Rambu Lalulintas Tidak Presisi Buat Saya Kena Tilang

Assalamualaikum wr.wb.

Yth. Tim Media Konsumen,

Saya, Adi (35 tahun), warga Kota Palembang. Sebelumnya saya mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dengan artikel saya. Saya sudah tidak tahu harus mengadu kemana, bahkan ke istri saya sekalipun saya tidak sanggup menceritakan ini.

Langsung ke kronologi. Pada tanggal 13 September 2023 sekitar pukul 09.00 WIB di Bundaran Air Mancur (Ampera) Palembang, saya dikenai tilang dengan Operasi Terpadu oleh petugas Polantas setempat.

 

Menurut petugas, saya melanggar rambu verboden. Namun, saya katakan bahwa tidak ada rambu verboden yang terlihat oleh saya saat melintas. Dengan santainya dia menunjuk ke arah rambu verboden yang memang terlihat dari lokasi penindakan (posisi sudah melewati perlintasan).

Kemudian saya katakan bahwa posisi rambu nyaris membelakangi. Namun, tetap saya dinyatakan bersalah.

 

Terima kasih atas ruang medianya. Kepada pihak/instansi terkait, mohon pencerahan jika saya salah. Dan, mohon kebijakannya jika kesalahan bukan dari saya. Rp151 ribu mungkin kecil bagi Bapak Polisi, namun sangat berarti bagi kami driver ojol.

Adi Pradika
Palembang

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

28 komentar untuk “Rambu Lalulintas Tidak Presisi Buat Saya Kena Tilang

  • 15 September 2023 - (20:41 WIB)
    Permalink

    Wah rambunya sudah hampir rubuh. Awalnya saya bingung apa itu verboden dulu waktu belajar rambau-rambu kok tidak pernah ada rambu verboden, ternyata rambu dilarang masuk😄
    Apa verboden itu bahasa belanda?

    4
    1
    • 15 September 2023 - (21:12 WIB)
      Permalink

      Begitulah kondisinya bang. Kalau sejarah bahasanya saya juga tidak tahu dan tidak pernah cari tahu. Karena,sudah terbiasa mendengarnya dan paham maksudnya ya sudah. Hehee

      4
      1
      • 17 September 2023 - (07:04 WIB)
        Permalink

        Iya bang, cuma kita tidak tahu itu sebenarnya resapan dari bahasa mana? Kita ikut arus aja. Hee

      • 17 September 2023 - (17:27 WIB)
        Permalink

        Verboden (belanda)
        Forbidden (inggris)
        Terlarang (indonesa)
        Terserah mau pakai yg mana.. wkwkwk..

        • 17 September 2023 - (17:39 WIB)
          Permalink

          Wkwkwk.
          Saya sih Indonesia. Lah,kadang yg kita sampaikan dalam Bahasa Indonesia saja keliru/ambigu dalam penerimaannya. Namun,dalam perkara petugasnya menggunakan bahasa belanda. Ya,saya usahakan cerita sesinkron mungkin dengan sejarah.
          Saya juga baru tahu dari diskusi ini kalau itu bahasa belanda.

  • 15 September 2023 - (21:42 WIB)
    Permalink

    Terimakasih tim redaksi sudah mengangkat artikel saya.
    Dalam foto tkp itu sebenarnya saya tambahkan keterangan bahwa saya berbelok kekiri dan dianggap melanggar rambu yg berada disisi kanan saya melintas. Ternyata tidak tampil dalam artikel ya.

