Penghasilan Sebagai Mitra GrabCar yang Minim

Perkenalkan saya Mendriadi, salah satu mitra GrabCar Pekanbaru. Saya bermitra dengan Grab sudah lebih dari 3 tahun. Saya merasa transportasi menggunakan aplikasi seperti Grab sangat tidak layak dan tidak pantas dikategorikan sebagai pekerjaan di Indonesia.

Saya sebagai driver merasakan sendiri kehancuran kehidupan dari mitra-mitra driver yang sudah bergabung. Karena penghasilan sehari-hari dari Grab hanya sampai untuk membeli BBM kendaraan dan potongan komisi untuk perusahaan.

Mobil atau kendaraan, kita yang sediakan dan juga supirnya. Akan tetapi Grab tidak mau meningkatkan pendapatan kemitraan dan malah membuat seminim mungkin hasil yang didapat oleh mitra agar benefit perusahaan banyak didapat.

Saya membeli mobil dari baru untuk nge-Grab pada tahun 2018. Sampai sekarang saya merasakan kepahitan terus menerus di transportasi ini. Sampai mobil saya harus diganti kopling set-nya, karena jalan terus tiap hari. Sedangkan saya gak ada uang untuk mengganti suku cadang mobil saya untuk melanjutkan nge-Grab.

Alhasil saya harus standby-kan mobil saya di rumah dan tidak bisa lagi antarkan penumpang Grab, karena bekerja di Grab gak ada hasil selama 3 tahun ini. Saran saya kepada yang lain, jangan sampai menjadi mitra Grab. Carilah pekerjaan selain dari Grab agar hidup kalian bisa lebih baik.

Terima kasih kepada Media Konsumen yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menulis artikel di sini, tentang sebuah perusahaan transportasi berbasis digital yang sangat tidak layak beroperasi di negeri ini.

Mendriadi
Pekanbaru Riau

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

37 komentar untuk “Penghasilan Sebagai Mitra GrabCar yang Minim

  • 8 Mei 2021 - (10:42 WIB)
    Permalink

    “karena bekerja di Grab gak ada hasil selama 3 tahun ini”

    bapaknya tahun pertama:
    wah saya tidak ada hasil nih dari grab, gpp lah nunggu aja sapa tahu tahun depan menghasilkan

    bapaknya tahun kedua:
    lho tidak ada hasil lagi, optimis aja ah tahun ketiga bisa menghasilkan

    bapaknya di tahun ketiga:
    oh ternyata memang tidak menghasilkan toh, tahu gitu dari beberapa bulan pertama tidak menguntungkan kerja sebagai mitra grabcar saya berhentikan, ya udah lah berhenti sekarang aja, dan menyuarakan ketidakpuasan saya

    “Karena penghasilan sehari-hari dari Grab hanya sampai untuk membeli BBM kendaraan dan potongan komisi untuk perusahaan.”
    kan tidak mungkin nunggu tiga tahun baru sadar ini

    20
    12
  • 8 Mei 2021 - (10:50 WIB)
    Permalink

    Agan salam satu aspal.
    Saya juga mitra grab bergabung sejak 2017.
    Pertama kalo gabung kita dimanja dengan bonus, tupo yang masuk akal.
    Semakin hari semakin parah dan berat.

    2020 saya sadari, mengantungkan diri dari grab tidak akan sejahtera.
    Sejak 2020 saya tidak aktif lagi, syukur saya dapat pendapatan dr banyak hal yang tidak menguras tenaga, menguras modal dan menguras pikiran, bekerja santai dan hasil yang lebih pantas dari grab.

    Sekarang akun saya masih aktif, sesekali saya nyalakan untuk hiburan saja, bukan niat cari nafkah.

    Tapi ingat juga bang, grab juga gak bisa tau2 menaikkan harga, tambah anyep ntar, perusahaan juga butuh profit agar usaha bisa berjalan jangka panjang, jadi pengurangan promo di sisi konsumen dan pengurangan (ditempat saya malah hapus) bonus di sisi driver bisa dimaklumi.

    Mulai sekarang, abang coba cari usaha lain, gak ada yang maksa abang di grab, mundurpun gak ada pesangon, teruspun juga gak dapat pesangon suatu saat pensiun.

    Jadi bener, jangan mengantungkan diri dengan grab, buat sehari2 aja susah, mikir nabung buat masa depan.

