Pelayanan Pasien BPJS di RS Permata Depok Sangat Mengecewakan

Kepada pengurus RS Permata Depok,

Ini kali pertama saya menggunakan fasilitas BPJS dan ternyata memang benar apa yang dikeluhkan oleh sebagian besar masyarakat tentang layanan RS ,yang sangat abai kepada pasien dengan fasilitas BPJS. Kenapa saya bicara seperti itu? Karena:

  • Pada saat pendaftaran saya sudah mendapatkan kesan yang kurang “friendly”, setelah pihak admin pendaftaran mengetahui bahwa saya menggunakan fasilitas BPJS.
  • Setelah urusan administrasi selesai, yang seharusnya saya mendapatkan urutan nomor 1, dengan enaknya diganti menjadi nomor 7, tanpa bisa memberikan kejelasan yang pasti dan dengan muka tidak bersahabat juga.
  • Pada saat melakukan pengantrean tidak transparan, kenapa? Karena banyak pasien yang baru datang, tapi langsung masuk tanpa menunjukkan nomor antrean (saya berasumsi karena pasien tersebut menggunakan jalur regular: Bayar atau tanpa BPJS).

Masih banyak lagi yang lainnya, tidak mungkin saya tulis di sini secara detail. Dalam hal ini, concern saya adalah mohon pihak RS juga memberikan layanan yang sama terlepas pakai BPJS ataupun tidak, jangan dibedakan! Apalagi memperlakukan pasien yang menggunakan BPJS dengan kurang beretika.

Kami juga bayar kok, dan kalaupun pihak BPJS yang telat melakukan pembayaran ke RS, jangan ke kami melampiaskannya. Karena kami juga membayar sesuai dengan ketentuan yang telah diatur oleh pemerintah. Tolong hal ini dijadikan pembelajaran supaya lebih “bersahabat” dalam melayani pasien, dan semoga hal ini dibaca oleh semua pengampu kebijakan yang terkait.

Terima kasih. Salam.

Raden Hengki Wibowo T.S, SE
Depok, Jawa Barat

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

13 komentar untuk “Pelayanan Pasien BPJS di RS Permata Depok Sangat Mengecewakan

  • 11 September 2023 - (19:47 WIB)
    Permalink

    Biasanya di RS (terutama swasta) memang dipisahkan pengurusan administrasi untuk pasien umum dan asuransi (termasuk BPJS). Kenapa bisa begitu? Padahal pasien asuransi juga bayar? Karena duitnya tidak langsung masuk ke RS, bisa pending berbulan-bulan. Tidak ada regulasi jelas dan ketat soal pembedaan perlakuan tersebut, mungkin karena RS swasta investornya pengusaha sedangkan penguasa di negeri ini (untuk sementara) adalah para pengusaha. Antar pengusaha boleh cincau dan cing-cai.

  • 11 September 2023 - (20:54 WIB)
    Permalink

    Kalau kasusnya sudah seperti ini, siapa yg paling bertanggung jawab, BPJS atau RS nya, karena selalu yg jadi korban Pasiennya…

    • 12 September 2023 - (16:52 WIB)
      Permalink

      Nikmati saja prosesnya, kayaknya ybs suka di perhatikan, makanya mau servicrnya yg full senyum, sy sdh pakai banyak rs, ngak peduli lagi mau si perawat senyum atau tidak,sakit anda ngak akan membaik walau disenyumi, yg penting dilayani saja sesuai standar, selain itu di beberapa RS layanan bpjs dan umum tidak dipisah makanya antrian umum lebih diprioritaskan, sama anda beli pertamax pasyi langsung dilaysni di dpbu yg petugasnya lagi pegang pertalite.

  • 11 September 2023 - (22:50 WIB)
    Permalink

    Alhamdulillah pengalaman saya di RS Hermina Depok lancar2 saja. Pengalaman yang makan waktu adalah mengantri. Maklum aja sih bagi saya karena pengguna BPJS nya banyak. Walaupun antriannya banyak tapi teratur.

    Disclaimer: pengalaman prribadi.

