Surat “Cinta” untuk Super Air Jet

Terima kasih kepada Media Konsumen yang telah memberi ruang agar saya dapat bersuara. Baru-baru ini, saya mengalami kejadian yang sangat mengecewakan. Super Air Jet (selanjutnya SAJ), maskapai yang lumayan sering saya gunakan untuk ke sekian kalinya mengecewakan saya. Walau dengan embel-embel “maskapai millennial”, saya sebagai millennial akan mengutarakan kekecewaan dan kekesalan saya dalam tulisan ini.

Saya pernah mengalami hal buruk bersama SAJ tahun lalu, yaitu delay 3 jam dan mengudara 1 jam lebih lama dari seharusnya, serta menahan penumpang 45 menit dalam pesawat dengan alasan tangga sedang digunakan di T3 SHIA di waktu bersamaan. Namun hal yang baru saya alami ini yang terparah.

Nama saya Muhammad Reza Wijaya. Saya tidak akan menuliskan PNR (kode booking) di sini dengan alasan keamanan data. Saya melakukan perjalanan dari Jakarta – Kuala Lumpur – Pekanbaru dengan waktu layover 1 malam dan terbang dari CGK tanggal 29 September 2023. Saya melakukan hal tersebut agar saya bisa jalan-jalan di Kuala Lumpur (KL) dengan harga tiket direct yang sama harganya. Penerbangan ke KL menggunakan maskapai lain, dengan bagasi 18 Kg + kardus yang saya modifikasi sesuai maksimal kabin dan saya melewatinya tanpa masalah.

Namun saat saya akan check in penerbangan, check in saya ditolak, sehingga mengharuskan saya untuk berangkat ke bandara lebih awal dikarenakan saya tidak dapat memilih kursi.

Setibanya di bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA), saya check in dan meminta kursi terdepan dan jendela jika ada, dan akhirnya diberi 1F. Namun memasuki ruang tunggu, tiba-tiba notifikasi tiket saya muncul tulisan “change seat“, sehingga petugas pun meminta boarding pass saya dan memindahkan saya ke kursi 11F.

Perlu diketahui, sistem KLIA dan bandara di Indonesia berbeda. Jika di Indonesia, perobekan tiket dilakukan sebelum memasuki pesawat, sementara di KLIA perobekan tiket dilakukan sebelum memasuki ruang tunggu dan masuk pesawat tanpa pengecekan tiket.

Kembali lagi ke cerita, saat itu saya menenteng kardus yang sudah saya modifikasi tersebut dan mereka mencegat saya. Alasannya? Penerbangan pada saat itu dikatakan full (meskipun row saya duduk kosong) dan untuk pencegahan agar penumpang lain mendapatkan tempat kompartemen kabin.

Setelah negosiasi sedikit, akhirnya saya diizinkan untuk membawanya asal kru pesawat mengizinkan. Namun selang beberapa saat saya sudah masuk ke ruang tunggu, saya dicari oleh petugas yang sama. Saya diminta ke pintu ruang tunggu, tempat saya scan dan perobekan tiket dan diminta membawa kardus tersebut.

Di sana, saya dipaksa agar memasuki kardus tersebut ke dalam bagasi. Awalnya mereka membuat saya bingung, karena isinya adalah peralatan yang akan saya gunakan untuk lomba di Pekanbaru (PKU) dan sangat rapuh (fragile). Lalu oleh petugas yang lainnya dijanjikan akan diberi stiker fragile dan diletakkan di cargo paling depan (di bawah kokpit). Karena merasa teryakinkan, akhirnya saya iyakan saja.

Penerbangan yang seharusnya 14.40 sudah boarding, ternyata tidak kunjung dipanggil. Saya cek di aplikasi flightradar24, ternyata pesawat dari PKU belum mendarat dan masih berada di sekitar langit Shah Alam. Setelah saya lihat flightradar24, barulah diumumkan pesawat delay hingga 15.30 waktu Malaysia, tanpa adanya kompensasi apa pun. Penerbangan pun baru take off sekitar menjelang pukul 17 waktu Malaysia. Tiba di PKU pada pukul yang sama.

Saat di conveyor, saya kaget karena barang saya terakhir keluar dan dari 3 yang di bagasi, hanya 2 yang keluar. Saya pun langsung spanning karena di dalam kardus itu terdapat barang untuk keperluan lomba. Saya coba tanya customs, di dalam pesawat sudah tidak ada. Lalu, saya pergi ke area informasi bandara dan diarahkan ke check in. Namun lucunya, area check in “Super Group” (SAJ) maupun Lion Group (Lion, Wings dan Batik) tidak ada counter check in yang buka, meskipun masih ada penerbangan beberapa jam kemudian.