    Move on bang, kalo gak menguntungkan, jangan bertahan

    26
  • 8 Mei 2021 - (10:56 WIB)
    Permalink

    Saya masih ingat ketika awal muncul transportasi online, semua orang berbondong-bondong daftar jadi driver karena penghasilan yang bisa mencapai puluhan juta setiap bulannya. Tapi makin lama driver semakin banyak dan persaingan semakin ketat, pendapatan mereka pun pasti akan terus berkurang. Apalagi menjadi driver tidak membutuhkan terlalu banyak skill, setiap orang bisa jadi driver dengan modal kendaraan saja. Betul, makin lama pasti tidak bisa mengandalkan pendapatan dari driver online saja. Harus siap-siap banting setir ke hal lain yang lebih menghasilkan.

    10
    • 8 Mei 2021 - (15:42 WIB)
      Permalink

      Perlunya pertimbangan yang matang untuk menghadapi suatu kehebohan/trend seperti awal munculnya transportasi online atau mungkin yang terbaru bitcoin

      Kalau larut dalam euforia apalagi sampe beli mobil untuk ngegrab udah pasti ts mendengar iming2 penghasilan yang luar biasa.
      Kalau emang grab tidak bisa d jadikan penghasilan utama jadikan pekerjaan sampingan, cari kerja supir kantor, balik ts bisa narik 2 jam lalu pulang atau cari orderan searah
      Atau jika habit ts emang males kerja dengan aturan coba pindah/ mutasi ke Jakarta/pulau jawa yang orderannya mungkin lebih rame

      Pada dasarny yang terpenting adalah pertimbangan dan eksekusi keputusan yang tapat, pertimbangan semuanya. Jika ragu LBH baik menahan diri

      • 9 Mei 2021 - (08:38 WIB)
        Permalink

        Grab ataupun Gojek memang sepertinya hanya memprioritaskan kota-kota besar. Hal ini bisa dilihat dari promo-promonya. 90% promonya memiliki syarat hanya berlaku di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dsb. Di kota-kota kecil tidak bisa dipakai, padahal dulu awal-awal perusahaan muncul masih bisa. Dan juga ongkirnya relatif sama antara kota besar dan kota kecil.

        Belum lagi utk layanan antar makanan, mitra resto dikenai biaya 20% dari semua harga menunya. Sehingga makin banyak resto yg mundur. Hal ini berakibat semakin jarang pula yg memakai jasa Grab atau Gojek di daerah-daerah.

          • 9 Mei 2021 - (11:11 WIB)
            Permalink

            Bukan 30% bang. Kalo di total grab sistem potongan per trip nya udah mencapai angka 45%

          • 19 Agustus 2021 - (07:01 WIB)
            Permalink

            Sebagai contoh tarif terendah Grab car ;
            ini jenis order mayoritas, utk trip terpendek, kususnya terjadi di kota2 kecil.

            * tarif dari Penumpang Rp 18000
            potongan =
            * biaya pemesanan Rp 5000,-
            * asuransi tambahan Rp 1000,-
            dikurangi komisi 20%
            dari 12000,- ” Rp 2400,-
            Total potongan. = Rp 8400,-
            jadi yg diterima driver grab car
            bersih belum dikurangi BBM dan
            perawatan mobil, dll yakni tinggal = Rp9600,-

            jadi potongannya hampir 40 % lebih tanpa insentip pula,, belum lagi potongan koprasi 35rb/ minggu. makin susalah driver.
            Memang ada beberapa progam voucer & benefid tapi ga merata, juga ada garansi pendapatan tapi ga ngaruh terlalu kecil nilainya, sering hangus pula.
            inilah kondisi sebenarnya yg di keluhkan driver Car kususnya,,
            apakah ini adil??

    • 9 Mei 2021 - (09:32 WIB)
      Permalink

      Iya bang. Aplikasi online ini sangat jauh berbeda dengan transportasi konvensional. Di online memang menggunakan digitaling tapi kemampuan untuk menghasilkan uang jauh kalah di banding transportasi konvensional yg lebih jelas regulasinya.

  • 8 Mei 2021 - (16:07 WIB)
    Permalink

    Saya jd mitra grab sejak thn 2016 sampai 2020 kerja jujur demi menafkahi keluarga krn ini pendapatan satu2nya ..ehhh tiba2 di PM tanpa kesalahan yg jelas , dateng ke kantor maspion jakarta menanyakan kesalahannya apa tp ga di jawab sama kantor katanya by sistem , terlalu mendewakan sistem yg bikinan manusia .. sdh byk korban PM by sistem (liat aja di YouTube)

    • 9 Mei 2021 - (09:34 WIB)
      Permalink

      Namanya transportasi online bang berbasis digital pasti mudah saja mereka mengakali mitranya. Saya aja sering merasakan diakali si grab ni.

