NTB 2021: Motor Listrik, MotoGP dan NTB Gemilang

Oleh M. Ramadhani

Tidak ada seremonial. Hanya depan rumah Sang Mantan. TGB, sang Mantan Gubernur NTB maksudnya. Motor Listrik itu dihadiahkan sang Mantan. Sampai saat ini tidak pernah penulis melihatnya di jalan raya di seputaran Kota Mataram. Yang bikin surprise adalah ternyata menurut sang Penemu, si Lebui, (Lombok e-bike Builder) nama motor listrik ini,  pangsa pasarnya  adalah konsumen luar negeri. Paling banyak ke Amerika. Kalau di dalam kota atau di luar Kota Mataram masih jarang, apalagi di Lombok (Lombok Post, 29/6/2020).

Lain si Lebui, ada lagi  “si NgebUTS”. UTS di belakangnya menandakan  motor listrik itu adalah buatan mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa. Sang Gubernur benar-benar lagi terobsesi bahkan tergila-gila dengan gagasan industrialisasi. Dan sepertinya Motor Listrik ini adalah katalisator bagi industri lainnya. Kalau di era Habibie ada pesawat N-250, maka dalam skala lokal, sang Gubernur punya motor listrik “si NgebUTS”.

Hari ini, tepat 2 tahun silam, lewat status Facebook penulis diingatkan pernah  menulis  tulisan  yang berjudul “Sandal Gubernur dan Visi NTB Gemilang”, sebuah tulisan ringan yang mencoba mengkritisi kemana arah visi NTB Gemilang. Saat itu masih dalam eforia 6 bulan pertama sang Gubernur. Tak terasa kini beliau sudah separuh waktu periode. Dan samar-samar sudah terdengar untuk bersiap-siap untuk pilkada berikutnya, setidaknya perlu waktu 1 tahun di ujung  periode. Artinya hanya efektif tersisa 1 tahun untuk mewujudkan ide NTB gemilang? Tak terasa, bisa kah? Optimis ya, tetapi berharap sesuatu yang luar biasa juga jangan. Ada pandemi Covid-19 bisa jadi pembenar bagi semua kegagalan pencapaian visi dan misi.

Lalu apa kira kira yang mampu menjadi katalisator kegemilangan NTB dalam waktu 1 tahun ini? Satu satunya momentum peluang  untuk membuat lompatan kegemilangan NTB sepertinya tinggal menunggu event MotoGP di Sirkuit Mandalika. Maaf, tentu bukan event Balapan motor listrik. Ini seri balapan motor tercepat dan tercanggih di dunia. Prestisius. Begitu besar harapan semua orang, bukan hanya NTB tapi juga Bangsa ini begitu surprised dengan rencana event MotoGP ini. Membayangkan raungan suara MotoGp yang memicu adrenalin penonton. Valentino Rossi, sang legenda MotoGP bisa jadi menunda masa pensiunnya hanya karena ingin merasakan atmosfer balapan di tengah suara deburan ombak Pantai Kuta. Ah penulis jadi gak sabar menunggu moment ini.

Karena tak sabar, belum lama ini, atau sekitar kurang dari setahun rencana even ini akan digelar, setelah bermalam di Novotel,  penulis mengajak anak-anak  “sidak” melihat persiapan gelaran event tersebut. Berfoto di tengah lintasan MotoGP yang belum beraspal mulus dan raungan truk-truk material dan escavator.

Menurut rencana, Sirkuit MotoGP Mandalika memiliki panjang 4,32 km, 19 tikungan, kapasitas area paddock mencapai 40 garasi, area grand stand berkapasitas 50.000 tempat duduk, area berdiri mencapai 138.000, dan hospitality suites berkapasitas 7.700 pengunjung. Sebuah lintasan MotoGP di jalan raya kedua setelah sirkuit Monaco, dengan view hamparan laut biru dan pasir putihnya. Luar biasa bukan?

Dari potongan potongan cerita di atas, penulis ingin mencari hubungan langkah-langkah sang Gubernur dalam aksi nyata mewujudkan NTB Gemilang melalui strategi  industrialisasi, yang tentu saja bukan sekedar cerita motor listrik diatas.  Dalam tulisannya di Arum SP (Kompas.com, 2019) , yang dimaksud Industrialisasi adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruh sektor ekonomi yang berkaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya, industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai sektor utama. Maksudnya, dengan adanya perkembangan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya.

Industrialisasi dan syarat pendukungnya

Sedikit cerita mundur, penulis pernah mendalami  sejarah industrialisasi di negeri ini, ketika menyusun  skripsi S1 teknik industri, yang secara kebetulan bertepatan  dengan krisis ekonomi Tahun 1998 terjadi. Penulis membuktikan keterkaitan sektor industri dengan sektor lain dan  mana yang paling tepat untuk Indonesia. Lalu apa kesimpulannya?

Kesimpulannya adalah industrialisasi yang berbasis sumber daya alam lokal melalui analisis Analisis Input–Output yang  dapat menggambarkan: (1) kaitan antar sektor dalam suatu perekonomian; (2) daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward linkage) dari setiap sektor dan akhirnya dapat menentukan sektor yang strategis dalam perencanaan pembangunan. Ketika itu Habibie dengan industrialisasi Indonesia  pesawat N-250 nya dan Mobil Nasional dengan Timor-nya Tommy Soeharto harus kolaps karena tidak berbasis bahan baku lokal.

