Buruknya Kualitas dan Layanan ASUS

Yth. Media Konsumen,

Produsen laptop asal Taiwan, ASUS, dengan bangganya memproklamirkan diri sebagai penyedia layanan purna jual terbaik, di samping kualitas produk yang memuaskan. Tagline yang mereka usung adalah “No. 1 in Quality and Service.” Namun, kenyataan yang saya alami tak seindah slogan yang didengungkan.

Bermula ketika saya membeli laptop ASUS Transformer T-200 pada bulan September 2014. Laptop ini saya beli lewat situs Amazon.fr, sebagai salah satu distributor utama ASUS di Prancis. Setelah saya mulai menggunakannya, saya mendapati bahwa kamera laptop tidak bekerja. Kamera belakang, yang menjadi fitur unggulan seri ini, tidak menangkap gambar dengan sempurna; cahaya yang ditampakkan selalu remang-remang. Webcam, fitur standar sebuah notebook, malah sama sekali tidak berfungsi. Setiap aplikasi kamera dibuka, hanya gelap gulita yang terlihat. Praktis, saya tidak bisa memakai laptop saya untuk video call, atau “take memorable moments” seperti yang diiklankan.

Karena biaya servis di Prancis amat mahal, saya urung membawa ke ASUS Service Center. Sebenarnya saya sudah pernah menyampaikan keluhan ini via Facebook Page ASUS France—dengan harapan mereka bisa memperbaiki kualitas produk, atau menarik produk jika memang masalah. Tetapi, post pendek saya tidak mendapat respon apapun dari Admin FB.

Lalu, di bulan Oktober 2015, laptop ASUS saya mengalami kerusakan—padahal baru setahun sejak pembelian. Saat dinyalakan, layarnya hijau polos tidak bisa menampilkan menu apapun. Mau tidak mau harus dibawa ke ASUS Center. Karena sepulang studi saya menetap di Depok, saya datang ke ASUS Center Depok pada 23 Oktober.

Kualitas layanan purna jual ASUS Indonesia ternyata juga mengecewakan. Informasi yang diberikan menyesatkan pelanggan. Alamat service center yang dicantumkan di semua kanal digital ASUS (website, Facebook, Twitter) adalah Jalan Margonda Raya 403B. Padahal, setelah ditelusuri, alamat yang benar ada di Jalan Margonda Raya 304. Kesalahan ini mungkin terlihat sepele, tetapi membuat pelanggan kerepotan. Lalu, jam operasional juga tidak ditulis lengkap. Di situs dan Facebook hanya tertulis buka jam 09.00-17.00. Padahal di depan kantor ditulis buka jam 09.30 dan ada jeda istirahat jam 12.00-13.00. Orang bisa saja datang jam 12 karena mengira servisnya berlanjut seperti layanan di bank, tetapi yang ada dia harus membuang waktu satu jam untuk menunggu. Tentang kesalahan informasi ini, saya sudah sampaikan kepada ASUS melalui Facebook dan Twitter. Tetapi lagi-lagi nihil, tidak ada respon sama sekali.

Asus Center Depok
Asus Center Depok

Servis teknis yang diberikan pun tidak memuaskan. Ketika awalnya dicek, petugas bilang “Oh ini hanya perlu diinstal ulang,” dan menurutnya butuh waktu 1-2 minggu. Lewat dua minggu, saya tidak juga dihubungi ASUS Center Depok. Akhirnya saya menghubungi nomor Call Center dan menurut petugas pusat, laptop saya sudah bisa diambil per hari itu (Jumat). Hari Senin saya kembali ke ASUS Center untuk mengambil. Saya serahkan slip servis pada petugas yang kemudian mengecek ke teknisi. Setelah menunggu hampir tiga jam, petugas menemui saya dan mengatakan laptop saya belum bisa diambil. Siang itu juga, saya komplain ke Call Center ASUS, sekaligus saya sarankan untuk mengganti info alamat agar tidak menyesatkan. Komplain saya hanya direspon jawaban klasik: terima kasih. Minta maaf pun tidak.

Baru sebulan sejak servis, laptop saya bisa diambil. Yang paling mengesalkan, saat saya cek, ternyata laptop saya diinstal Windows 8 biasa, padahal OS sebelum diservis adalah Windows 8 Professional. Konsekuensinya, fitur user management tidak ada, dan saya tidak bisa punya kontrol penuh atas sistem karena akun administrator sudah built-in.

Saat mau komplain lagi, saya sudah malas setelah melihat bahwa informasi alamat dan jam operasional di situs mereka belum diganti. Bukti bahwa keluhan pelanggan hanya dianggap angin lalu. Media sosial buat mereka bukan tempat membangun customer engagement, tetapi sekedar alat promosi. Baik di Prancis maupun di Indonesia, manajemen ASUS tidak menghiraukan suara konsumen. ASUS Center yang seharusnya jadi garda depan pelayanan juga tidak lebih baik.

Produk kurang berkualitas, layanan purna jual dan customer relations juga buruk. Lengkap sudah alasan saya untuk kapok tidak mau lagi beli produk ASUS.

Aulia Dwi Nastiti
Depok

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

2 komentar untuk “Buruknya Kualitas dan Layanan ASUS

  • 14 Desember 2018 - (22:23 WIB)
    Permalink

    saya juga kecewa pelayanan asus service center, service handphone di janjikan maksimal 2 minggu kenyataannya akhir bulan sampai pertengahan bulan depan (kurang lebih hampir 3 bulan, gila???!!!!??? malah disarankan membatalkan service mau cuci tangan lepas tanggung jawab nih asus. #asusgakjelas

  • 20 Maret 2019 - (15:08 WIB)
    Permalink

    Asus itu produk Global tapi mengapa kami mo service ( membuka Bitlocker ) aja harus pembelian resmi indonesia ..??? pelayanan standart macam apa ya yg asus miliki ? saya tidak meminta pertanggungjawaban akan barang saya hanya mo service untuk unlocker windows ( bitlocker ) tp di tolak lantaran bukan beli di indonesia….emang asus indonesia tidak memiliki standart pelayanan Global ?? saya kecewa kalau alasannya adalah tempat beli dr notebook ( gadget AIO ).

 Apa Komentar Anda mengenai ASUS?

Ada 2 komentar sampai saat ini..

Buruknya Kualitas dan Layanan ASUS

oleh Aulia Nastiti dibaca dalam: 3 menit
2