Tarif Dasar Listrik Naik Tiap Tahun, Apakah Sepadan dengan yang Didapatkan Konsumen?

Tarif Dasar Listrik hampir dipastikan naik pada tiap tahunnya, meski begitu pelayanan yang didapatkan oleh para konsumen yang tinggal di daerah seperti pedalaman, pedesaan masih bisa dikatakan jauh dari kata memuaskan. Seperti halnya saya pribadi mengeluhkan hal tersebut.

Selaku penggiat pengusaha kecil-kecilan yang menggantungkan sepenuhnya dari suplai energi listrik PLN sering dibuat bingung, bahkan kesal. Bagaimana tidak, di daerah saya Blitar-Jawa Timur memiliki sejumlah PLTA, tapi pasokan listrik masih sering terganggu/terputus baik melalui pemberitahuan maupun tanpa pemberitahuan. Usaha saya di bidang perikanan, budidaya ikan sistem modern yang memanfaatkan energi listrik 24 jam pada tiap siklusnya, Usaha saya beralamat di Dn. Kasim Ds. Ploso Kec. Selopuro.

Bayangkan saja sudah tak terhitung terjadi pemadaman tanpa pemberitahuan. Jika pada siang hari mungkin tidak begitu bingung, bisa beli bahan bakar/pinjam genset di rekan/tetangga. Nah ini pemadaman saat tengah malam, saya sering terbangunkan oleh alarm di tengah malam karena pemadaman. Jika tidak terbangun mungkin ikan-ikan saya pada mati di pagi hari, karena pemadaman cenderung lama, kadang hingga 4 jam pada tengah malam.

Hal ini sedikit banyak memaksa saya untuk mengeluarkan uang lebih untuk biaya genset, biaya bahan bakar. jika sering seperti ini, bukan tidak mungkin pengusaha kecil-kecilan seperti saya bisa gulung tikar karena energi listrik dari PLN tidak bisa diandalkan. Panen belum tentu untung, listrik semakin mahal, masih dipaksa keluar uang lebih untuk bahan bakar saat urgent pemadaman.

 

Saya harap ke depannya, khususnya wilayah saya yang masuk di Rayon Wlingi – Area Kediri, segera bisa memperbaiki kualitas komponen jaringan distribusi (jika memang sering gangguan karena komponen yang rusak, tua dll), agar pegiat usaha seperti kami tidak dibuat menjerit karena seringnya pemadaman.

Di PLN ada istilah SAIDI-SAIFI sebagai acuan bagaimana keandalan sistem ketenagalistrikan bisa dimonitor di wilayah tersebut. Semoga curhatan saya terbaca dan bisa diperbaiki kualitas listrik di wilayah saya.

Abid Alhamdani
Blitar, Jawa Timur

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

21 komentar untuk “Tarif Dasar Listrik Naik Tiap Tahun, Apakah Sepadan dengan yang Didapatkan Konsumen?

  • 22 Desember 2021 - (09:02 WIB)
    Permalink

    Tarif listrik makin mahal. Bisa di akali dengan menghemat pemakaian listrik.

    Jika anda terus mempertahankan perangkat elektronik jadul, anda pasti sangat merasakan tarif listrik semakin mahal.

    Perangkat elektronik yang terbaru biasanya menawarkan teknologi yang juga terbaru yang utama adalah hemat energi.

    1. Ganti semua lampu dirumah anda dengan lampu yang hemat energi. Mulai dari lampu dalam rumah hingga lampu taman.

    2. Ganti kulkas, TV, Setrika, Rice Cooker, Dispenser, yang berteknologi hemat energi.

    Perangkat elekronik itu adalah termasuk yang mengubah energi listrik menjadi energi panas sehingga jika yang anda punya dari dulu itu itu aja tidak pernah di update, pasti anda akan mengalami tarif listrik yang semakin mahal.

    3. Perangkat elektronik yang tidak perlu di ganti yaitu, Kipas angin, Mesin cuci, Blender, Vacum Cleaner, dan perangkat sejenis yang prinsipnya mengubah listrik menjadi tenaga magnet untuk memutar.

