PLN ‘Memaksa’ Membayar Tagihan yang Tak Digunakan

Saya pelanggan PLN dengan IDPEL: 538214979571 berlokasi di Perumahan Mega Sentul, Pasirlaja – Ciluar, Bogor.

Setahun belakangan rumah tersebut kosong dan tak berpenghuni. Menilik dari data pembayaran sebelumnya saya hanya membayar berkisar antara 40.000 rupiah hingga 50.000 rupiah, pemakaian hanya untuk satu lampu teras sebagai penerangan. Tiba-tiba pada Bulan Maret dan April tagihan membengkak dua hingga hampir lima kali lipat.

Keluhan sudah saya layangkan via digital ataupun mendatangi langsung Kantor PLN Pajajaran Bogor namun tanpa kejelasan dan penanganan lebih lanjut yang memuaskan. Saya seolah disuruh membayar apa yang saya tidak pakai. Dua kali saya melaporkan (30/3/2020 & 3/4/2020) dan kondisinya hanya diterima oleh petugas keamanan di luar gedung dengan alasan pelayanan libur karena COVID-19.

Namun pada tanggal 3/4/2020 saya diberi nomor oleh petugas keamanan atas nama Hj. Titin sebagai Bagian Pelayanan PLN Pajajaran Kota Bogor, bukan memberikan penyelesaian dan bantuan memuaskan atas keluhan nomor saya malah diblokir, padahal saya sudah menjelaskan secara rinci dan dengan sopan beserta argumentasi saya.

Padahal terbuka kemungkinan kesalahan input meter atau bahkan kerusakan pada KWH meter saya.

Bentuk penyelesaian yang saya inginkan adalah:

Mari duduk bersama menelaah apa dan kenapa penyebabnya, lantaran kondisi rumah kosong tak berpenghuni hanya sebuah lampu LED menyala sebagai penerangan di teras depan rumah. Saya meminta penyelidikan lebih lanjut dan audiensi, hingga penyelesaian yang sama-sama bisa dapat diterima, bukan seolah memaksa membayar apa yang seharusnya tidak saya gunakan, dan tidak melakukan pemutusan listrik sepihak sebelum masalah ini terselesaikan.

Sebagai penutup, kejadian ini bukan saya saja yang mengalami banyak yang mengalami kejadian serupa. Saya mau PLN bersikap sama tanpa pandang bulu, seperti pada kasus lonjakan tagihan seorang Selebriti Nikita Mirzani yang dengan apik diselesaikan langsung oleh VP PLN Pusat bahkan didatangi ke rumah langsung oleh pihak PLN dan dilakukan audiensi hingga tagihan yang dibayarkan bisa kembali normal.

Turut saya lampirkan beberapa link berita kejadian serupa yang seperti saya alami :

https://m.detik.com/news/berita/d-2844271/amsar-kaget-rumahnya-berdaya-1300-va-tapi-tagihan-listrik-menumpuk-rp-48-juta

https://www.google.com/amp/s/kronologi.id/2020/01/07/tak-terima-tagihan-listrik-bengkak-warga-di-telaga-gugat-pln-ke-pengadilan/amp/

https://www.google.com/amp/s/fajar.co.id/2019/08/08/mantan-wakil-bupati-soppeng-pln-ngaco-masa-rumah-kosong-tagihan-listrik-selangit/amp/

Kapan PLN berbenah sebagai satu-satunya pemberi pelayanan listrik di Indonesia? Padahal status Anda sebagai BUMN harusnya bisa jadi tolak ukur pelayanan terbaik sebagai garda terdepan melayani rakyat.

Ari Mugsitho
Bogor, Jawa Barat


Catatan redaksi (diperbarui 8/4/2020). Penulis menyampaikan masalah di atas telah diselesaikan dengan baik oleh pihak-pihak terkait.

