Kenali Faktor Resiko dan Terapi pada Kanker Payudara

Oleh dr. Fathul Djannah, Sp.PA.

Kanker payudara masih menjadi momok buat wanita dan menduduki peringkat pertama yang merenggut nyawa wanita di dunia dan nomor dua di Indonesia setelah kanker mulut rahim. Dengan memahami faktor faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara maka self awareness dan deteksi dini dapat dilakukan.

Adapun faktor–faktor resiko tersebut adalah:

1. Jenis kelamin

Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh kanker payudara.

 2. Faktor usia

Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak kanker payudara terjadi pada usia 40–50 tahun.

3. Riwayat Keluarga/ Faktor genetik

Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kanker payudara.

Dapat dilakukan pemeriksaan mutasi gen BRCA1 dan 2 yaitu gen suspeptibilitas kanker payudara sebagai deteksi dini bagi yang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara. Bila positif maka probabilitas untuk terjadi kanker payudara adalah sebesar 80%. Seperti yang terjadi pada bintang film Hollywood yaitu Angelina Jolie yang melakukan operasi pengangkatan payudara setelah positif pada pemeriksaan mutasi gen BRCA1 dan 2 setelah ibu kandungnya didiagnosis kanker payudara.

4. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat berubah menjadi ganas. Resiko meningkat menjadi kanker pada penderita yang kambuh setelah dilakukan operasi pengangkatan tumor jinak.

5. Faktor hormonal

Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan (adanya hormone progesterone) dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

6. Usia menarche

Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.

7. Menopause

Menopause yang terlambat dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3%. Hal ini disebabkan karema terlalu lama mendapat paparan dari estrogen

8. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.

9. Nulipara/belum pernah melahirkan

Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara sebesar 30% dibandingkan dengan wanita yang multipara (melahirkan banyak anak).

10. Tidak Menyusui

Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen selama menyusui.

11. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas

Level hormone estrogen akan lebih tinggi pada wanita dengan pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas. Pada beberapa penelitian dikatakan estrogen lokal tumbuh pada payudara penderita kanker payudara dengan kadar lemak yang tinggi seperti pada diet tinggi lemak, alkohol, dan obesitas

Terapi Kanker Payudara

Tujuan utama pengobatan kanker payudara pada tahap awal adalah untuk mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar tumor. Tumor primer/induk biasanya dihilangkan dengan pembedahan, yaitu lumpectomy dimana tumor tersebut diangkat, atau dengan pembedahan/mastectomy dimana sebagian payudara yang mengandung sel kanker diangkat atau seluruh payudara diangkat. Selain terapi pembedahan juga ada radioterapi, kemoterapi, terapi hormone dan targeted terapy dengan tujuan untuk mencegah kekambuhan dan menyebarnya kanker ke organ tubuh yang lain.

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel–sel kanker, dapat diberikan dalam bentuk infus atau oral (tablet). Kemoterapi biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi agar lebih banyak sel kanker yang dapat dibunuh melalui berbagai jalur dengan mekanisme berbeda. Umumnya terapi agresif (kombinasi lebih dari 2 macam modalitas, antara lain: radiasi, kemoterapi, hormonal, target terapi, dan antibody monoclonal dapat diberikan pada pasien yang kondisi dan keadaan umumnya baik dengan tujuan untuk menghilangkan tumor dengan cepat

Radiasi adalah pengobatan dengan sinar–X yang berintensitas tinggi dan berfungsi untuk membunuh sel kanker. Radiasi biasanya dilakukan setelah pembedahan, untuk membersihkan sisa–sisa sel kanker yang masih ada. Radiasi bisa mengurangi risiko kekambuhan hingga 70%

Terapi hormon bekerja melawan kanker payudara yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh reseptor hormon yang positif atau tumor dengan status ER (estrogen receptor) dan PR (progesteron receptor)  positif pada pemeriksaan jaringan patologi anatomi. Terapi hormonal bekerja melalui dua cara yaitu menurunkan jumlah hormon estrogen dalam tubuh dan menghambat kerja estrogen dalam tubuh. Estrogen dapat merangsang pertumbuhan kanker payudara, terutama jenis kanker payudara yang pertumbuhannya tergantung pada reseptor hormon. Terapi hormonal tidak efektif jika dipakai pada jenis kanker payudara yang pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh reseptor hormone.

Targeted therapy atau terapi fokus sasaran kanker adalah jenis terapi yang menghentikan pertumbuhan sel – sel kanker dengan cara menghambat molekul atau protein tertentu yang ikut serta dalam proses perubahan sel normal menjadi sel kanker yang ganas. Dilakukan pemeriksaan imunohistokimia yaitu her2 yang bila positif maka akan diberikan obat Herceptin sebagai targeted therapy.

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

 Apa Komentar Anda?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Kenali Faktor Resiko dan Terapi pada Kanker Payudara

oleh dr. Fathul Djannah, SpPA | Universitas Mataram dibaca dalam: 3 menit
0