JNE Tidak Transparan Perihal Paket YES (Yakin Esok Sampai), Wishlist Sejak 2023 Terancam Ambyar

Dear Tim Redaksi, pelaku usaha yang bersangkutan yakni JNE, dan para pembaca Media Konsumen,

Sebelum saya masuk kepada inti surat ini, perkenalkan saya, Shierly, telah menjadi pelanggan JNE sejak 2013, atau sejak saya kuliah semester 3. Sejak saat itu pula, saya enggan menyerahkan pesanan-pesanan saya kepada jasa kirim yang bukan JNE.

Mengenai pesanan saya pada e-commerce Shopee menggunakan jasa kirim JNE, ini akan menjadi ketiga kalinya saya memesan dari penjual yang sama dan jasa kirim yang sama.

Terlampir pada screenshot pesanan saya tertanggal 25 April 2025, yaitu berupa cokelat KitKat dengan jasa kirim JNE YES (Yakin Esok Sampai, estimasi 1-2 hari kerja sampai, referensi: https://www.jne.co.id/yes):

Sejauh ini, pemesanan dengan penjual dan jasa kirim yang sama tidak pernah bermasalah, hingga pada 26 April 2025 saya mengalami kejadian tidak mengenakkan: pesanan tertahan di gudang JNE Pulo Gadung. Nomor resi yang diberikan adalah JY05097501603:

Saya tidak membuat laporan pada 27 April 2025 karena mengasumsikan meskipun JNE YES tidak libur seperti JNE REG, hari itu adalah Minggu di mana pelaku usaha idealnya tidak beroperasi.

Baru pada 28 April 2025 pukul 09.00 WIB, saya menghubungi JNE via telepon dan DM Instagram (@jne_express) karena marah—paket ini sangat berharga bagi saya. Sudah sejak 2023 saya ingin membelinya, tetapi selalu sold out hingga akhirnya bisa memesan pada 25 April 2025.

Setelah berjam-jam berkomunikasi (tidak saya lampirkan screenshot-nya karena terlalu banyak), saya baru mendapat informasi bahwa paket di-reroute ke Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara.

Yang lebih mengejutkan, pada 29 April 2025 siang, saya baru tahu bahwa CS JNE Care Jakarta membuat dua nomor resi berbeda. Resi baru tersebut adalah FWDTB25000262216 (diduga kode “FWDTB” berarti Forward Toba). Padahal, sepengetahuan saya, JNE hanya menggunakan kode JY (YES) atau CM (REG).

Pada 29 April pukul 18.00 WIB, JNE Care Jakarta tiba-tiba mengumumkan ada maintenance sistem dan melarang saya menghubungi mereka selama 2-3 jam:

Faktanya, untuk resi FWDTB25000262216, CS call center mengatakan paket sudah di gudang transit Jakarta (tanpa spesifikasi lokasi). JNE tetap bersikeras bahwa ini urusan internal. Berikut bukti ketidaktransparanan JNE:

Update terakhir: FWDTB25000262216 diduga berada di Gateway Megahub (Jakarta), tetapi JNE menolak memberi detail lebih lanjut.

Saya sangat kecewa karena JNE tidak lagi transparan seperti dulu (2013). Sebagai pengguna JNE YES, saya merasa dirugikan dan dipermainkan dengan jawaban template dari CS. Saya hanya ingin paket impian sejak 2023 ini sampai dengan selamat.

Demikian surat ini saya sampaikan. Saya terbuka untuk diskusi lebih lanjut dengan Tim Redaksi, JNE, atau pembaca Media Konsumen. Terima kasih banyak atas perhatiannya.

Hormat saya,

Shierly Octaviana
Surabaya, Jawa Timur


Catatan redaksi (diperbarui 8/5/2025): Penulis menyampaikan klarifikasi bahwa paket sudah diterima pada tanggal 30 April 2025 (sehari sebelum surat pembaca ini terbit).

 

Artikel ini adalah buatan pengguna dan menjadi tanggung jawab penulisnya.

Surat pembaca ini belum mendapatkan tanggapan dari pelaku usaha terkait. Jika Anda adalah pelaku usaha yang terkait dengan pertanyaan/permohonan/keluhan di atas, silakan berikan tanggapan resmi melalui tautan di bawah ini:

Kirimkan Tanggapan

18 komentar untuk “JNE Tidak Transparan Perihal Paket YES (Yakin Esok Sampai), Wishlist Sejak 2023 Terancam Ambyar

  • 1 Mei 2025 - (10:14 WIB)
    Permalink

    Update terkini: Paket sudah saya terima, tetapi saya menerimanya di pukul 11 malam. Saya sudah mengatakan berulang-ulang di telepon JNE Express (btw IG JNE Express bukan itu, tapi @jne_id dan ada centang birunya. Mohon maaf atas kesalahpahaman ini. Untuk Media Konsumen, akan lebih baik jika ke depannya saya diberitahu batas revisinya berapa kali, agar dari saya pun bisa membaca ulang dan memberikan update sebagaimana mestinya. Saya juga penulis, karenanya saya paham mengenai batas revisi dan lain-lain).

