhum mukhalafah-nya tidak dapat diamalkan, karena bertentangan dengan keumuman larangan membunuh (QS. Al Baqarah: 178). Oleh karena itu, mafhum mukhalafah untuk riba berlipat ganda juga tidak boleh diamalkan, karena bertentangan dengan keumuman larangan riba (QS. Al Baqarah: 275).
        .
        Selain itu kita harus faham, sesungguhnya perhitungan bunga di bank adalah dengan menggunakan rumus BUNGA MAJEMUK, sehingga semua utang bisa menjadi berlipat ganda. Contohnya: Utang Rp. 1.000.000,- jika dihitung dengan rumus bunga majemuk, hasilnya adalah: 1.000.000 ( 1 + 0,1)10 = 2.853.116.
        .
        Apa artinya? Maknanya, hanya dalam periode 10 tahun utang, jumlah bunga bank yang harus dibayarkan sudah jauh di atas bunga utang yang berlipat ganda. Lantas, darimana kita bisa mengatakan bahwa bunga bank itu HALAL karena TIDAK BERLIPAT GANDA?
        .
        Sebagai penutup, untuk memperkuat pendapat di atas, kita dapat menggunakan ayat terakhir yang berkaitan tentang riba, yaitu QS. Al-Baqarah: 279:
        وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُؤُوسُ أَمْوَالِكُمْ ﴿٢٧٩﴾
        “Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu”
        .
        Ayat ini menjelaskan tentang cara BERTAUBAT dari riba, yaitu dengan mengembalikan hutang pokoknya saja. Maknanya, bahwa riba yang haram tidak hanya riba yang berlipat ganda saja, karena Allah telah mensyaratkan taubat dari mengambil riba dengan keharusan mengembalikan POKOK HUTANG-nya, tanpa ada pertambahan sedikitpun. Ayat ini merupakan ayat terakhir berkaitan dengan masalah riba. Wallahu a’lam bish- shawwab.

      • 5 Juli 2020 - (13:50 WIB)
        Permalink

        Smoga alloh memudahkan urusan mb,..
        Ini juga mnjdi tmpat dakwah untuk memerangi riba mba…
        Selepas mba mmpu atau ksulitan finasial yg nmanya riba ttp harus di tinggalkan..
        Bebesar hati mba atas kontra mereka yg msih mmbela dan mmbenarkan riba…smoga mereka mndpatkan hidayah…

        1 lagi…pkerjaan dc itu haram hukumnya..pinjol itu haram hukumnya…klo qt terus mmbyar bunga sama aja qt mndukung perbuatan haram….
        Semoga qta smua mndpatkan hidayah…
        Amiiin…

        • 7 Juli 2020 - (23:10 WIB)
          Permalink

          Setuju saya nih, riba itu harus ditinggalkan bagaimanapun caranya, kasus mba ini adalah ketika dia belum paham kredit itu riba, dan sekarang sudah mendapatkan hidayah untuk segera meninggalkan riba. Dan komentar yg lain adalah contoh orang2 yang belum paham dan membedakan mana hutang yg wajib dibayar dan riba yg wajib ditinggalkan.

          Saya salut sama mba, semoga selalu istiqamah dalam jalan Allah

      • 5 Juli 2020 - (05:36 WIB)
        Permalink

        tidak ada jika dinilai saya belum mengerti, namun saya sudah memahami bu apa yg tergolong riba, dan berani mengambil langkah bijak agar tidak terjadi kembali. Semoga kedepannya ibu/bapak yg lebih cerdas dari saya tidak terjermus dengan dosa2 seperti saya, berzinah dengan ibu kandung sendiri. Aamiinn

  • 4 Juli 2020 - (22:58 WIB)
    Permalink

    Saya SETUJU dengan pendapat mbah Kyai, yang melupakan sisa riba adalah pemberi hutang bukan yang berutang. Namanya hutang ya wajib dilunasi. Apalagi dari awal sudah TTD akad kredit yg disetujui bersama. Dosa kalau utang tidak dilunasi

  • 4 Juli 2020 - (23:01 WIB)
    Permalink

    hutang memang wajib dibayar pak & ibu, yang wajib ditinggalkan adalah ribanya. Maka saya sudah jelaskan barang tersebut sudah saya bayar sesuai dengan harga / jumlah pokok dari hutang saya,. dan saat ini tersisa hanya riba / biaya denda, ongkos yang berupa riba / kelebihan dari nominal pokok saya.