    • 13 September 2023 - (20:25 WIB)
      Permalink

      Saya juga,
      selama ini, rumah sakit yang dirujuk oleh Puskesmas Faskes asal saya baik baik saja, misalnya ke RS Hermina Sunter, atau Rumah Sakit lainnya; RS Pertamina Jaya Cempaka Putih, rujuk lagi ke RS Islam Cempaka Putih, lalu rujuk lagi ke RS Fatmawati Jakarta Selatan. Sangat rapih, semua berjalan dengan baik, lancar, dan juga ditangani oleh petugas yang sangat informatif dan ramah.
      Yang aneh itu di level Faskes Puskesmas, seperti yang saya alami. Saya tidak menyebutkan semua Puskesmas ya. Ada loh dokter yang plin plan menentukan status layak dirujuk atau tidak/belum.
      Yang saya alami, ya, suatu saat setelah pemeriksaan diputuskan untuk dirujuk, “Gendang Telinga nya Bolong”, kata dokter nya. Lalu bilang dirujuk ke THT di RS tertentu. Sudah proses menentukan Tanggal, RS Tujuan Rujukan, … Eh tau tau dokter nya nyeletuk, “Nggak jadi deh, minum obat aja dulu, Kalau Sudah Budek Budek Amat baru balik ke sini lagi”. Saya kaget, ada ya, dokter bermulut api kek gini. Masih tidak puas, besoknya saya datang lagi. Kebetulan dokter lain yang menangani, tapi dokter kemarin di ada meja yang lain.
      Kebetulan saya langsung minta dirujuk sambil ngomong tentang kunjungan sebelum nya. Tapi dokter ini menolak, “Rujuk atau tidak itu hak saya”, katanya, “Heran, baru sekarang nemu pasien begini”, suara nya ketus, beda tipis sama dokter yang kemaren.
      Saya balas saja, “Saya juga baru sekarang nemu dokter begini, dua lagi, itu yang satunya, sudah tahap rujuk tapi nunggu sampe budek dulu”, sambil nunjuk ke dokter yang kemarin.
      Lalu saling konfirmasilah mereka ala emak emak saling menyalahkan, sampai harus ada dokter yang menengahi (laki laki). Akhirnya dokter laki laki inipun yang memutuskan untuk dirujuk ke THT di RS Hermina Sunter.
      Setelah beberapa waktu sembuh lah telinga saya.
      Saya benar-benar mengalami beda pelayanan yang saya terima di RS RS di mana saya dirujuk untuk urusan Ortopedi, tetapi untuk memperpanjang Surat Rujukan yang masa aktif nya habis harus kembali ke faskes awal dalam hal ini ya Puskesmas tadi.
      Untung lah, drama sudah berakhir. Saya tidak akan ke Puskesmas itu lagi. Rupanya peserta BPJS bisa memindahkan faskes asal,
      dan baru bulan lalu saya memindahkan faskes saya ke sebuah Klinik Umum Swasta. Pelayanannya memang sangat jauh berbeda.
      Nah, jadi curhat deh.
      Semoga pengalaman saya ini koreksi bagi pelayanan Puskesmas, ke arah yang lebih baik

  • 12 September 2023 - (06:07 WIB)
    Permalink

    Ada memang RS yang mendahulukan pasien bisnis karena RS butuh cash utk operasional, sehingga dibutuhkan kesabaran pasien BPJS terutama saat antri panggilan dokter walaupun dapat no urut 1 belum tentu dipanggil duluan. Yang penting sabar toh pasti dipanggil. Pengalaman saya sebagai pemegang BPJS selalu dilayani dengan baik dan ramah oleh para perugas RS baik di Batam maupun di Bandung.

  • 12 September 2023 - (09:10 WIB)
    Permalink

    Di semua rumah sakit, antrian pasien BPJS dan umum memang dipisahkan. Hal ini memang sudah menjadi standar dalam pelayanan BPJS Kesehatan. Rumah sakit juga ingin memfasilitasi pasien mereka yang memang ingin langsung berobat ke RS tersebut dengan dana pribadi, tanpa mengikuti proses rujukan BPJS.

    Jika ada keluhan, bisa disampaikan ke petugas BPJS yang biasanya ada di setiap rumah sakit ataupun telepon ke call center BPJS di 1500400.

    Secara umum, pelayanan BPJS Kesehatan semakin baik kok. Sekarang ada klinik pratama, enggak kayak dulu semua pasien langsung berobat ke RS sehingga RSnya bejubel banget. Sekarang juga bisa daftar online, jadi bisa datang sesuai jadwal yang kita dapatkan di aplikasi.

  • 12 September 2023 - (12:00 WIB)
    Permalink

    Sepertinya wajar kalau mengutamakan customer yg bisa memberikan pemasukan kepada perusahaan lebih cepat agar perusahaannya bisa terus survive.