    4. Jika perlu, setiap perangkat elektronik yang bisa dipasang power otomatis pasang saja, itu esangat mendukung penghematan.

    2
    6
    • 22 Desember 2021 - (20:02 WIB)
      Permalink

      1 kwh meter untuk 1 blower aerator dan 2 lampu Pak (kwh khusus usaha saya). Kwh meter rumah beda lagi.
      Dirumah mau listrik padam pun tak masalah, ibaratnya. Ya walaupun mungkin berdampak di perangkat elektronik yg lain krna sering nya trip.
      Yg jadi poin, tarif dasar naik terus, namun kita pegiat usaha kecil2an didaerah pedesaan sini masih sering dibuat dongkol, krna sering nya mati lampu. Saya pakai genset saat pemadaman misal saat giliran perbaikan/perawatan jaringan. Start jam 09.00 s.d 16.00 itu habis 7 liter. 7 liter uang bensin, jika dibelikan token listrik sudah bisa buat bbrp minggu Pak. Itu habis dalam sehari. Itu yg diberitahu oleh PLN sebelumnya, belum lagi pemadaman tanpa pemberitahuan. Jika sesama pegiat usaha pastinya merasakan apa yg saya rasakan, btp kami sangat bergantung pada PLN, TDL naik pun kami mau tak mau tetep menerima walaupun berat, tp bukan berarti meski kami nurut2 aja, eehh kualitas yg kami dapatkan begitu2 saja. Harusnya TDL naik kualitas jg diperbaiki, ini di daerah saya Pak, jika di daerah Bapak listriknya handal tak pernah gangguan ya bersyukurlah Pak, setidaknya meski bayar listrik mahal, tp sepadan dengan kualitas yg didapatkan.

  • 22 Desember 2021 - (12:16 WIB)
    Permalink

    Kalau mati listrik sering nya pada malam hari dan di daerah pelosok, mungkin kabelnya dicuri orang. Biasanya pencuri lintas propinsi spesialis kabel pln. Kemungkinan kedua krn konslet, misal tertimpa pohon dll, apalagi skrng musim hujan. Dan biasanya di pedesaan kebanyakan warganya belum sadar, masih menanam pohon dekat kabel listrik.

    • 22 Desember 2021 - (20:11 WIB)
      Permalink

      Didaerah kami sering Pak pemadaman bergilir dengan pemberitahuan, mulai dr perawatan jaringan, rabas dahan ranting pohon yg mendekati SUTM, dan pergantian material jaringan juga. rutin kok tiap bulannya start jam 09.00 s.d 16.00 namun dibalik rutinitas tersebut masih saja sering trip, ntah siang/malam. Kan jadi pertanyaan, hasil dr kegiatan perawatan rutin dll itu hasilnya dimananya. Dan itu memaksa kita para pegiat usaha mengeluarkan uang ekstra, biaya beli bbm genset yg langsung habis dlm 1 hari tsb bisa buat token listrik bbrp minggu.

  • 22 Desember 2021 - (17:23 WIB)
    Permalink

    Pembangkit se Jawa Bali sudah terkoneksi jaringannya Pak,
    Jadi walaupun dekat dengan pembangkit tidak akan berpengaruh dengan masalah jaringan.
    Penyebab jaringan padam / gangguan biasanya pohon, binatang, faktor X.
    Saidi = Respon (waktu) terhadap layanan gangguan listrik baik itu dilaporkan maupun tidak ada laporan
    Saifi = Respon (waktu) terhadap penanganan gangguan hingga menyala

    Jadi sebenarnya Jika gangguan ada diJaringan Tegangan Menengah (JTM) biasanya sistem PLN sudah mendeteksi dan segera ada personil/ unit yang menangani.
    Jika penyebab gangguan maka relakan jika pohon anda yang dekat dengan pohon untuk dipotong / ditebang
    Dan jangan mendirikan Bangunan yang dekat dengan jaringan listrik . Jarak aman 3 meter dari jaringan baik pohon atau bangunan.