    • 6 Juli 2020 - (11:26 WIB)
      Permalink

      Mba yah baik…., Coba posisikan mba yg menjadi kredit plus, mau untung dari mana untuk membayar gaji karyawan kalau bukan dari bunga cicilan???? Dan mba sendiri menabung kah di bank???? Apa kah ga emba makan bunga nya? Kalau bunganya mba ga makan yah bagus bener, tapi kemungkinan besar mba makan kan???? Ga usah beragument dengan riba lah……, Bayar lah kewajiban mba sesuai perjanjian, setelah itu jangan kredit lagi….., Jangan menyusahkan orang lain mba, itu juga dosa loh……

  • 4 Juli 2020 - (23:18 WIB)
    Permalink

    Ngaku tobat masih menggunakan barangnya.

    Tobat itu bayar sesuai akad sampe lunas atau pulangin barangnya..

    Taubat kaya gitu dzolim bnyak yg dirugikan.

    • 5 Juli 2020 - (04:49 WIB)
      Permalink

      apakah ada dalil yang mengharamkan barangnya? jika ada boleh share disini. Bacalah dengan bijak semua atas jawaban komentar disini. Apa itu riba bagi yg belum tau, dan apa saja yg tergolong riba ? dan mengapa harus ditinggalkan ? kenapa saya terjerat riba ?

      sudah dijelaskan ya pak, janganlah menjadi seperti tong kosong nyaring bunyinya. Berbijaklah dalam berkomentar. Terima kasih

      • 5 Juli 2020 - (07:22 WIB)
        Permalink

        saya sepakat dengan mbk masalah ribanya tpi saya kurang sepakat masalah barang nya masih mbk pake …saran saya bara itu memang di beli dengan perjanjian kredit/riba tpi barang masih mbk pake …lebih baik di jual aja terus uangnya mbk sumbangin …klau mbk mau beli tidak riba usahakan beli cash

        • 5 Juli 2020 - (10:11 WIB)
          Permalink

          saya tidak bilang barang itu masih saya gunakan atau tidaknya kan mas, karena tidak perlu saya bahas detail ini urusan saya dan leasing. Cuma netizen disini banyak yang pandai, dan mengurui saya. Tetapi saya tetap dengan pendirian saya untuk hanya melunasi jumlah pokok dan sudah di cek slik juga nominalnya berapa bahkan ada yg lebih. Say no to riba mas.

          • 5 Juli 2020 - (10:15 WIB)
            Permalink

            ini pilihan, jika yang sudah tau mengenai dosa tetapi masih dijalani ya terserah. Riba itu perintah buat ditinggalkan, buat yg sudah tau dr awal dan ternyata masih dilakukan mungkin ada sebagian dr yg komentar disini. Tapi maaf jangan ajak2 saya berzinah dengan ibu saya lagi. Hutang harus dilunasi, ingat dengan cara meninggalkan riba juga bs melunasi hutang kok. Allah selalu memudahkan hambanya.

            Pertebal ilmu tauhid dan bertaubat selagi ada waktu.

    • 5 Juli 2020 - (05:30 WIB)
      Permalink

      Hahaha… Itulah..
      Surah Al~Baqarah itu buat pemberi hutang, bukan yang ngutang, yang ngutang tunduk pada penjanjian dan itu kewajiban, sama hal niat, jika diawal misal kita sudah niat puasa senin kamis selama 30 hari kedepan, berarti itu wajib hukumnya, begitu pula penjanjian…

  • 4 Juli 2020 - (23:56 WIB)
    Permalink

    Mending lunasi dulu baru lah berhenti
    Jangan berhenti gtu aja, ntr malah makin menjadi-jadi
    Polisi tidak ngurusi hutang piutang, sebab sebelum melakukan pinjaman pasti’nya kan baca aturannya..