    Kalau anda misalnya buka warung, anda dahulukan pembeli-pembeli yg membayar uang cash ..atau pembeli-pembeli yg membayar secara berhutang itupun kadang sering telat bayar..agar warung anda bisa terus bertahan?
    Karena setau saya memang pengguna BPJS dipisahkan dengan pengguna pribadi ataupun pengguna asuransi swasta

    Pahit kenyataanya ya?
    ya memang..itulah dunia bisnis. Apalagi anda bergelar SE, seharusnya lebih paham.

    Dunia memang “kejam” bagi sebagian orang yg ingin bayar murah tp berkeinginan diperlakukan sama dengan orang yg sudah membayar lebih mahal.

  • 12 September 2023 - (13:07 WIB)
    Permalink

    Apakah anda pernah berpikir seperti ini :

    – Saat pendaftaran via web, ada 2 pilihan cara pembayaran : biaya sendiri & asuransi.
    – Saat anda pilih pembayaran asuransi, anda memang pasien No urut 1 untuk cara pembayaran dgn asuransi & utk jadwal dokter di hari & jam tsb.
    – Anda mungkin tidak berpikir bahwa beberapa pasien dari jalur pembayaran sendiri mungkin sudah lebih dulu mendaftar sebelum anda.
    – Jadi saat registrasi ulang sesampainya di RS, 2 jalur sistem pendaftaran akan tersinktonisasi menjadi 1 antrian sehingga No.antrian anda menjadi No.7 karena No 1-6 kebetulan adalah pasien yang mendaftar lebih dulu dari anda melalui jalur pembayaran sendiri. Sehingga anda menggunakan perasaan dan asumsi bahwa pasien jalur mandiri didahulukan dari pasien BPJS.l Kesehatan.
    Kadang dalam kondisi emosi, akan muncul prasangka negatif & asumsi bahwa lawan bicara kita tidak ramah, tidak bersahabat, dll.
    Mungkin setelah anda memakai fasilitas BPJS kesehatan yg ke 2 kali dst, akan mengubah cara pandang anda tentang segala hal yang menyangkut layanan kesehatan. Sesekali, dengarkan & bergabung dengan kelompok “positif” yang sudah banyak terbantu dengan adanya fasilitas BPJS Kesehatan & RS yang bekerjasama.

  • 12 September 2023 - (14:34 WIB)
    Permalink

    Oya, sebagai tambahan informasi & literasi aja untuk anda dan pembaca yang budiman :
    Sejak beberapa waktu terakhir memang ada beberapa RS swasta yang menjual sistem antrian Fast Track, salah satunya RS yang saya datangi di Jakarta Pusat beberapa bulan lalu.
    Dengan membayar biaya tambahan Fast Track kisaran Rp 250-500 ribu, begitu pasien tiba di RS bisa langsung masuk ruang praktek dokter tanpa harus menunggu (kecuali sedang ada pasien di dalam), mengalahkan antrian pasien bayar mandiri maupun ditanggung asuransi yang tidak membeli fasilitas fast track.
    Pasien lain yang sedang mengantri pun maklum. Toh yang bayar mandiri atau yang pakai asuransi/BPJS pun juga boleh beli fasilitas tsb kalau bersedia membayar biaya tambahan.
    Coba cek2 RS setiap kali berobat, apakah menerapkan sistem seperti itu, untuk menghindari kesalahpahaman. Kalau tidak nyaman dengan sistem RS seperti itu, bisa pilih RS lain.

  • 12 September 2023 - (16:16 WIB)
    Permalink

    Perihal Pasien BPJS & UMUM kyaknya merupakan Kebijakan Masing2 RS.

    saya beberapa kali berobat di RS berbeda,
    Pertama RS A tidak membedakan mana Pasien BPJS dan mana Pasien Umum ( Alias Campur )

    Pas nyoba Ke RS B. Ternyata dipisah dimana Antrian Pasien BPjs lebih banyak dari umum sehingga terkesan dianak tirikan

  • 13 September 2023 - (22:44 WIB)
    Permalink

    Setau saya memang antrian BPJS dan antrian bayar pribadi dipisahkan.
    Jadi ya memang mungkin saja karena BPJS jadinya antrian yang berbeda.
    Gak mau dipisahkan? Bisa minta menteri kesehatan keluarin surat edaran supaya antrian mandiri dan BPJS gak boleh dipisahkan.

 Apa Komentar Anda mengenai RS Permata Depok?

Ada 13 komentar sampai saat ini..

Pelayanan Pasien BPJS di RS Permata Depok Sangat Mengecewakan

oleh Hengki dibaca dalam: 1 menit
13