Wisata Menjelajahi Negeri Turki – Bagian 9

Bagian 9. Sehari di Pantai Laut Hitam – Amasra

Sambungan dari bagian 8

Gerimis kecil turun sejak subuh dengan hembusan lembut angin laut membuat suasana segar pagi berkabut. Mata hari enggan menampakkan diri walau banyak orang menanti. Kopi panas atau teh manis jadi pilihan untuk sekedar menghangatkan badan dari sergapan dingin. Sebuah puisi pendek khas Jepang, Haiku, muncul dalam imajinasi menjelma seperti ini :

Gerimis pagi
di pantai Laut Hitam
berpeluk dingin

Berjalan santai mengitari ruang terbuka di sekitar hotel sambil mengabadikannya lewat kamera mengawali kegiatan hari Minggu 15 Oktober 2017 di Amasra, kota kecil di pantai Laut Hitam. Gerimis kecil tidak mengganggu keceriaan para peserta. Pemandangan ke laut lepas yang tenang tanpa gelombang besar mengajak kaki untuk terus melangkah menyusuri tepi laut yang juga halaman hotel-hotel yang berderet rapi.

Selesai bergerak badan untuk memanaskan tubuh kami kembali ke hotel untuk sarapan pagi. Pilihan makanan dan minuman sungguh amat memuaskan. Selesai sarapan rombongan kembali menyusuri pantai. Tak jauh dari hotel tempat menginap, sekitar kira-kira 300 meter, sampailah langkah ke pantai berbatas tebing yang terbuat dari susunan balok batu-batu besar dengan ketinggian sekitar 15 sampai 20 meter di atas permukaan air laut. Untuk naik ke atas ada undakan batu yang agak terjal tapi aman untuk dilalui.

Dari atas tebing pemandangan ke arah laut lepas makin indah. Di tempat ini terdapat bangunan yang tampaknya dulu digunakan sebagai menara pengawas dan tebing batu tadi tentu digunakan sebagai benteng untuk melindungi kawasan pemukiman yang dibangun sekitar abad ke 14. Terdapat pula sebuah bangunan mesjid yang tidak terlalu besar “Fatih Cami” ( dibaca Fatih Jami ). Menurut keterangan di Wikipedia bangunan ini dulu adalah sebuah gereja Byzantine dibangun pada abad kesembilan. Peralihan fungsi gereja menjadi mesjid setelah Sultan Muhammad II yang bergelar Al Fatih ( Sang Penakluk ) berhasil merebut Amasra pada tahun 1460.

Dari lokasi mesjid kami turun memasuki sederetan rumah-rumah penduduk dan situs Castle of Amasra. Dinding tebing sekitar situs istana dan gerbang masuk juga keluar didominasi oleh tumpukan balok batu-batu besar. Hari beranjak menuju siang tapi cuaca dingin masih terasa. Arah perjalanan kami menuju ke pasar tradisional yang mulai ramai. Kios-kios barang kerajinan sudah banyak yang buka dan pengunjungpun terus bertambah.

Menjelang waktu duhur kami berlima penyuka kopi mampir di kedai kopi di dalam lingkungan pasar. Ternyata cara menyeduh kopi di kedai ini dilakukan dengan metode dan alat tradisional. Bubuk kopi Turki yang khas dimasukkan ke cangkir kecil ukuran 100 ml lalu diseduh dengan air dingin dan diaduk sampai larut dengan sempurna. Selanjutnya cangkir-cangkir seduhan kopi itu dijerang dengan diletakkan agak melesak di penjerangan berupa kuali datar berisi hamparan pasir yang dipanaskan di tungku dengan sumber pemanasnya kayu bakar. Harum kopi mulai menggoda dan sesudah mendidih barulah dihidangkan.