    • 5 Juli 2020 - (00:06 WIB)
      Permalink

      Saat saya akad kredit itu saya belum tau apa itu riba, dosanya sebesar apa dan selama saya belum tau hukum riba dibayar itu haram saya masih jalani, ketika saya tersadar karena diuji dengan musibah dan cobaan bertubi-tubi saya sadar selama ini dosa apa yg sudah dilakukan ? ternyata dengan berzinah oleh ibu kandung sendiri

      Silahkan berpendapat apakah ini riba atau bukan jika
      Harga unit itu adalah 2.700.000 dicicil selama 9 dengan nominal cicilan 408.000 dan saya sudah membayar 8x sejumlah 3.264.000
      jika sesuai cicilan total 3.672.000

      dari 4 barang tersebut ketiga nya sudah saya lunasi tunggakan pokok, dan barang yang belum lunas (1 unit) dalam kondisi hilang dan saya tetap bertanggung jawab akan membayar hutang saya sesuai tunggakan pokoknya seperti pihak leasing juga melaporkan tunggakan pokok ke SlLK dengan nominal sesuai harga unit itu tanpa BDO

      selisih kelebihan itu berupa biaya seperti bunga dll, belum lagi denda keterlambatan. Apakah itu masih wajib dibayarkan ?? dan apakah itu bukan riba ??
      sedangkan kewajiban saya melunasi tunggakan pokok sudah saya lunasi. Kecuali 1 barang lagi yg akan saya bayarkan sesuai tunggakan pokok tanpa BDO (Bunga, denda, ongkos lainnya)

      untuk barang yg sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok tidak saya kembalikan, karena sudah hak saya memilikinya karena sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok

      itikad baik saya, dengan mengirimkan surat penghapusan BDO 0% (bunga,denda,ongkos) kepada pihak kreditplus. Namun belum ada respon dari mereka, malah saya mendapatkan tindakan yg tidak profesional oleh DC kreditplus.,

  • 5 Juli 2020 - (00:59 WIB)
    Permalink

    Lunasi semuanya secepat mungkin dan tanpa bikin masalah baru apapun alasannya setelah selesai baru jauhi riba dan tobat nasuha.

    • 5 Juli 2020 - (04:30 WIB)
      Permalink

      Saat saya akad kredit itu saya belum tau apa itu riba, dosanya sebesar apa dan selama saya belum tau hukum riba dibayar itu haram saya masih jalani, ketika saya tersadar karena diuji dengan musibah dan cobaan bertubi-tubi saya sadar selama ini dosa apa yg sudah dilakukan ? ternyata dengan berzinah oleh ibu kandung sendiri

      Silahkan berpendapat apakah ini riba atau bukan jika
      Harga unit itu adalah 2.700.000 dicicil selama 9 dengan nominal cicilan 408.000 dan saya sudah membayar 8x sejumlah 3.264.000
      jika sesuai cicilan total 3.672.000

      dari 4 barang tersebut ketiga nya sudah saya lunasi tunggakan pokok, dan barang yang belum lunas (1 unit) dalam kondisi hilang dan saya tetap bertanggung jawab akan membayar hutang saya sesuai tunggakan pokoknya seperti pihak leasing juga melaporkan tunggakan pokok ke SlLK dengan nominal sesuai harga unit itu tanpa BDO

      selisih kelebihan itu berupa biaya seperti bunga dll, belum lagi denda keterlambatan. Apakah itu masih wajib dibayarkan ?? dan apakah itu bukan riba ??
      sedangkan kewajiban saya melunasi tunggakan pokok sudah saya lunasi. Kecuali 1 barang lagi yg akan saya bayarkan sesuai tunggakan pokok tanpa BDO (Bunga, denda, ongkos lainnya)

      untuk barang yg sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok tidak saya kembalikan, karena sudah hak saya memilikinya karena sudah saya bayar sesuai tunggakan pokok

      itikad baik saya, dengan mengirimkan surat penghapusan BDO 0% (bunga,denda,ongkos) kepada pihak kreditplus. Namun belum ada respon dari mereka, malah saya mendapatkan tindakan yg tidak profesional oleh DC kreditplus.,

  • 5 Juli 2020 - (02:07 WIB)
    Permalink

    wkwkkwkk.. trik baru nih..
    minta ditalangin dulu beli barang, bayar nyicil, maunya tanpa bunga..
    dikira tuh duit yg nalangin milik guru ngajinya apa..