Lalu saya tanya ke ruang konsiliasi bagasi, diminta untuk ke counter yang ada orang menggunakan lanyard SAJ sibuk menghitung uang. Saya tanya, tetapi ia tak mau membantu ataupun bertanggung jawab. Parahnya sempat mengatakan “Bukan tanggung jawab saya”.

Lalu pergilah saya ke area customer service di lantai bawah keberangkatan dan lucunya, counter yang buka hanya Garuda Indonesia. Lion Air, Batik, Wings maupun SAJ pun tidak ada tanda-tanda orang (lampu mati dan tutup).

Akhirnya saya ke kedatangan domestik dan menanyai apakah barang saya ada di sana apa tidak. Saya dibantu oleh petugas bandara dan bukan pihak maskapai. Petugas bandara PKU dapat kontak WA pihak SAJ di KLIA. Parahnya, terinfo bahwa barang saya tergeletak begitu saya di KLIA dan tali yang saya lilitkan untuk membawa kardus pun hilang.

Walaupun barang saya baru tiba di tanggal 1 Oktober (sehari setelah saya tiba) berkat bantuan petugas bandara PKU, saya sudah merasa maskapai ini sudah keterlaluan. Saya sempat cari nomor telepon CS, tapi dialihkan ke WA. Padahal, kardus tersebut tidak memiliki nomor bagasi yang dimasukkan ke sistem (mereka menulisnya menggunakan spidol pada label panjang putih kosong). Sehingga saya tidak bisa berbuat apa-apa, selain berharap ke petugas bandara PKU.

Bagi SAJ, tolong agar kru kalian dilatih untuk serius dalam bekerja. Saya sangat kecewa dengan kejadian yang alami dan hampir merugikan saya karena isi dari kardus tersebut adalah peralatan kompetisi saya. Tidak hanya itu, tolong agar bertanggungjawab, bukan asal lepas tangan pesawat take off, petugas maskapai menghilang begitu saja. Jujur, kemungkinan saya menggunakan SAJ ke depan semakin kecil.

Sekian surat “cinta” saya terhadap Super Air Jet, maskapai yang mengklaim “millennial”.

Muhammad Reza Wijaya
Bekasi, Jawa Barat

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

14 komentar untuk “Surat “Cinta” untuk Super Air Jet

  • 5 Oktober 2023 - (17:17 WIB)
    Permalink

    Maskapai super air jet merupakan anak usaha lion air grup yang karakter nya sama dg lion terdahulu seharusnya maskapai ini tidak merupakan bayangan lion yang sudah diketahui track recordnya

    13
    1
    • 7 Oktober 2023 - (11:35 WIB)
      Permalink

      Udah biasa mah soal Lion dan anak 2x nya. Gak aneh. Kalau gak terpaksa jgn naik maskapai ini.

  • 5 Oktober 2023 - (17:27 WIB)
    Permalink

    Jujur saya lebih rela bayar banyak utk maskapai garuda..drpada prusahaan swasta.. BUMN.. toh.. pelayanan tepat waktu..

  • 5 Oktober 2023 - (22:28 WIB)
    Permalink

    13 September 2023 sya pertama kali menggunakan penerbangan super air jet surabya – Kuala lumpur Malaysia. 1 koper saya jebol.rusak parah. Sampai klia airport sya cri lion group service .saya komplain dan marah”..koper jebol. Roda koper copot ke 3 nya. Tentengan patah dan rusak parah..semua org melihatnya tertegun. Kapok sya pakai super air jet.
    Walaupun koper sya di ganti sama cs lion group di KL. Tpi itu sya hrus marah” dlu..energi sya habis dan penat..good by super air jet & lion group. Sudah sya boikot dri dftr penerbangan kelurga saya. Mending air asia atau city link atau yg lain. Selain lion group.

    9
    1
  • 6 Oktober 2023 - (06:25 WIB)
    Permalink

    Saya mengalami delay dua kali.
    Pd tgl 28 sept 23 jurusan bpn _ SBY seharusnya terbang jan 08,10 ditunda 08.45..Dan ditunda lagi jam 10.45 naik pesawat,. Jam 11.20 baru terbang. Kami berangkat berlima.
    Apakah lion grup memang jadi jago delay?.
    Dan aneh lagi ada pembagian kumsumsi tapi semua nggak dapat.
    Yg dekat pintu boarding aja yang dapat.
    Didalam dekat exalaror makanan banyak dlm troly… Apakah ini juga modus dari petuga SAJ makanan sengaja nggak di bagikan. Jadi pihak lion grup harus memperbaiki kinerja karyawan di airport.
    Dan pulang ke bpn nak lon juga delay 1) 10/23 seharusnya terbang 16.10 di delay sampai 17.45 (?).
    Semoga Lion grup bisa memperbaiki kesalahan dan mengontrol petugas di airport. di