 

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.
Tanggapan PLN ULP Bogor Timur atas Surat Bapak Ari Mugsitho

Ysh. Pak Ari Mugsitho, Sebelumnya mohon izin saya memperkenalkan diri, saya Andis Verinda Putra, Manager PLN ULP Bogor Timur. Salam...
Baca Selengkapnya

19 komentar untuk “PLN ‘Memaksa’ Membayar Tagihan yang Tak Digunakan

  • 7 April 2020 - (09:45 WIB)
    Permalink

    Sepanjang pengetahuan dan pengalaman saya( saya pernah mengalami hal seperti bapak) dikantor pln petugasnya gak mau tau ,ia menerima data dari pencatat meter listrik( jadi itulah yg harus kita bayarkan ),jadi menurut pendapat saya .
    Hubungi pencatat listrik yg biasa perksa ditempat bapak,minta catat meter di nol kan;misal catatan 1234 kwh-untuk bulan selanjutnya tetap 1234 kwa,jadi pemakaian 0 kwh
    Dengan catatan angka kwh yg terbaca di rekening listrik lebih besar dari yg terbaca di meter listrik.

    • 7 April 2020 - (11:18 WIB)
      Permalink

      PLN oh PLN …sama 2 daya 900VA kenapa ada yg subsidi dan ngga…maksudnya apa…data akurat mana yg dipakai.
      lampu dipake juga ngga banyak,sudah berusaha mengurangi pemakaian listrik..masih aja mahal.
      anehnya yg subsidi sekarang sama2 900VA satunya subsidi..satunya ngga…kan sama2 900!!!!!
      okeh dianggap keluarga mampu…tapi klo naik terus padahal pemakain biasa saja…perlu dikoreksi ulang kebijakannya.
      klo subsidi ya udah yg VA dibawahnya….PLN sungguh mengecewakan!!!!

    • 7 April 2020 - (11:21 WIB)
      Permalink

      Turut prihatin Pak pernah mengalami. Saya bingung sama PLN, sebagai satu-satunya yang ‘memonopoli’ penyedia Jasa Listrik Indonesia, pelayanannya begitu mengecewakan. Bukan kita saja Pak, ada banyak diluar sana.

      • 8 April 2020 - (18:13 WIB)
        Permalink

        Kepada yth PLN..
        Pak, kenapa yg diberi subsidi tidak semua, sama-sama daya 900va, jngan ada diskrimasi donk pak..
        Ini pak yang saya sayank kan.. beberapa kali saya pernah terlmbat pembayaran tagihn listrik, saya masih ingat, tanggal 25. Tiba2 datang penagih (depokolektor) dengan menyodorkan surat tagihan.. ok saya terima.. yang tidak saya terima.. datang dengan rombongan ada 6 orang, yg 5 orang pakai celana pendek, bicaranya kasar dan bentak2..(lebih parah dari lising) seperti orang yg tidak berpendidikan tidak ada sopan santunya.. apa seharusnya BUMN seperti itu..
        Mohon maaf dan matursuwun..

    • 7 April 2020 - (11:32 WIB)
      Permalink

      Turut prihatin Pak pernah mengalami. Saya bingung sama PLN, sebagai satu-satunya yang ‘memonopoli’ penyedia Jasa Listrik Indonesia, pelayanannya begitu mengecewakan. Bukan kita saja Pak, ada banyak diluar sana.

  • 7 April 2020 - (14:00 WIB)
    Permalink

    Saya juga begitu pak utk tagihan april 2020, rumah kosong cm 2 lampu yg nyala bulan2 kemarin cm berapa puluh ribu eh skrg jadi 200ribu lebih. Mau complain yg ada buang2 waktu & tenaga. Utk kedepannya tolong pihak PLN lebih teliti lg

    • 7 April 2020 - (20:04 WIB)
      Permalink

      Suarakan aja Bu, biar tidak jadi kebiasaan. Jangan ada kata maklum, bukan soal jumlah tapi pelayanan kepada pelanggan sebagai satu-satunya penyedia layanan listrik di Indonesia. Kapan mereka berbenah, kalo kita diam saja.