    • 5 Juli 2020 - (04:43 WIB)
      Permalink

      mohon maaf ya mba,lebih baik dipikir jika berkomentar. Berbijaklah dalam berbicara. Memang tong kosong nyaring bunyinya mba.

  • 5 Juli 2020 - (03:38 WIB)
    Permalink

    Iya Bu mendingan lunasi dulu hutang nya.. karena perjanjian ttep perjanjian.. walaupun sekarang ibu baru mengerti arti riba.. hutang ttep hutang ga bisa pake alasan apapun untuk menghindari nya. Bettul kata Mbah kyai..

    • 5 Juli 2020 - (04:46 WIB)
      Permalink

      mohon disimak komentar lain yang sudah ada jawabannya mengenai apa kata Lunas apa kata riba itu sendiri.

      Terima kasih

  • 5 Juli 2020 - (04:06 WIB)
    Permalink

    Sumpah ini lucu sekali hahahahah.
    Anda berhutang, Dan sudah setuju dan TANDA TANGAN di surat perjanjian waktu mau kredit barang.
    Ternyata ada yak trik macam begini ahahah.
    Bisa bangkrut perusahaan kredit kalo gini wkwkw.

    Riba dari mana sih ?
    Pihak kredit plus udh beli hp dari produsen, dengan harga normal, dan menjual kembali ke anda dengan harga sekian , DAN DI BAYAR DENGAN MENCICIL.

    Anda kan beli ke kredit plus . bukan di toko nya anda beli.
    Gw tanya riba nya dmn?

    Itu sama aja anda bilang orang jual bakso , dan anda sebut riba wkwk
    (Tukang bakso beli bahan pokok , dan menjual nya kembali dengan mengambil untung dengan cara di olah dan di cicil untuk org banyak)

    Jgn meng ada2
    Kalo utang ya bayar . jangan mengatas namakan agama demi keuntungan anda pribadi .

    Kalo takut haram. Brg yg anda pake itu juga haram.

    • 5 Juli 2020 - (04:45 WIB)
      Permalink

      silahkan dibaca pak komentar2 lain yg sudah ada jawabannya pak. Jangan menjadi manusia seperti istilah

      Tong kosong nyaring bunyinya

      terima kasih

  • 5 Juli 2020 - (05:38 WIB)
    Permalink

    Pemakan Riba adalah Penikmat Bunga, bukan yang meminjam uang Aminah……
    Jadi yang dosa adalah sipemberi Pinjaman, bukan yang diberi pinjaman, dan Anda tetap harus melaksanakan kewajiban, Anda tidak berdosa, kecuali setelah selesai semua lalu anda meminjam lagi, itu baru dihitung dosa.
    Makanya kalau Anda tanya Ustadz atau Ulama, pilihan cuma 2,
    1. Selesaikan pinjaman sesuai perjanjian
    2. Kembalikan Barang
    Jika 1 tidak dilaksanakan dan barang juga tidak dikembalikan, Anda tetap berdosa.
    Itu jelas dan pasti.

    • 5 Juli 2020 - (07:14 WIB)
      Permalink

      Ibu Dita Dwi Arimas….
      Anda sangat pintar. Anda berlindung atas nama agama, dari sebuah perbuatan yg tdak terpuji yg anda lakukan.
      Anda memang sangat2 PINTAR.

      Dalam hadist, disampaikan mengenai permasalahan hutang “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membeli makanan dari seorang Yahudi dengan tidak tunai, kemudian beliau menggadaikan baju besinya” (HR Al-Bukhari) Hal ini menunjukkan bahwa ketika Rasul pernah berhutang, maka ia menggadaikan baju besinya sebagai bentuk jaminan dan proses pembayarannya. Untuk itu, sebelum waktu akad atau waktu perjanjian hutang habis, maka si penghutang harus segera menyelesaikannya.