    • 22 Desember 2021 - (20:21 WIB)
      Permalink

      Didaerah kami sering Pak pemadaman bergilir dengan pemberitahuan, mulai dr perawatan jaringan, rabas dahan ranting pohon yg mendekati SUTM, dan pergantian material jaringan juga. rutin kok tiap bulannya start jam 09.00 s.d 16.00 namun dibalik rutinitas tersebut masih saja sering trip, ntah siang/malam. Kan jadi pertanyaan, hasil dr kegiatan perawatan rutin dll itu hasilnya dimananya. Dan itu memaksa kita para pegiat usaha mengeluarkan uang ekstra, biaya beli bbm genset yg langsung habis dlm 1 hari tsb bisa buat token listrik bbrp minggu
      Maaf jika saya salah Pak, dr bbrp sumber yg saya baca mengatakan Tingkat keandalan suatu jaringan dapat dilihat dari besar kecilnya nilai SAIFI dan SAIDI di pihak PLN. SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) adalah rata-rata frekuensi gangguan yang terjadi, sedangkan SAIDI (System Average Interruption Duration Index) adalah rata-rata durasi gangguan yang terjadi.
      Semakin besar nilai atau angka trsbt harusnya jadi PR Rayon kan, jika tidak bisa mengkondisikan sampai di angka / nilai standar yg tertulis di PUIL mungkin atau yg lain bisa kena tegur dr Area/bahkan pusat. Lha ini sampek berlarut2, sedih kita para pegiat usaha, semakin sering mati lampu semakin banyak cost yg dikeluarkan untuk beli bbm buat genset, dan itu akan mengurangi hasil laba kami disaat panen.

    • 22 Desember 2021 - (20:27 WIB)
      Permalink

      Sudah pak. Masalahnya bukan disitunya sebenernya. Pegiat usaha yg dicari laba. Namun jika di akhir perhitungan minus dan banyak pengeluaran hanya buat bbm genset, kan usaha trsbt terancam bangkrut. Misal dalam sehari waktu pemadaman bergilir 7-8 jam, menghabiskan biaya 60-70rb, itu dalam 1 hari, jika dibelikan token listrik bisa buat 1 minggu. Belum lagi pemadaman tanpa pemberitahuan jg tidak kalah lama.

  • 22 Desember 2021 - (19:39 WIB)
    Permalink

    Dari A sampai Z di atas yang Tukang komentar semuanya orang kota yang bisanya ngarang dan berspekulasi dan cenderung mencari cari celah seolah PLN sudah ok pelayanannya sehingga tidak masalah TDL dinaikkan tanpa perbaikan pelayanan pun. Kenapa? Karena mereka tidak tahu dan tidak mau tahu penderitaan orang di desa yang setiap hari mati lampu dan hati mengutuk PLN tapi tidak berdaya sebab PLN kan tunggal jadi mau beralih kemana? Jadi apa salah jika menuntut perbaikan pelayanan jika TDL naik? Jadi heran juga sih cara berpikir tukang komentar di atas seolah biar saja orang desa menderita asal orang kota tetap bahagia

    • 22 Desember 2021 - (20:33 WIB)
      Permalink

      Waduuhh betul Pak, kita orang2 desa dianggap tidak penting, anggapannya pajak yg disetor ke negara cuma kecil, mengingat “Pedesaan = minim industri = pajak pendapatan kecil” . Jadi ya ala kadarnya, namun aturan ngikut pusat. Kita bayar sama besar dg yg di kota2, namun kualitas listriknya beda. Apakah adil? Apakah salah jika menuntut kualitas yg sama dg yg di kota2? Jd timbul pertanyaan spt itu.

  • 22 Desember 2021 - (20:04 WIB)
    Permalink

    Padahal ini masih di pulau Jawa yang katanya listriknya masih over supply yah. Gimana yang di luar pulau Jawa? ?

    • 22 Desember 2021 - (20:40 WIB)
      Permalink

      Ini yg nulis masih tau cara Up di media Pak, keluhan2 yg dialami. Apalagi yg tinggal di pelosok2 desa di pulau jawa yg orangnya sudah lansia, tak kenal teknologi, bisanya cuma pasrah.