    JNE Care Jakarta bisa memahami bahwa paket harusnya sampai di saya paling lambat jam 8 malam setiap harinya. Namun mereka tidak meneruskan instruksi ini ke tim kurir JNE Surabaya. Akibatnya, kurir Surabaya mengatur pengiriman saya ke jam yang paling malam yaitu pukul 11 malam.

    Ternyata penulisan alamat dari JNE Care Jakarta itu sempat salah tulis. JNE Surabaya juga sudah menghubungi saya lewat telepon, berinisiatif merevisi, tetapi tetap salah tulis juga.
    Bukan hanya alamat saya yang salah tulis. Alamat penjual yang harusnya dari Jakarta Timur juga ditulis di Balige, Toba Samosir, Sumatera Utara.

    Penjual sudah minta maaf lewat respons review Shopee. Karena penjualnya baik, makanya saya maafkan.
    Berarti dugaan selanjutnya soal framing penjual ini adalah pada oknum asal Toba Samosir tersebut, yang alamat rumahnya ditengarai berada di Jalan Kebon Nanas.
    Oknum tersebut mengganti identitasnya dengan identitas penjual yang saya sudah langganan di situ. Ini adalah pembelian ketiga saya dengan penjual tersebut di Shopee, dan saya hingga detik ini masih mengobservasi dampak kesehatan yang timbul atas produk tersebut.
    Produknya benar, jumlah produknya juga benar, tidak ada yang sobek atau rusak, tapi penjual juga kaget loh kok ada lakban cokelat. Sedangkan dia tidak pernah pakai lakban cokelat untuk kirim barang.

    • 1 Mei 2025 - (11:28 WIB)
      Permalink

      ini mah bukan salah tulis alamat, memang dr jne nya saja ga bener, pakai alasan salah alamat

      urusan ada lakban itu ditambahkan setelah ada laporan komplain, utk dijadikan pembenaran bahwa produknya salah alamat

      pesanan dr ecommerce, dalam hal ini shopee, ya ga ada kata salah alamat, apalagi jelas ada nomer resi nya semua sudah masuk sistem

      • 1 Mei 2025 - (12:07 WIB)
        Permalink

        Loh ya bener juga lho, apalagi saya dapat resi FWDTB itu sehari atau H+1 setelah paket dinyatakan misroute. JNE hingga akhir tetap bersikukuh bahwa paket salah (tulis) alamat.

        Saya ya ga percaya JNE lah. Lagian FWDTB itu bukan kayak resi. Itu lebih ke sandi perintah, yang mana semua jasa ekspedisi selain JNE juga punya.

        Kenapa FWDTB, karena untuk dijadikan pembenaran bahwa produknya salah alamat (reroute) ke TB alias Toba (Samosir). Kalau ngomongnya misalnya FWDJOG berarti produknya “nyasar” ke Jogja. Kalau FWDSDA berarti “nyasar”-nya ke Sidoarjo.

        Dugaan saya ada indikasi oknum asal kampung Toba Samosir yang bermain, tepatnya di wilayah Balige.

        • 1 Mei 2025 - (12:08 WIB)
          Permalink

          Tapi dibilanginnya resi, dan di website JNE saja bisa dilacak resinya, bukan di tempat lain. Dikira saya gak tahu bedain nomor resi versus sandi perintah yang nyamar jadi resi.

          • 1 Mei 2025 - (12:26 WIB)
            Permalink

            ya artinya dr pihak jne nya bohong, membela. diri dengan alasan salah alamat

            padahal jelas kalo lewat eccommerce itu alamat otomatis masuk sistem kecuali penjualnya salah nulis/tempel resi, ini khan benar semua dr pihak penjual, ya jelas sudah jne bohong, pakai alasan salah alamat, sebagai buktinya biar dianggap tidak bohong ditempellah “aksesori” lainnya (lakban kek, alamat kek)

  • 1 Mei 2025 - (12:38 WIB)
    Permalink

    JNE tidak seprti dulu lagi, dulu JNE ibaratnya ferrarinya ekspedisi, tapi sekarang ga ada bedanya bahkan jauh lebh buruk, pengalaman pribadi dan banyaknya yg komplain

    • 1 Mei 2025 - (14:32 WIB)
      Permalink

      > JNE tidak seprti dulu lagi

      Iya, kalah saingan, kebanting sama kurir2 ngak jelas yang bermunculan. Padahal perusahaan pengiriman yang lain juga kayanya empot2an. Gerai dan gudang buka tutup. Cuma modal bakar duit doang.

      11
      • 3 Mei 2025 - (09:58 WIB)
        Permalink

        Iya JNE udah tidak seperti dulu lagi, sekarang aja pasukan2 bayangannya berani jempol turun komentar saya dan komentarnya Sdr. Bob yang di sini.

        Saya bisa taruhan mereka aja ga berani muncul. Muncul pun beraninya pakai nama samaran.