      “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah).

      “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim).

      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
      ﺃَﻳُّﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳَﺪَﻳَّﻦُ ﺩَﻳْﻨًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﻣُﺠْﻤِﻊٌ ﺃَﻥْ ﻻَ ﻳُﻮَﻓِّﻴَﻪُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻟَﻘِﻰَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺎﺭِﻗًﺎ
      “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.”[7]
      Anda akan memiliki 2 DOSA besar.
      1. Sebagai Pencuri.
      2. Dosa Riba (berjinah dengan org tua sendiri). Karena anda sudah menandatangani perjanjian tersebut.
      Sebagai sesama muslim saya hanya bisa mengingatkan.
      Semoga anda tidak di dalam golongan PENCURI di mata ALLAH SWT.

      • 5 Juli 2020 - (08:48 WIB)
        Permalink

        Nabi Muhammad pernah menggadaikan baju besi nya *TANPA RIBA*
        Bayar hutang wajib
        Tidak RIBA nya

  • 5 Juli 2020 - (07:39 WIB)
    Permalink

    Coba mbak mikir,misalkan ni ya misalkan mbak yang diposisi kredit plus gimana. Mw gak? Janji tp kd ditepati. Terlepas dari riba ada kewajiban. Lunasi aja,barangnya jd halal kog. Coba dibalik deh. Malu sama foto akad dan ttd kreditnya mbak dulu mbak.

    • 5 Juli 2020 - (07:44 WIB)
      Permalink

      jika kondisi dibalik dan saya sudah paham riba tetapi saya masih bekerja di tempat riba, saya pribadi memilih untuk pergi dari tempat itu. Karena kembali lagi, saya sudah tau dan paham kenapa harus dilanjutkan ? Hutang memang wajib dibayar, riba yang wajib ditinggalkan. Rezeki bukan hanya dr pendapatan atau gaji mas/mba. Rezeki dan keberkahan itu datang dari tempat dan sumber kita mencarinya. Sampai kapan anda akan berzinah dengan ibu kandung anda sendiri ??

      sekali lagi saya tekankan,. hutang jumlah pokok sudan di Lunasi dan dibayarkan. hanya sisa 1 yg belum dan segera saya lunasi dengan nego pembayaran sesuai hutang pokok.Karena bagi yg sudah tau mengenai riba, haram hukumnya dilaksanakan mba/mas.

      Perdalam ilmu tauhid dulu, baru tau apa itu riba.

    • 5 Juli 2020 - (07:55 WIB)
      Permalink

      Waduh setelah saya membaca komentar dan balasan dari si Mbaknya kok saya jadi kaya geli sendiri ya. Bisa2nya dgn alasan tobat riba, anda meninggalkan kewajiban yg anda sudah setujui sebelumnya dgn dalih lebih zalim mana dgn zinah dgn ibu sendiri. Hahaha. Susah sih kalau sudah mabuk agama, logika yg konon diberikan Tuhan supaya umatnya dapat berpikir juga dikesampingkan. Haha

      • 5 Juli 2020 - (08:50 WIB)
        Permalink

        Alhamdulillah apapun perkataan anda bapak / ibu, saya sudah menjalankan sesuai ajaran agama saya, bahwa hutang wajib dibayarkan, dan riba wajib ditinggalkan karena itu perintah dari Allah.

  • 5 Juli 2020 - (07:48 WIB)
    Permalink

    Ass…selmt pagi buat sodara kaum muslimin dan muslimat semua adalh kita sodara….tolong dikasih penjelasan yg baik bagi sodara2kita biar ktmu jln solosinya sperti apa..klo mnurut sya sie simpel klo punya hutang hrus dibyar klo tdk klo gk mau bayat ya tdk usah mnghutang…simpel kan…!!malulh cerita2 maslh hutang mah…jngn bgtu tdk baik…trims

    • 5 Juli 2020 - (08:52 WIB)
      Permalink

      waalaikumsalam

      semoga bapak/ibu dan sekeluarga dilindugi oleh Allah dan dijauhkan dari riba pak/ibu

      terima kasih untuk saran dan kritikannya semua, dan saya tetap pada pendirian saya. Allahu Akbar

      • 5 Juli 2020 - (13:11 WIB)
        Permalink

        Seperti yang saya bilang… Anda memang benar2 pintar menggunakan agama demi perbuatan tidak terpuji (Pencuri) anda.