Berkeliling pasar tradisional Amasra sambil sesekali mampir untuk membeli cendera mata yang khas selesai menjelang waktu duhur. Di salah satu sudut pertigaan yang menuju ke dermaga perahu nelayan ada rumah makan ‘sea food’ bersebelahan dan berseberangan dengan kios-kios penjual ikan segar tangkapan pagi itu. Tak ayal semua anggota rombongan setuju untuk makan siang di tempat itu. Menu bergantung selera masing-masing, tentu dengan pilihan ikan laut. Ada yang minta ikan bakar, ikan goreng atau yang lainnya. Dari ruang dapur yang terbuka kepulan asap pembakaran ikan menebarkan aroma yang menerbitkan selera makan. Piknik yang menyenangkan membuat perut kenyang dan jiwa yang sehat.

Pukul 13.00 kembali ke hotel untuk persiapan pulang ke Istanbul. Mengemas barang bawaan sudah tuntas sejak semalam. Tinggal menambahkan sedikit cendera mata hasil buruan tadi pagi. Selesai mandi dan melaksanakan kewajiban solat tanda rasa sukur kepada Yang Maha Kuasa kemudian menuju bis yang sudah menunggu dengan setia.

Selamat tinggal Hotel North Door yang nyaman, selamat tinggal Amasra yang menawan. Perjalanan ke Istanbul masih panjang, dimulai melalui Devrek, Mengen, Bolu dan lanjut masuk ke jalur jalan bebas hambatan (high way) Yenicaga. Pengemudi seperti biasa sesudah dua jam mengemudi wajib beristirahat. Dipilihnya rest area Kofteci Remzi sekaligus memberi kesempatan penumpang untuk melepas pegal atau sekedar untuk ke toilet.

Perjalanan dilanjutkan dan haripun mulai mulai beranjak malam. Masuk ke wilayah kota Sakarya waktu sudah menunjukkan pukul 20.30. Baru sekali ini, sejak pak sopir menjemput rombongan di Bandara Attaturk pada tanggal 7 Oktober lalu, bis masuk ke SPBU untuk mengisi bahan bakar. Biasanya pak sopir tidak pernah mengisi bbm selama penumpang berada di bis. Kata pemandu ini adalah cara perusahaan memanjakan pelanggan agar tidak terganggu dengan ha-hal yang mengganggu kenyamanan. Pengisian bahan bakar, membersihkan kendaraan dan perawatan agar bis tetap prima dilakukan saat penumpang istirahat di hotel. Tetapi kali ini sengaja dipilihnya rest area di sekitar SPBU agar semua tahu rahasia perusahaan dalam melayani. Terasa benar pernyataan “konsumen itu raja” yang mendapat pelayanan prima dan selalu dimanjakan.

Istirahat dan solat magrib serta isa telah dilaksanakan. Menjelang tengah malam kami sampai di Istanbul. Walau terlambat saatnya makan malam (terasa seakan makan sahur) RM Ibu Deden dengan sajian khas Sunda tetap menunggu, padahal jam tutup seharusnya pada pukul 22.00.-

Pukul 00.15 yang berarti sudah masuk Senin tanggal 16 Oktober 2017 kami sampai di Hotel Gonen Istanbul.

Bersambung…

Balubur Limbangan, 18 Juli 2018.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

2 komentar untuk “Wisata Menjelajahi Negeri Turki – Bagian 9

  • 25 Juli 2018 - (06:41 WIB)
    Permalink

    Terima kasih buat lanjutan tulisannya Bapak????
    Jadi tambah pengen ke Turki?
    sementara bermimpi dulu dengan tulisan Bapak?

    • 25 Juli 2018 - (10:58 WIB)
      Permalink

      Selamat membaca kisah perjalanan ini, semoga bermanfaat. Kalau berkenan tunggu kisah lanjutannya. Selamat siang bu dokter.

 Apa Komentar Anda?

Ada 2 komentar sampai saat ini..

Wisata Menjelajahi Negeri Turki – Bagian 9

oleh Entjep Sunardhi dibaca dalam: 3 menit
2