    4
    1
    • 16 September 2023 - (01:31 WIB)
      Permalink

      Saya juga tidak tahu pak. Kalau bisa damai biasanya berapa ya? Heee
      Saya selalu tertib di jalan. Jadi mau ada razia apapun saya selalu tenang. Pernah 5tahun lalu saya merasa beruntung bertemu petugas yg baik. Saat diperiksa saya diingatkan bahwa masa berlaku sim sudah hampir habis.
      Nah,setelah dua kali memperpanjang sim, baru ini saya diperkarakan tilang. Makanya sampai detik ini masih agak trauma

      4
      1
      • 17 September 2023 - (07:59 WIB)
        Permalink

        Menurut gw itu dah jadi hal yg biasa…Rambu Lalin seperti itu selalu dimanfaatkan para Oknum tuk mencari kesalahan para Pengendara dan dijadikan lahan tuk mencari cuan para Oknum

        • 17 September 2023 - (10:05 WIB)
          Permalink

          Waduh, gawat kalau hal ini dijadikan kebiasaan. Bagaimana nasib kami yg sehari-hari dijalanan sekedar cari makan. Bukan ambisi kejar kekayaan

    • 16 September 2023 - (12:28 WIB)
      Permalink

      Lha kalau minta damai sama saja kasih kesempatan korupsi, terima saja tilang nya tapi sebar terus biar yg lain tidak kena kasus serupa.
      Mudah mudahan viral, di respon polsek polres , gak jadi kena sanksi.

  • 16 September 2023 - (11:45 WIB)
    Permalink

    Mmg saya kesel klo masang rambu2 g sesuai dan susah terlihat, pernah juga debat dgn polisi gara2 puter balik, tetap ajah ujung2 di tilang…

    • 16 September 2023 - (12:13 WIB)
      Permalink

      Nah, lebih kesal lagi bang. Saat kejadian cukup ramai pengendara lewat. Bahkan,ada yg plat nomor kendaraan bagian belakangnya tidak terpasang. Tapi,cuma saya sendiri yg ditindak. Saya tanya, alasannya tidak bisa. Karena,dia sedang bertugas sendirian. ?

  • 16 September 2023 - (21:20 WIB)
    Permalink

    Turut prihatin buat mas nya.
    Memang agak susah klo debat masalah rambu.
    Soalnya setau saya yg pasang rambu itu dishub, yg kasi penindakan pak pol. Klo rambu nya miring ato rubuh terus ga keliatan itu ranah nya dishub buat perbaiki ..
    Tapi dilain sisi meskipun rambu nya uda rubuh sekallipun pak pol juga tidak salah krn menerapkan aturan. Tinggal pak pol nya aja bisa maklum ato tidak. Begitu sih menurut saya ..
    Hehehe

    • 17 September 2023 - (07:08 WIB)
      Permalink

      Kalau begitu analoginya pak. Pedagang beli beras dari petani nih. Terus konsumen yg beli dari pedagang kalau mau komplain masak harus nguber petani?
      Saya kira semua instansi/lembaga kita terkoordinir dibawah satu naungan

  • 17 September 2023 - (02:40 WIB)
    Permalink

    Maaf pak, itu surat tilangnya warna merah/biru? Apakah Bayar 151k itu ketika mau ambil di pos polisi di hari itu juga? Jika iya, lebih baik ikut sidang di pengadilan, bayar cuman 50k saja.

    • 17 September 2023 - (07:15 WIB)
      Permalink

      Warna biru pak. Hari itu di pos polisi saya diperlihatkan buku yg cukup tebal. Disana tertulis denda rp.300.000.
      Setelah pulang saya cek secara online. Tertera nominal rp.151.000 untuk dibayarkan ke rek.briva. Namun,belum saya bayar. Karena,cukup besar bagi saya dalam kondisi sekarang lagi sepi orderan.

  • 17 September 2023 - (17:55 WIB)
    Permalink

    Gw jg driver ojol, pernah kena tilang.
    Biasanya kalo tilang yg udah bisa di lihat nilai nominal lewat online dah gak bisa di ubah nilainya.

    Gw kena tilang Krn blm perpanjangan 5 tahunan,
    Ganti plat. Dah gitu gw lupa bawa SIM/STNK Krn gw baru ganti tas..
    Gw sempat minta kebijakan, tp ada komandan yg ngawasin.
    Malah dia ngomong harusnya motor nya di tahan Krn gak ada surat.
    Atau surat di ambil dulu.