    4
    1
  • 6 Oktober 2023 - (09:40 WIB)
    Permalink

    Sekedar informasi, mau naik pesawat apapun, apabila ada bagasi yang tadinya mau di bawa ke cabin, terus ketika di boarding gate di minta oleh petugas boarding dijadikan checked bagasi, selalu minta tag untuk bagasi tsb. Karena tag tsb yang jadi penanda bagi petugas di lapangan bahwasannya bagasi tsb akan pergi kemana, flight nya apa dll. Kalau cuma di tuliskan seperti itu, petugas lapangan yang mau memasukan bagasi jg jadi bingung, tidak ada tag cuma ada tulisan. Contohnya, stroller bayi saja yang dipake sampai pintu pesaawt akan selalu di kasih tag khusus ketika di boaring gate, dan diserahkan ketika di pintu pesawat. Makanya itu bagasi di biarikan tergeletak di bandara asal di KLIA. Masih untung itu bagasi tidak di hanguskan oleh airport security, karena akan di anggap “unattended” bagasi.

    3
    3
  • 6 Oktober 2023 - (12:17 WIB)
    Permalink

    besok2 naek garuda bae, maskapai low cost emang banyak dramanya, budget friendly tapi at your own risk, lol..

  • 6 Oktober 2023 - (15:42 WIB)
    Permalink

    Sebelum naik pesawat udara, ada baiknya dipahami terlebih dahulu peraturan barang bawaan yang boleh dan tidak boleh dibawa kedalam kabin pesawat, karena naik pesawat tidak seperti naik angkutan umum lainnya. Setau saya Super Air Jet hanya mengizinkan 1 orang membawa 1 barang saja kedalam kabin pesawat. Contoh: Kalo sudah ada tas ransel/koper dengan ukuran yang sudah ditentukan, ya ga bisa tuh kita nenteng kardus lagi. Saya sebagai penumpang juga suka kesel liat penumpang lain bawa gembolan banyak-banyak jadi makan tempat. kasian kan penumpang lainnya juga yang mau menempatkan tas/kopernya jadi ga muat.

  • 6 Oktober 2023 - (17:17 WIB)
    Permalink

    Tidak juga. Air Asia Indonesia, maskapai yang saya gunakan dari Jakarta ke Kuala Lumpur mengizinkan lebih dari 1 walau pada privacy policy yang saya baca saat memodifikasi kardus tersebut hanya boleh 1 tentengan.

    Alasan airline melarang itu sederhana; bila pesawat full, takut ada yang tidak kebagian. Pada penerbangan ke Kuala Lumpur, mereka mengizinkan karena pesawat tidak full.

    Saya pada saat itu tidak tahu bila pesawat SAJ full saat akan menuju ke Pekanbaru. Jadi menurut saya, sah-sah saja saya masih menenteng hingga perobekan tiket lalu dicegat dengan alasan ketidaktahuan. Di counter check in juga tidak diinfo bila pesawat full karena saya datang lebih awal di bandara.

  • 6 Oktober 2023 - (17:23 WIB)
    Permalink

    Sedikit tambahan dari saya :

    Saya rasa ada kemungkinan bentuk dari bandara KLIA 1 mempengaruhi kejadian ini. Alasan saya, gedung C terpisah dari bangunan check in sehingga apabila akan membuat label dan melaporkan barang baru, akan terjadi kerepotan.

    Saya saat akan ke gedung C diwajibkan menggunakan bus, bukan kalayang. Hal itu saya curigai membuat petugas malas “mondar-mandir” sehingga tidak ada komunikasi yang baik.

    Stroller bayi banyak yang dimasukkan ke bagasi, namun, mereka dicegat saat akan masuk pesawat, bukan seperti saya, yang dicegat sebelum masuk ruang tunggu (tempat perobekan tiket)

  • 7 Oktober 2023 - (21:34 WIB)
    Permalink

    Februari 2023 lalu saya pernah menggunakan super air jet dari jakarta ke makassar..sangat amat mengecewakannnnn….pesawat saya yg harusnya jam 3 sore bukan hanya dipindahkan ke jsm 9 malam tapi juga diganti pesawat menjadi BATIK dengan semena2 sehingga kami harus jalan jauhhhhhh sekali untuk dapat mengakses kereta bandara yg kemudian jalan jauhhhh bangedhhh lagi dengan menggotong semua barang2 kami dan mereka tanpa beban petugas2nya bilang ya terserah mau naik pesawat itu atau bagaimana..saya sudah dibandara dri jam 12 siang mengantriii sampe jam 2 siang dan bru dibilang dipindah pas udah giliran di petugas counternya…tidak akan pernah saya mau naik super air jet lagi mending keluar uang lebih daripada mengalami KETIDAKNYAMANAN dan KETIDAKPEDULIAN SERUPA

 Apa Komentar Anda mengenai Maskapai Super Air Jet?

Ada 14 komentar sampai saat ini..

Surat “Cinta” untuk Super Air Jet

oleh Reza dibaca dalam: 3 menit
14