  • 8 Mei 2021 - (16:19 WIB)
    Permalink

    Memang itu bukan pekerjaan untuk gantungan hidup. Itu semacam iseng iseng dapat tambahan. Tapi ada beberapa kenalan saya lepas pekerjaan lalu jadi driver online. Hmmmm

    • 8 Mei 2021 - (19:42 WIB)
      Permalink

      Tapi herannya kok mash byk yg bertahan kerja online..bhkn mash byk yg bilang dptnya lmyn byk…itu perkataan jujur atau bohongan…wong saya aja 3 thun digrab lama kelamaan merasakan tambh susah,apalgi klu mblnya mash kredit susah…alhamdulillh sejak tahun 2020 pandemi saya resmi tdk narik online lg..

    • 9 Mei 2021 - (09:36 WIB)
      Permalink

      Kalo bukan pekerjaan transportasi online ini om. Kenapa ya masih dibiarkan beroperasi di indonesia oleh negara ini.

      • 9 Mei 2021 - (11:20 WIB)
        Permalink

        ramai2 berhenti kan nantinya tutup sendiri..
        negara tidak boleh melarang nanti tersisa 1 aplikasi jadinya monopoli…
        jadi akhirnya kembali ke pilihan masng-masing aja

  • 8 Mei 2021 - (21:05 WIB)
    Permalink

    akhirnya ada yg bersuara bila perusahaan asing tidak mungkin akan mensejahterakan mitranya, yg sejahtera hanya penguasa yg memfalisitasi supaya bisa beroperasi diInd.

    • 9 Mei 2021 - (09:37 WIB)
      Permalink

      Seperti nya begitu om ya. Jadi kalo mafia bisnis udah masuk dan kendalikan sebuah transportasi online bakal akan memeras keringat mitra dan perusahaan itu sendiri ya.

  • 8 Mei 2021 - (21:35 WIB)
    Permalink

    Saya pengguna kedua transportasi online dilihat dari ongkos padahal lebih mahal dari aplikasi sebelah bagaimana mitra sebelah lebih menderita kali ya beda nya aja hampir 10 ribu

    • 9 Mei 2021 - (09:40 WIB)
      Permalink

      Kalo aplikasi sebelah yg ongkosnya lebih murah. Mungkin komisi bagi hasil untuk apk nya lebih kecil atau ga ada komisi bagi hasil nya supaya mereka mendapatkan pengguna/penumpang.

  • 8 Mei 2021 - (22:56 WIB)
    Permalink

    dari dulu kan sudah ada yg bilang, ojol jgn dijadikan perkerjaan utama
    apalagi sampe kredit kendaraan buat dipake ojol

    • 9 Mei 2021 - (09:42 WIB)
      Permalink

      Hahaha. Iya bang. Saya beruntung mobil ga kredit dari awal mulai jadi driver grab tapi bang penghasilan yg morat marit di grab membuat kehidupan saya jadi ada kredit. Memang saran abg sangat bagus untuk kelangsungan kehidupan orng orng di Indonesia.

  • 9 Mei 2021 - (11:49 WIB)
    Permalink

    Yang namanya taxi online berbasis aplikasi itu bisa murah karena dulu berani bakar uang dalam bentuk insentif buat mitra pengemudi dan juga promo buat konsumen. Sekarang baru terasa kalo tarif taksi online tidak masuk dari harga keekonomian. Bayangkan tarif minimal Rp 15.000 yang masuk ke pemilik aplikasi biaya pemesanan Rp 4.000 ditambah potongan 20%. Praktis yang diterima mitra pengemudi untuk tarif minimal Rp 8.800. Harga mobil ratusan juta, uang yg diterima dari tarif minimal Rp 8.800. Sudah berapa perusahaan taksi konvensional plat kuning gulung tikar sejak hadirnya taksi online berbasis aplikasi dengan PLAT HITAM??. Pemerintah sebaiknya jangan menutup mata!

    • 9 Mei 2021 - (21:22 WIB)
      Permalink

      Ya bener bang andre taksi plat kuning memang jauh merosot karena ada nya taksi online. Kalo dibikin perbandingan sangat jauh sih. Tapi di hitung hitung kemungkinan transportasi online secara digital total nya bukan transportasi, tapi aplikasi kebutuhan hari hari manusia untuk meningkatkan efektifitas kehidupan manusia nya. Cuman yg terjadi saat ini hanya di pihak konsumen aplikasi yg mendapatkan hal tersebut. Kalo di mitra nya bukan efektif hasilnya. Malah hancur lebur ?