    Tp tilangan cuma Krn STNK mati. Kena denda 87K.

    Gitu aja pengalaman gw..

    Salam.

    • 17 September 2023 - (20:32 WIB)
      Permalink

      Salam satu aspal.
      Terimakasih mau berbagi pengalamannya bang.
      Iya setelah kejadian hari itu awalnya niat cerita sama teman ojol disini. Eh,teman tadi udah duluan cerita.Bahwa,terkena tilang dilampu merah. Dia bilang lampu masih hijau,begitu ditengah persimpangan, kendaraan didepan tiba-tiba berhenti. Alhasil, dia yg ada dibelakang ditilang.
      Ahirnya cerita saya pendam sendiri. Karena,merasa tidak etis menimpa masalah teman dengan masalah saya. Selain itu,yg saya pertimbangkan stigma ojol yg dipandang gerombolan tukang gruduk.
      Hingga saya putuskanlah membuat artikel ini

  • 18 September 2023 - (14:55 WIB)
    Permalink

    kalo sy sih ngotot. sy pernah disetop police gr2 dianggap melanggar verboden. sy ajak debat aja. tunjukkan. memang ada, tp dibawahnya ada tulisan yg intinya daerah ganjil-genap. Lah sy kan pemotor, ga ada ganjil-genap. trus beralibi kalo lurus kan bisa pake flyover. Lah, suka2 gua lah mau lewat mana. selama ga ada rambu2 yg dilarang, polantas ga berhak nilang. FYI: Plat nomor gw jakbar, disetopin di jaksel. dia ga tau kalo kantor sy di jaksel. dikira bisa dikibulin. akhirnya, cuma minta cek stnk/sim, kalo lengkap boleh jalan. masih cari2 kesalahan, periksanya ada kali 1 menitan. clear, terus dia malu sendiri. buru2 gas (baca: kabur)

    • 18 September 2023 - (19:06 WIB)
      Permalink

      Mantul bang. Kayaknya posisi kita memang dipaksa harus ngotot bin ngurat ya bang. Apa daya orang cinta damai dari lahir kayak saya nih bang. Bawakannya ngalah aja selagi bisa. Kalau bahasa portugalnya “ngecikke balak”.

      Iya klo posisi lagi punya saya ggk masalahin bang. Itung-itung sedekah ajalah. Nah,posisi lagi susah gini mau main prank prank-an. Cuma bisa ngadu sama media. Hasilnya biarlah yg kuasa mau gimana

  • 29 September 2023 - (14:27 WIB)
    Permalink

    Sy hanya bisa mendoakan semoga abang nya dimudahkan rejekinya sehingga dapat bayar tilang baik itu di pengadilan atau pun di kejaksaan. Surat tilang itu sulit sekali dibatalkan, kecuali abangnya ikuti sidang di pengadilan dan mengajukan sanggahan atau pembelaan yang pastinya akan memakan waktu, bertele tele.

  • 29 September 2023 - (14:48 WIB)
    Permalink

    Aamiin, makasih bang.
    Saya lihat memang 0% peluang untuk pembatalan atau sekedar revisi. Saya sudah coba ke pengadilan. Sama sekali tidak ada ruang membela diri. Disana hanya tersedia ruang pengambilan blanko pembayaran.

    Hawatir makin berlarut makin menyulitkan saya. Dengan berat hati tadi pagi saya bayar denda total Rp.100.000. Tapi,sim belum sempat saya ambil. Karena, sepertinya cukup memakan waktu

 Apa Komentar Anda?

Ada 28 komentar sampai saat ini..

Rambu Lalulintas Tidak Presisi Buat Saya Kena Tilang

oleh Adi dibaca dalam: 1 menit
28