Aku dan Aplikasi Pinjol

Kukenal pinjol, setelah mendengar dari bibiku.”Ia ditelpon oleh seseorang yang mengatakan abangku memiliki pinjol dan dia harus bayar”. Saat itu aku biasa saja dan TIDAK berpikir untuk PERNAH terlibat hutang baik dengan siapapun bahkan pinjol. Tapi seiring waktu, aku membutuhkannya.

Maret 2019 aku memulainya, pertama 1 aplikasi. Lunas. Dua aplikasi masih teratasi. Hingga kemudian lebih dari 2 dan aku bingung menutupnya karena jangka waktu yang singkat. Mulai aku berpikir, aku meminjam lagi untuk menutup pinjaman lain. Bulan Juli, aku mulai kelabakan, aku mulai tak sanggup menutup utang tepat waktu. Mulailah aku ditelepon oleh para pekerja di aplikasi pinjol. Mulai dari aku membuka mata sampai pukul 6 sore.

Pekerjaanku mengajar, gajiku tak seberapa. Kuterima hanya 3 bulan sekali. Aku menggadai semua barangku untuk tutup gali lobang, tapi tak cukup. Mungkin kalian juga sudah paham, bagaimana cara kerjanya di pinjol. Untuk menutup 1 pinjol, kamu harus dapat jumlahnya lebih besar, bahkan 1 pinjol ditutup dengan 2 pinjol lagi. Sedih, tapi tetap kuat.

Meski perlahan semakin berkurang, karena ada beberapa aplikasi yang mengizinkan dicicil. Tapi, aplikasi lain justru menunggu dengan tagihan yang semakin tinggi karena bunga yang luar biasa. Soal berpikir buruk, ya aku memikirkannya. Aku tak sanggup membuat keluarga ku malu, kekasihku malu, bahkan mengingat pimpinanku yang kurang mengayomi, aku justru semakin takut kalau-kalau para DC menelpon kantorku. Kalau-kalau para DC mendatangi kediamanku bahkan tempat kerjaku. Ahhhhhh, bunuh diri pikirku.

Ada aplikasi yang telah menelepon adikku. Saat adikku menanyakan aku bilang “bukan apa-apa”, tapi jantungku serasa mau copot. Beragam caraku berusaha menutupnya dan sebisaku untuk tidak lagi melanjutkan pinjaman apapun.

Perdebatanku dengan satu aplikasi pernah terjadi. Saat diancam menyebar dan menelepon semua kontakku, katanya jangan minjam kalau gak punya uang. Kukatakan padanya “ibu tidak akan mendapat apa-apa dengn menelpon mereka. Jika aku dipermalukan maka aku juga bisa membuat keputusan untuk tidak membayar”

Aku tahu rasa sakitnya bagaimana usaha membayar hutang tapi tetap saja dianggap tidak mau bayar. Mengangkat telpon setiap beberapa menit dari berbagai jenis aplikasi, oh butuh kekuatan. Entah apa lagi caranya. Aku mminjam di ak*la**. Krditpnt**. A*dakam*. Ea**ca*sh.uang**,, rpcpt.*ku. Ida*a. Ha***tim*, Krdi*q. Dan banyak lagi.

Sungguh memilukan. Tapi ini pelajaran berharga. Belum berumah tangga, hutang banyak, harus mengatur keuangan dan belajar memahami mereka yang punya hutang kepadaku. Tak selayaknya juga kupaksa melunasi hutangnya. Karena ternyata sakit sekali ketika ada di posisi itu.

Salam damai, untuk para pemilik aplikasi pinjol. Mengertilah. Niat kami, melunasi hutang kami. Kami tahu Anda mencari uang, dan banyak yang membutuhkannya. Mengertilah, kami tidak ingin di posisi ini. Jika bisa kami pun ingin menjadi orang yang memberi pinjaman, bukan meminjam.

Yuni Ginting
Medan

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

 Apa Komentar Anda mengenai pengalaman ini?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Aku dan Aplikasi Pinjol

oleh Yuni Ginting dibaca dalam: 2 menit
27