Skrining Limfadenopati pada Kontak Erat Penderita Tuberculosis di Desa Binaan FK Universitas Mataram

Oleh dr. Fathul Djannah, Sp.PA.

Mycobacterium Tuberculosis (MTB) sejak ditemukan 1882 oleh Robert Heinrich Herman Koch di Jerman sampai sekarang menjadi momok seluruh dunia. Penularannya melalui airborne infection/droplet infection dari batuk dan tanpa pemahaman dan keinginan kuat untuk sembuh dari penderita serta dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan yang terus menerus maka penderita Tuberculosis (TB) yang tidak ditemukan atau yang berhenti pengobatan/putus obat menyebabkan infeksi TB bagaikan lingkaran yang tidak ada putusnya.

Pendahuluan

Infeksi TB masih menjadi salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi. Di 2017 TB merenggut nyawa 1.3 juta orang di dunia dan menyebabkan infeksi pada 10 juta orang(WHO, 2018). Berdasar atas data WHO Global Report 2018 Indonesia masuk ke dalam 20 negara dengan jumlah pasien tertinggi di dunia (WHO, 2018).

Data Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 menyebutkan ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 1.017.290 kasus di Indonesia (Riskesdas 2018). Jumlah ini meningkat bila dibanding dengan seluruh kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus. Di NTB pada tahun 2018 pasien TB sebanyak 19.247 meningkat dari 5.931 orang pada tahun 2014(Riskesdas 2014).

Limfadenitis Tuberculosis (LNTB) adalah tuberculosis extra paru yang paling sering terjadi. Kejadian tertinggi didapatkan pada negara berkembang di Asia Tenggara dan pada penderita HIV AIDS (WHO, 2018). Menurut WHO 2018 didapatkan ekstra paru sebanyak 16% dengan insiden tertinggi sebanyak 24% di daerah timur tengah dan disebutkan pula didapatkan 58% kasus yang under report dari seluruh penderita TB di Indonesia. Di NTB didapatkan 682 kasus LNTB dari 1.020 kasus ekstra paru pada tahun 2010-2018.

Limfadenopati adalah keluhan utama limfadenitis TB. Banyak pasien datang dengan keluhan benjolan yang besar dan tidak meyadarinya sejak awal. Diperkirakan sekitar 10% orang yang terkena infeksi tuberkulosis dan tidak diberi terapi pencegahan akan berkembang menjadi TB aktif termasuk TB kelenjar.

Peran masyarakat dalam mencegah terjadinya peningkatan kasus TB adalah dengan pemberdayaan masyarakat dan peningkatkan pengetahuan serta kesadaran sejak dini untuk waspada pada diri sendiri dapat mencegah keluarga penderita TB menjadi penderita TB

Kegiatan skrining limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening pada leher pada kontak erat penderita TB baik TB paru maupun TB kelenjar dilakukan dengan mendatangi rumah penderita TB dan rumah rumah di sekitarnya sehingga kontak erat dengan penderita TB paru dapat memahami deteksi dini pembesaran kelenjar getah bening di leher dengan rutin memeriksa dirinya sendiri.

Pengabdian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Madeeha Laghari di Hyderabad tahun 2019, Muhammad kashif Munir tahun 2013 di Pakistan dan sistemik review dan meta analisis yang dilakukan oleh Gregory J Fox tahun 2013 menunjukkan bahwa skrining pada kontak erat penefrita TB adalah solusi untuk mendapatkan kasus TB yang baru dan cepat sehingga kami ingin melakukan pengabdian masyarkat dengan melakukan kegiatan skrining skrining limfadenopati pada kontak erat penderita tuberculosis di desa binaan FK Universitas Mataram.

Metode Kegiatan

a. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain:
1. Perijinan yang dilakukan kepada pihak Puskesmas terdekat dan kader kesehatan di masyarakat.
2. Persiapan alat dan bahan kegiatan pengabdian seperti kuisioner.

b. Kegiatan pelaksanaan meliputi:
1. Mendata pasien TB aktif baik TB paru dan TB ekstra paru di puskesmas dan mendatangi pasien dan keluarga nya di rumah nya.

2. Kontak erat adalah orang yang tinggal serumah minimal 3 bulan

3. Pengisian kuisioner
Kegiatan ini bertujuan untuk menegtahui keluhan klinis TB dari keluarga kontak erat pasien TB.

4. Pemeriksaan kelenjar getah bening di leher
Kegiatan ini bertujuan untuk megetahui adanya pembesaran kelenjar getah bening di leher atau tidak.