  • 9 Mei 2021 - (19:43 WIB)
    Permalink

    Tidak sepadan ya, saya sendiri mitra ojol juga, berhenti/vakum cuma sempat jalan 1 bulan saja, ada mungkin sudah 3 tahun yg lalu, menurut saya tidak akan ketemu dan tidak akan impas apalagi untung karena soal perawatan kendaraan saja tidak sepadan, apalagi resiko pekerjaan, kompensasi kerja fisik, pikiran, dsb,, apalagi mobil ya, seram lah beresiko dibunuh penumpang jahat dari belakang saat sedang nyupir (motor juga sama resikonya, beresiko dibegal juga), sering kejadian kan, banyak di berita.

    Alhamdulillah saya 3 tahun terakhir sudah berhasil merintis usaha sendiri, jadinya saya bisa dikatakan pengusaha, penghasilan jauh lebih sepadan.

    Sayangnya penulis SP ini sadarnya justru setelah 3 tahun menjalani ya, saya sadarnya setelah 1 bulan menjalani, lalu selama 3 tahun merintis usaha sendiri, kendaraan saya awet sampai sekarang dan tidak bermasalasan buat beli spare part dan perawatan, karena awet juga.

    Istilah sebutan “mitra” itu halusinasi, malah menurut saya lebih sejahtera karyawan perusahaan daripada “mitra”, dulu jadi driver ojol itu agak maksa dibikin keren, padahal ya tetap saja maaf, tukang ojek, malah lebih ditegaskan karena dikasih ciri jaket ojol, kalau opang kan netral ya, bebas, bonceng penumpang orang gk ngira ngojek.

    Semoga SP ini dan komentar saya ini jadi pengalaman buat yg lainnya, udah deh, cari kerjaan lain saja, atau bikin usaha sendiri saja, jadi “mitra” perusahaan ojek/taksi online sudah tidak keren lagi.

    • 9 Mei 2021 - (19:45 WIB)
      Permalink

      Kita tahunnya sama ya, nah mungkin angkatan kita ini kebagian ampasnya saja, tentu tidak dipungkiri angkatan lama sudah mengeruk keuntungan sesaat itu, dan memang sempat terjadi demikian, tapi itu sementara saja, udah kebanyakan “mitra”.

    • 9 Mei 2021 - (21:25 WIB)
      Permalink

      Iya bang. Semoga habis lebaran dapat kerjaan yg lebih baik dari GrabCar bang. Karena memang lebih parah sih hasil nya terlalu di tekan di online online ini, dibandingkan buruh kasar mereka lebih jelah mendapatkan upah yg sesuai dengan pekerjaan nya.

    • 10 Mei 2021 - (01:06 WIB)
      Permalink

      Iya juga bang ya. Ya pengaruh aplikasi yg merendahkan penghasilan mitra jadi mitranya pun sering direndahkan konsumen ya. Kadang diliat liat memang ga ada harga driver online ni karena aplikasi nya ya bang.

  • 14 Mei 2021 - (21:34 WIB)
    Permalink

    Penghasilan Driver online ditentukan oleh lokasi, strategi dan manajemen dalam menjalankan operasional. Jika lokasi operasional ramai order tentu penghasilan akan besar. Adapun untuk menjalankan kegiatan operasional sebagai mitra transportasi online dibutuhkan strategi dan manajemen operasional yang baik, tentang biaya BBM dan perawatan kendaraan, sehingga pendapatan tidak ludes untuk biaya operasional.

    Apapun profesi ada resikonya, tergantung dari pelaku itu sendiri dalam menjalankan kegiatan usaha, ada yang berhasil dan ada yang gagal. Yang paling penting adalah merubah cara agar kegagalan menjadi keuntungan. Jika memang sudah tidak memungkinkan untuk mendapatkan keuntungan, sebaiknya segera resign dan menjalankan usaha yang lain. Sebagai mitra transportasi online tidak terikat, bebas menentukan pilihan yang terbaik untuk diri sendiri.

    Kita perlu bertanya pada diri sendiri, apa yang menyebabkan penghasilan sebagai driver tidak sesuai harapan? Apakah karena lokasi yang kurang banyak order atau ada kesalahan dalam menjalankan kegiatan usaha? Dan kenapa Driver online yang lain bisa sukses, sampai mereka bisa membayar cicilan kendaraan?

    Tidak semua driver online, baik Grab atau dari platform lain gagal. Apalagi untuk saat ini dan kedepannya, transportasi online akan tetap eksis, sedangkan transportasi konvensional akan ditinggalkan, karena biaya relatif lebih mahal dan kurang praktis!

 Apa Komentar Anda mengenai Grab Indonesia?

Ada 37 komentar sampai saat ini..

Penghasilan Sebagai Mitra GrabCar yang Minim

oleh Mendriadi dibaca dalam: 1 menit
37