        “Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah).

        Ingat do’a org yg teraniyaya & anda ambil hak nya akan sangat cepat didengar & di kabulkan ALLAH SWT.
        Semua perbuatan baik dan jelek yg anda lakukan akan ada balasan nya dari yg MAHA KUASA.

        Selamat Tinggal.

  • 5 Juli 2020 - (08:03 WIB)
    Permalink

    Mbak tetap ada kewajiban didunia mbak. Sesuai janji yang mbak sepakati dengan kreditplus nya. Diakhirat mbak akan ditagih juga mbak.
    Sudah jd kewajiban mbak saat mbak setuju ttd dan menikmati barangnya itu. Selesaikan kewajiban itu dan jangan diulangi lagi. Bukan mbak malah merubah isi perjanjian mbak sama kreditplus sepihak. Rugi donk mereka mbak. Minta aja keringanan bunga,bukan menghapus bunga. Karena ada karyawan yang harus digaji.

    Masalah dc mereka,jika mbak memang merasa dirugikan dan terganggu karena sikap mereka kelewatan dalam penagihan,mbak punya hak untuk melaporkan.

    • 5 Juli 2020 - (08:08 WIB)
      Permalink

      kewajiban saya membayar hutang sudah saya jalani mas, dan kewajiban saya melepas bunga sudah saya jalani. Permasalahn untung rugi, apa ruginya pihak kredit plus sudah mendapatkan kelebihan dari hutang yg saya bayar walaupun belum semua, karena saya diberikan kesadaran oleh Allah. Lebih baik saya di dunia ini diperangi oleh tentara2 riba. Dari pada saya diperangi sama Allah dan Rasul-Nya yang melarang membayar sisa2 riba.

      Saya tidak mau bermaksiat lagi dengan berzinah dengan ibu kandung saya sendiri. Mungkin anda harus pahamin dlu ilmu tauhid anda. Itu sebuah pilihan mas. Karena saya mau mati dalam keadaan khusnul Khotimah. Bukan Su’ul Khotimah yang masih mengerjakan riba

    • 5 Juli 2020 - (20:50 WIB)
      Permalink

      Susah mas.. Ngomong sama orang yg argumenny merasa paling benar sendiri.. Terlalu mabuk agama… Katany baru tau riba.. Giliran ditany memangny dia mualaf ko baru tau riba.. Diem aja. Gk jawab.

  • 5 Juli 2020 - (08:16 WIB)
    Permalink

    Kelebihan yang mereka dapatkan kata mbak itu tidak sesuai dengan perjanjian yang mbak buat sama mereka. Masih ada kewajiban. Mbak merubah perjanjian sepihak donk, karena alasan sudah tau riba. Udah jual aja barangnya, selesaikan kewajibannya,sisa nya bisa beli hp lagi sesuai kemampuan. Galak yang hutang dari yang minjamin. Hehe

    • 5 Juli 2020 - (08:32 WIB)
      Permalink

      akad yang bathil bisa menjadi batal, pondasi awalnya dikuatkan taubat dan tauhid.

      masih banyak waktu untuk bertaubat, sebelum terlambat.
      Saya bukan mengurui, hanya tidak ingin mengikuti saran yang menjerumuskan kembali ke dunia ribawi.
      Memang susah berjalan diarus deras air yang berlawanan. Namun jika sudah mencapai tujuan dan Allah ridhai pasti dimudahkan. Saya lebih baik berperang melawan tentara riba, dari pada diperangi Allah dan Rasul-Nya

