Stop Deforestasi!

Deforestasi (pembalakan hutan) telah menjadi masalah krusial di seluruh dunia. Indonesia yang dulu dikenal sebagai ‘Zamrud Khatulistiwa’ atau Jade of Equator dalam bahasa Inggris, karena jika dilihat dari langit kepulauan Indonesia ditutupi oleh pepohonan. Namun itu terjadi pada tahun 1945. Pada tahun 2000-2010, saya menyadari bahwa setelah 73 tahun Indonesia merdeka, Indonesia justru menghadapi banyak masalah lingkungan, mulai dari pembalakan liar yang kebanyakan terjadi di Kalimantan – dikenal juga sebagai Borneo, dan Sumatera, pulau yang kaya dengan hewan endemik.

Kayu digunakan untuk beberapa tujuan terutama untuk konstruksi dan furnitur. Hutan-hutan yang telah ditebangi dikonversi menjadi monokultur, yang dalam hal ini adalah perkebunan kelapa sawit. Kalimantan terkenal akan rotan mereka, yaitu sejenis tanaman palem yang akan menghasilkan sejenis kayu berbentuk seperti pipa panjang yang telah digunakan oleh penduduk setempat untuk membuat jembatan, tas dan barang-barang lain yang mereka butuhkan. Setelah rotan ini dikapalkan ke Pulau Jawa rotan digunakan untuk perabotan dan beberapa diantaranya diekspor.

Sementara itu beberapa hewan endemik ditangkap dan diambil sebagai hewan peliharaan oleh beberapa orang kaya yang tinggal di sekitar daerah itu. Ini membuat kondisi hewan menjadi buruk karena mereka tidak lagi memiliki habitat alami. Ada beberapa situs perlindungan flora dan fauna di Kalimantan dan Sumatera yang sebagian besar dikelola oleh orang-orang dari luar Indonesia.

Salah satu kawasan konservasi di Kalimantan dipelopori oleh Chanee, seorang pria Perancis yang datang ke Indonesia pada tahun 1998. Tanpa mampu berbicara bahasa Indonesia fasih namun ia benar-benar gigih untuk menyelamatkan binatang gibbon (sejenis siamang/owa) yang telah kehilangan habitatnya dan memberi mereka kesempatan kedua untuk semua hewan dalam konservasi memiliki kehidupan yang layak di konservasi. Sambil berusaha menyelamatkan, ia sebagai warga negara non-Indonesia terancam oleh orang-orang yang mengancamnya karena ia menyelamatkan hutan bersama hewan-hewan itu. Misinya adalah menyelamatkan owa dan hewan lain di Kalimantan dan Sumatera dengan melindungi habitatnya.

Dia juga berbicara tentang pembakaran hutan liar yang terjadi pada tahun 2015 yang membuat asap tebal di Kalimantan dan Sumatera yang membuat banyak anak jatuh sakit dan orang tidak dapat pergi bekerja atau sekolah karena keterbatasan penglihatan karena asap.

Melihat fakta ini, kami belajar bahwa penting bagi kami untuk menyelamatkan hutan bukan hanya tentang oksigen dan sumber daya alam yang akan disediakan bagi kami, tetapi juga tentang keberlanjutan dunia ini sendiri. Tanpa hutan hewan-hewan liar itu tidak bisa kehidupan di perkebunan monokultur. Seperti manusia, hewan liar membutuhkan habitat yang layak untuk kehidupan mereka dan tanpa oksigen manusia tidak dapat hidup. Karena itu kita harus menyelamatkan hutan kita dan menghentikan deforestasi.


Catatan redaksi: Artikel di atas merupakan terjemahan bebas dari artikel yang dikirim oleh penulis dalam Bahasa Inggris. Artikel asli seperti di bawah ini:


Deforestation has crucial problem across the world. Indonesia is used to known as ‘Zamrud Kathulistiwa” or Jade of the Equator in English, because from the sky Indonesian archipelago is covered all by trees. Yet that’s only happened in 1945. In the year 2000-2010, I realized that After 73 years, Indonesia has independent, Indonesia faced many environmental problem from illegal logging that mostly happens in Kalimantan, also known as Borneo and Sumatera, island that are rich with endemic animals. The wood is used for several purpose mostly for construction and furniture. Those forests that had been cut down are converted to monoculture, which in this case is palm oil plantation while some endemic animals are caught and taken as a pet by some rich people that live around that area. This makes the condition of the animal worst and they have no natural habitat. There are several flora and fauna protection in Kalimantan and Sumatra mostly from outside of Indonesia. Kalimantan is famous from their rattan that a type of palm plant which would produce long pipe-shape wood-like thing that has been used by the local to make bridge, bag and other things they need. Once this rattan reach Java rattan is used for furniture and some of them are exported.

One of the conservation area in Kalimantan is pioneered by Chanee, a French man who came to Indonesia in the year of 1998 without speaking any Indonesian word yet he really persistent to save all those gibbons that have lost their habitats and give them another second chance for all animal in the conservation to have a decent live at the conservation. While making the effort to rescue, he as non-Indonesian citizen was threatened by people with power threatened him because him saving the forest along with those animal. His mission is to save gibbons and other animals in Borneo and Sumatera by protecting their habitats. He also speak about the wild fire that happened in the year of 2015 that make very thick smoke at Kalimantan and Sumatera which made many children got sick and people cannot go to work or school due to limited sight range due to the smoke. Seeing this fact, we learned that it is important for us to save the forest is not onl about he oxygen and natural resources that would provide for us, but it is also about the sustainability of this world itself, without forest those wild life animal cannot life in monoculture plantation. Like human, wild animal need decent habitat for their life and without oxygen human cannot life therefore we should save our forest and stop deforestation.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

 Apa Komentar Anda?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Stop Deforestasi!

oleh Grace Gunawan dibaca dalam: 3 menit
0