  • 7 April 2020 - (15:10 WIB)
    Permalink

    Hal serupa terjadi pd pelanggan PLN yg merupakan warga kami.
    Pd kwh sya jg dipriksa ptugas p2tl katanya gk pake mcb standar
    Pdhal mcb cl4 untuk kap listrik 900V dgn merk merin gerin berlabel SNI, menurut kami masy awam itu tdk melanggar

    • 7 April 2020 - (20:01 WIB)
      Permalink

      Suarakan aja kencang-kencang. Kita benar jangan takut. PLN harus berbenah, semoga sampai ke telinga Pak Menteri BUMN Erick Tohir. Sudah ‘memonopoli’ sebagai satu-satunya penyedia layanan listrik, pelayanan pelanggan bobrok gini. Ternyata bukan saya saja yaa, banyak terjadi. Miris juga.

    • 7 April 2020 - (21:21 WIB)
      Permalink

      Halo Pak Joko. Rumah berpagar, lokasi stand meter masih sesuai aturan di dinding luar bangunan. Pagar sempat tergembok lalu kini sudah dibuka. Masalahnya Pak Joko, kalo memang ada keslahan input atau pencatatan meter, kenapa ga diperbaiki dan malah dipaksa bayar. Dalam kasus saya, apa logis sebuah lampu teras saja habis 200 KwH dalam sebulan?

  • 7 April 2020 - (21:24 WIB)
    Permalink

    Itu kayanya sudah trik mereka kok. Soalnya saya tahun lalu juga seperti itu selama 3 bulan rekening selalu murah setelahnya bulan ke 4 meledak berkali-kali lipat. Saya komplem sana-sini bombardir email telpon PLN. Tetap aja Ujung-ujungnya harus bayar. Percuma dan sangat-sangat TIDAK ADA GUNANYA itu tempat pengaduan. Mereka selalu ngeles mungkin dirumah pagar tutuplah, tidak ada orang BLA BLA. Padahal semua
    itu karena entah kesengajaan atau kelalaian dari pihak pencatat meter dan semua perangkat atasannya lah. Sudah bayar total kWh 88x3bulan = 264. Total keseluruhan penggunaan kWh meter pada masa itu 738. Seharusnya yg dibayar adalah 738 -264= 474. Tapi saya DIPAKSA harus hayar total 738. TANPA dipotong itu biaya 264kwh yg sudah tiap bulan saya bayar. Sungguh tidak adil kan. Saya berharap ada jasa listrik lain dgn sistem yang bagus. Sayang harus dimonopoli BUMN yg sangat2 mengecewakan dan merugikan. Seharusnya petugas pencatat meter dibekali alat yg canggih jadi tidak bisa lagi melakukan kesalahan pencatatan meter. Atau langsung Poto dan kirim meter ke WhatsApp PLN. Minimalisir tingkat kesalahan.

    • 7 April 2020 - (21:30 WIB)
      Permalink

      halo Kak Purnama, saya sedang berjuang nih ke PLN, semoga menemukan jalan terbaik, bukan soal nominal tapi ‘kebiasaan’. Terimakasih keluhan dan pengalaman yang serupa bisa jadi bahan saya audiensi dengan manager terkait bahwa kasus ini bukan sekali dua kali dadn bukan saya aja yang mengalami.

  • 7 April 2020 - (21:29 WIB)
    Permalink

    Ya nggak harusnya dikoreksi ulang pak,dulu saya juga bertugas pencatat meter,tiap ada kejanggalan stand meter saya cek ulang ke lokasi,dan melaporkan sesuai lokasi,rumah kosong,pemakaian sedikit,gitu pak,coba bpk tanya pada petugas pencatat meter,apa ada kesalahan waktu pembacaan gitu pak,,

    • 7 April 2020 - (21:33 WIB)
      Permalink

      Terima kasih Pak Joko, semoga lekas ada kabar baik dari ULP terkait, bukan saya dipaksa bayar apa yang saya tidak pakai dengan alasan-alasan mereka yang tak masuk akal.

    • 7 April 2020 - (21:34 WIB)
      Permalink

      R1M 900vA, setahun belakang saya hanya biasa bayar beban dua bulan ini melonjak ga karuan.

 Apa Komentar Anda?

Ada 19 komentar sampai saat ini..

PLN ‘Memaksa’ Membayar Tagihan yang Tak Digunakan

oleh Ari Mugsitho dibaca dalam: 2 menit
19