      • 5 Juli 2020 - (09:18 WIB)
        Permalink

        Gini yah mbak analoginya gampang banget…
        Si mbak mau punya hp harga hp 1jt tapi waktu itu si mbak gak pegang uang
        Kebetulan temen baik si mbaknya dagang hp juga dia tawarin ke si mbaknya karena temenan “udah deh ambil aja hp di saya saya kasih harga 1.2jt bisa di cicil setahun jadi tinggal bayar aja ke saya 100ribu sebulan”
        Di bulan ke 10 mbak ngerasa saya udah bayar sesuai harga hp awalnya di toko trus mbak bilang ke temen mbaknya
        “Duh saya gak mau bayar 200ribu lagi deh sisanya.. Itu tuh riba berenti deh kamu kredit2 cari untung kayak gini”
        Percaya sama saya hari itu juga mbak gak akan temenan lagi sama dia.. Dan kalau saya kenal sama si mbaknya saya gak akan mau temenan sama si mbaknya
        Kenapa.?? Soalnya si mbaknya udah ngerusak lahan pencarian uang orang lain.. Dan si mbaknya sama aja kaya pencuri
        Temen si mbak udah baik mau keluarin uang 1jt di awal buat beliin hp buat si mbaknya dulu.. Tapi akhirnya waktu dia udah harus terima untung malahan si mbaknya gak mau bayar
        Mikir mbak…
        Kalau emang gak punya uang lagi mending tawarin keringanan bukan penghapusan denda..
        Lembaga kredit tuh sama aja kayak orang dagang.. Mereka beli barang dengan harga full sesuai dengan harga toko di jual lagi mereka cari untung
        Kalau kayak gitu di bilang riba berarti semua pedagang ayam beras telor semua kebutuhan tuh harus jual sesuai harga mereka beli gitu??
        Kalau emang gak ada uang buat bayar barang yang dari hasil riba itu jual uangnya pake buat bayar sisa hutangnya bukannya barangnya mau di pake karena ngerasa pokoknya udah saya bayar jadi hutangnya udah lunas
        Wkwkwkwkwk jago banget ngelawaknya mbak

        • 5 Juli 2020 - (10:19 WIB)
          Permalink

          jual beli itu hukumnya boleh mba, dan diperbolehkan mengambil untung dari berdagang, dan ini berbeda kasus ya mba. Yang dimaksud riba ada bunga berlebihan dan denda berjalan dll. Itu sudah jelas diharamkan.

          Dan tidak ada kerugian saya tidak memiliki teman seperti anda, karena alhamdulillah saya dikelilingi orang2 yang baik dan berilmu lebih dr saya mba. Sampai saya sadar perbuatan itu salah.

          • 5 Juli 2020 - (16:22 WIB)
            Permalink

            Knp ga dri awal bli cash aja mba.mba ini ribet..

  • 5 Juli 2020 - (14:17 WIB)
    Permalink

    Hutang ya dibayar boss, kalo gak mau bayar jgn bawa2 agama malu sendiri ntar,..

    Kalo masalah debkolektor laporin aja biar di urusin polisi, tp bukan berarti bebas bayar gara2 situ tobat dadakan setelah punya utang,. Perusahan juga punya aturan boss,..di awal pengambilan situ sudah sepakat dan terjadi jual beli,.jd gak ada salahnya perusahaan nagih sama situ la wong situ memang punya utang,.

    Tobat boleh tp utang harus tetap dilesaikan,..kalo situ memang bener2 tobat harusnya dislesaikan yg ini lah, dan besok2 lg tidak mengulanginya,.

    Kalo masalah debkolektor laporin aja itu memang harus, karena penagihan tidak sesuai SOP, tp hutangnya ini tetap slesaikan boss, hbis itu sampean lanjutin tobatnya dengan tidak mengulanginya lg,..itu baru betul, .inget jgn bawa2 agama kalo gak niat bayar.

 Apa Komentar Anda mengenai KreditPlus?

Ada 174 komentar sampai saat ini..

Penagihan oleh Debt Collector Kredit Plus Mengancam dan Mengintimidasi…

oleh dita dwi arimas dibaca dalam: 2 menit
174