Lalu, dalam konteks motor listrik, apa nilai tambah bagi sektor lain? Adakah keterkaitannya baik backward linkage maupun forward linkage-nya dengan sector lain? Industrialisasi dapat berdampak besar jika kedua analisis keterkaitannya besar. Sektor pertanian yang selama ini menjadi mata pencaharian terbesar di Provinsi NTB, proses industrialisasi sapi, tanaman jagung, rumput laut dan lain lain masih jalan di tempat. Masih perlu waktu. Sedikit berbeda dengan dengan sektor pariwisata. Dengan sumber daya alam berupa keindahan dan pesona alamnya yang luar biasa, sector pariwisata dengan berbagai sektor pendukungnya mampu membuat lompatan besar kekonomi sektor lain.

Di sinilah kenapa indutrialisasi di sektor pariwisata mendapat porsi prioritas dari pemerintah. Keindahan Lombok makin mendunia, dan nyaris mulai menyaingi Bali. Menjadi The best halal destination dunia, dan secara tiba-tiba diumumkan menjadi salah satu lokasi host dalam even seri MotoGP oleh Dorna, CEO pengelola MotoGP. Entah bagaimana ceritanya, semua disiapkan mendadak. Pemerintah pusat pun tak menyia-nyiakan peluang dan kesempatan ini.  Namun sayang, ancaman musibah pandemi Covid-19 membuat semua masih wait and see.

MotoGP, Masyarakat Lokal Dapat Apa?

Dalam tulisan catatan akhir tahunnya, Ekonom NTB, Iwan Harsono (Lombok Post,31/12/2020) menulis secara statistik secara optimis memasuki Tahun 2021 berdasarkan ketahanan ekonomi makro yang ditunjukan oleh agka statistik BPS selama pandemi di tahun 2020.

Penulis sepakat dengan optimisme statistik ini, tapi sekali lagi, harus diakui bahwa kata “gemilang” hanya retorika kekuasaan semata. Kecuali, jika MotoGp bisa betul betul terwujud, baru sepertinya NTB Gemilang akan terselamatkan. Tentu dengan kesiapan masyarakat NTB khususnya warga masyarakat di lingkar Kawasan Sirkuit Mandalika. Mengambil manfaat yang sebesar besarnya dengan kehadiran event ini.

Jangan hanya berharap dari proyek infrastruktur dari belanja pemerintah dan ITDC yang diperkirakan mencapai Rp. 14, 5 Triliun.  Pembangunan lintasan sirkuit, jalan by pass, pembangunan rumah sakit, penyediaan infrastruktur dasar seperti air, lsitrik dan lain-lain, tanpa ada sesuatu nilai tambah yang berdimensi waktu jangka panjang bagi ekonomi lokal.

Dengan kehadiran wisatawan dunia yang akan hadir diperkirakan mencapai 150.000 kunjungan wisata dalam  3-7 hari tentu ini “banjir uang” bagi NTB. Lalu apakah yang dibelanjakan, jangan sampai hanya produk-produk branding internasional yang menyedot uang tersebut. Lalu dimana produk UMKM kita? Di mana peran Angkatan kerja lokal? Semoga UMKM kita kecipratan  dan tenaga kerja lokal mendapat peran dalam event itu.

Itulah sesungguhnya industrialisasi yang dinanti oleh masyarakat. Maaf, bukan motor listrik. Motor listrik yang merupakan hand made yang hanya bisa diproduksi oleh tenaga kerja terbatas dan tidak bisa diproduksi massal akan kehilangan pamor disandingkan dengan motor motor canggih. Positioning NTB bukan disana sepertinya. Tapi peningkatan nilai tambah dan kualitas di industri handycraft, industri kuliner, dan lain lain, serta tenaga kerja madya yang akan bekerja di hotel, rumah sakit dan industry ikutan laiinya.

Penutup

Mengunjungi kawasan Sirkuit Mandaika hari ini, atau 10 bulan pistol start ditembakkan, sepertinya kita perlu realistis di tengah ancaman pandemi. Jalan by pass BIL -Kawasan Mandalika hingga kita belum dimulai, masih pembebasan lahan.

Di sekitar Kawasan sirkuit,  di sebelah sana, sebuah tanah sengketa memasang plang: “Tanah Enclave. Sebuah gubuk warung kecil dan reot. Menunggu peruntungan dari waktu istirahat sang pekerja kasar yang minum secangkir kopi dan  merokok.

Sang Gubernur mulai sibuk mendeklarasikan akan maju kembali menjadi calon gubernur di pilkada mendatang. Para diaspora, Mahasiswa yang disekolahkan keluar negeri belum pulang kembali membawa ijazah dan keahlian yang dimiliki, apalagi membawa dan menyakinkan investor dari negeri tempatnya sekolah.

Inilah realitas hari ini, disaat masa bakti efektif 1 tahun lagi. Kembali ke visi NTB Gemilang, sejauh mana kegemilangan itu dicapai? Siapa yang bisa mengukur maka kegemilangan? Ada yang berseloroh,  secepat motor listrik “si NgebUTS” atau seheboh “si Lebui”. Asal jangan, lagi-lagi si Corona jadi tumbal alasan yang tepat. Visi kekuasaan memang bukan janji Tuhan yang pasti. Visi kekuasaan sepertinya adalah janji atau mimpi yang cenderung  akan jadi janji dan mimpi abadi untuk melanjutkan mengejar syahwat kekuasaan. Semoga penulis salah. Astaghfirullahal adhim.

*Penulis adalah Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

 Apa Komentar Anda?

Belum ada komentar.. Jadilah yang pertama!

NTB 2021: Motor Listrik, MotoGP dan NTB Gemilang

oleh muhammad ramadhani dibaca dalam: 5 menit
0