Hasil

Kegiatan dilakukan pada tanggal 17-24 Oktober 2021 di area wilayah Puskesmas Meninting Lombok Barat. Skrining dilakukan dengan mendatangi rumah rumah pasien dan memeriksa kontak erat dengan penderita. Didapatkan penderita TB aktif baik TB paru maupun TB ekstra paru yaitu TB kelenjar. Didapatkan 7 penderita TB paru dan 3 orang penderita TB kelenjar. Kontak erat penderita TB didapatkan yaitu sebanyak 62 orang. Didapatkan 5 orang dengan limfadenopati dengan diameter 0,5-2 cm. Pada hasil FNAB didapatkan 4 orang dengan hasil reaktif limfoid hiperplasia dan 1 orang mencurigakan suatu TB kelenjar.

Karakteristik Responden

Distribusi pada penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut: umur mayoritas sampel penelitian 6 bulan – 60 tahun dengan usia terbanyak adalah kelompok anak anak sebanyak 22 orang dan mayoritas berjenis kelamin perempuan berjumlah 35 orang.

Tabel 3.1. Distribusi Umur, Jenis Kelamin pada Kontak Erat Penderita TB Aktif

Didapatkan 5 orang dengan limfadenopati dengan diameter 0,5-2 cm. Benjolan single nodul padat kenyal batas jelas dan mobil.

Reaktif limfoid hiperplasi adalah pembesaran kelenjar getah bening dengan gambaran mikroskopis yang terdiri dari sel limfoid matur dengan gambaran germinal center yang masih terbentuk dengan baik. Reaktif limfoid hiperplasi adalah salah satu peanda adanya infeksi kronik dalam tubuh.

Limfadenitis Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan M. tuberculosis yang menyerang kelenjar getah bening (Suharyo, 2013). MTB adalah bakteri berbentuk basil (batang), berukuran panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-0,6 µm. Sebagian besar komponen MTB adalah berupa lemak/lipid sehingga mampu tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen.

Oleh karena itu MTB senang tinggal di daerah aspek paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Basil ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA) . Basil ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh basil ini dapat menjadi dorman, tertidur lama selama beberapa tahun (Nurkaristna, 2012).

Gejala LNTB dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yaitu adanya benjolan pada leher. Gejala sistemik atau umum antara lain demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat dingin saat malam hari. Serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul , penurunan nafsu makan dan berat badan, perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.

WHO dan PDPI menetapkan penegakan diagnosis extra paru termasuk LNTB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologis dan atau gambaran sitologi/histopatologi berupa gambaran kelompok sel epitheliod yang membentuk struktur granuloma dengan latar belakang nekrosis kaseosa dan atau adanya sel datia langhan (PDPI 2015; Penangulangan Nasional TB, 2011) namun terkadang sulit ditegakkan bila tidak didapatkan ketiga gambaran tersebut di atas sehingga membutuhkan tindakan open biopsi atau metode lain yang membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mendiagnosis LNTB.

WHO juga telah mensahkan penggunaan genXpert untuk dapat cepat mendiagnosis MTB termasuk pada ekstra paru dan pada kasus anak anak (WHO 2018, Habte Dereje etc, 2016). Selain dengan gambaran sitogi atau histology disertai dengan pemeriksaan bakteriologis hasil pemeriksaan mikroskopis langsung aspirat yang berasal dari LNTB atau sediaan hasil operasi dari LNTB.

Kesimpulan dan Saran

Skrining kepada kontak erat penderita TB aktif baik TB paru maupun TB kelenjar adalah salah satu metode efektif untuk menemukan kasus TB baru. Kemampuan skrining limfadenopati seharusnya juga dimiliki oleh tenaga kesehatan di bidang TB.

Sarannya adalah memperbanyak skrining pada kontak erat penderita TB aktif baik TB paru maupun TB ekstra paru serta mengadakan pelatihan skrining limfadenopati pada programmer TB dan kader kesehatan yang sering turun di masyarakat.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kami ucapkan kepada penyandang dana pengabdian yaiyu Universitas Mataram.

* Penulis adalah Dosen FK Universitas Mataram

Catatan redaksi: Meskipun artikel ini ditulis oleh tenaga medis profesional, konten ini tidak dimaksudkan sebagai pengganti saran, diagnosis, atau perawatan medis profesional. Selalu mencari saran dari dokter Anda atau penyedia layanan kesehatan berkualifikasi lainnya atas kondisi medis yang sedang Anda alami. Jangan pernah mengabaikan nasihat medis profesional atau menunda dalam mencarinya karena sesuatu yang telah Anda baca di Situs Web ini.

 

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

 Apa Komentar Anda?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

Skrining Limfadenopati pada Kontak Erat Penderita Tuberculosis di Desa…

oleh dr. Fathul Djannah, SpPA | Universitas Mataram dibaca dalam: 5 menit
0