  • 23 Desember 2021 - (21:03 WIB)
    Permalink

    Sy juga heran, biaya PPJ 6% tapi kok jalanan banyak yg gelap, pernah mau pasang lampu jln swadaya di tikungan jln kmpung ga boleh, tapi kl komplek elite malah terrranngggg banget, di pasangin juga

    • 24 Desember 2021 - (22:19 WIB)
      Permalink

      Harga per KWh masih lebih mahal dibandingkan PLN. Apalagi kalau butuh untuk malam hari, harus memakai batteries dan lain-lain. Jauh lebih mahal untuk biaya perawatan

  • 24 Desember 2021 - (11:21 WIB)
    Permalink

    Ya sama kayak PERTAMINA. PLN juga pasarnya cuman tunggal. Dna HANYA dioegang pemerintah. Mau beralih gk bisa. Semakin mahal tp semakin sering mati juga. Jika ada yg bermasalah cuman dikasih tahu buat nambah daya doang. Selebihnya kesel sendiri.

    Kayaknya saran orang buat punya kistri senidri pakai tenaga surya emangvpikihan terbaik. Secara di indo juga panas bgt. Sisanya jika hujan tiap hari bisa pakai PLN seperti biasa . Walah modal diawal agak mahal demi ini. Tp jauhhhhhh lbh murah dan stabil dr pd mengandalkan perushaan yg di komplain punya hanya iya iya doang.

    Semoga kedepanya ada pemerintah meng acc perushaan minyak sebagai pesaing pertamina, dan perusaan lustik sebagai pesaing PLN.

    Dan semiga juga itu kabel kabel diatas yg nutupi pohon dna rumah warga dipindah ke bawah tanah seperti negara lain jd lbh rapi dan jarang mati ( jika matipun emang lama tp jarang)

    Semoga di dengar harapan harapanini. Kalau tidak ya udah ikhlasin aja karna terlahir sebagai warna negara ini

    • 27 Desember 2021 - (11:28 WIB)
      Permalink

      Yang dikeluhkan sudah jelas adalah kualitas pelayanan PLN, jaminan ketersediaan listrik tanpa terlalu sering gangguan pemadaman. PLN pun tdk mungkin bisa tidak menaikkan tarif dasarnya dikarenakan kenaikan harga dasar bahan bakar utama mesin pembangkit spt batu bara dan minyak solar yang harganya terus melambung dan fluktiatif. Memang pd akhirnya pilihan menaikkan menjadi pilihan terakhir pemerintah dgn melihat anggaran yg ada, krn tarif subsidi yang terus dipertahankan bisa menggerogoti anggaran cukup besar.

      Jadi memang PLN harus banyak melakukan pembenahan, update mesin pembangkit listrik agar tidak sering gangguan dan lbh efisien kerjanya, update SDMnya jg supaya lbh profesional dlm bekerja dan memberikan pelayanan ke masyarakat. Dan PLN jg hrs melihat skala prioritas penggunanya, jgn sampai yg diprioritaskan hanya area2 industri besar, area wisata,dan perumahan2 elit saja…., tetapi pengusaha kecil spt inipun hrs dpt prioritas krn klu sampai mrk bangkrut, ekonomi daerah jg akan terdampak. PLN tentunya jg hrs membangun backup sistem lbh handal utk mengantisipasi lonjakan pemakaian di jam2 sibuk sehingga tdk akan sering terjadi gangguan pemadaman listrik yg selalu ujung2nya merugikan industri kecil spt Bapak luat biasa ini.

      Semoga kedepannya PLN bisa makin diandalkan….

  • 25 Desember 2021 - (10:52 WIB)
    Permalink

    Yang mengatur TDL sebenarnya adalah pemegang saham yakni pemerintah. Sedangkan PLN sendiri tidak bisa berbuat banyak.

    Kalau tidak ada subsidi dan TDL Nasional, sudah pasti tarif Listrik masing masing wilayah bakal berbeda-beda mengikuti BPP (Biaya Pokok Pembangkitan) masing masing wilayah.

 Apa Komentar Anda mengenai PLN?

Ada 21 komentar sampai saat ini..

Tarif Dasar Listrik Naik Tiap Tahun, Apakah Sepadan dengan yang Didapa…

oleh Abid dibaca dalam: 1 menit
21