        Sdr. Bob, barangkali yang jempol turun komentarnya kita ini temen-temennya si oknum kurir JNE Balige. Orang saya aja post di grup kampung Sumatera Utara di FB postingan saya langsung dihapus. Apa karena saya orang Jawa? Oh bukan ges, andai saya sesama orang Balige pun pasti mereka juga akan berbuat demikian. Kan mereka laki bukan perempuan juga bukan.

  • 4 Mei 2025 - (19:49 WIB)
    Permalink

    Ini masalahnya sebenernya cuma satu, paket jne yes telat karna dia salah kirim ke agen balige, mungkin terjadi criss cross. Kadang kejadian seperti ini, no big deal. Nggak perlu over analyze kesana kemari. Kalo berharap jne mengaku salah lalu menyembah minta ampun.. Sudahlah nggak usah segitunya….

    • 4 Mei 2025 - (20:11 WIB)
      Permalink

      Terima kasih atas komentarnya. Tidak ada satu pun perkataan saya yang minta disembah siapapun, saya tidak butuh penyembah2 apalagi yang seperti JNE. Karena di sini saya tidak bisa delete komentar, maka yang bisa saya lakukan adalah menghimbau bahwa ke depannya saya akan memberi peringatan atau wanti-wanti agar komentar nirempati seperti ini dapat dihapus oleh Media Konsumen. Oke Criss Cross bisa jadi masalah JNE, tapi bagi saya, benda itu sangat berharga. Kalau sampai di sini Anda masih bilang sudah ga usah sampai segitunya, saya punya hak untuk tidak lagi meladeni Anda. Satu lagi, Media Konsumen bukan hanya saya yang menulis ulasan soal kekecewaan terhadap JNE. Budayakan membaca semua ulasan selain dari yang saya kirimkan.

    • 4 Mei 2025 - (20:15 WIB)
      Permalink

      Oh satu lagi: Jika Anda ini salah satu dari pasukan JNE yang ngejempol turun komentar saya dan beberapa orang lain lagi yang turut menyuarakan keberatan kami, maka ketahui ini: Diam bukan berarti saya setuju.

      Kalau gitu harusnya saya diam? Harusnya saya ga posting?

      Salah.

      Justru saya merasa Media Konsumen ini sangat mewadahi aspirasi saya. Maka dari itu saya akan tetap bersuara, hanya saja saya tidak akan menghabiskan energi untuk orang yang bahkan betapa berharganya benda pada seseorang itu tidak memahaminya.

      • 4 Mei 2025 - (21:15 WIB)
        Permalink

        Bukan pasukan JNE itu, kalau biasa baca media konsumen, pasti tau sama nama akunnya, sudah biasa komen kok dia. Mengenai orang yang klik dislike, ga usah terlalu dipusingin, biasa aja itu sih😆.

        • 4 Mei 2025 - (21:44 WIB)
          Permalink

          Barangkali yang sering dia komentar itu orang-orang yang anggap barang itu ya, cuman barang.

          Masalahnya konsumen yang post di Media Konsumen kan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Dan saya bukan tipe orang yang mudah merelakan.

          Apalagi dari Shopee-nya sendiri cuman diganti dengan voucher Rp 25.000.
          Yakali beli barang Rp 120.000 gantinya cuman Rp 25.000, kalau ternyata terbukti palsu barangnya terus sayanya kena opname emang cukup Rp 25.000?
          Satu lagi, penggantian tersebut tidak seberapa dibandingkan dengan semua luka dan rasa kehilangan yang saya alami.

          Gapapa Anda berhak berpendapat, misalnya bilang kalau barang ini loh cuman KitKat, cuman cokelat, ya terserah Anda.
          Kalo enggak ngerti betapa berartinya barang itu buat seseorang ya terusin aja.
          Tapi kalau saya jadi komentator lain terus liat postingan kayak gini dan saya cuman bisa kasih emot ketawa, mending saya ga komentar apa-apa.

  • 4 Mei 2025 - (21:27 WIB)
    Permalink

    Mungkin minta ongkir dikembalikan karna garansi YES sdh batal kalo minta ganti rugi lbh dr itu mana bisa

    • 4 Mei 2025 - (21:39 WIB)
      Permalink

      Saya sebenarnya tidak terlalu peduli ongkirnya kembali atau tidak.

      Sebenarnya untuk kasus saya ini kan bisa saya ajukan pengembalian dana atau retur.

      Tapi barang ini sudah di wishlist saya sejak 2023. Kalau saya kembalikan, kalau saya ajukan pengembalian dana, pengembalian ongkir, dll, saya ga tahu harus cari barang ini di mana lagi.

      Kalau setelah posting ini JNE mau kembalikan ongkir, atau Shopee mau kasih voucher belanjanya, itu ya terserah mereka.

      Tapi bagi saya, rasa kehilangan waktu, uang, dan kepercayaan yang saya alami ini belum apa-apa dibandingkan dengan uang. Apalagi jumlah uang gantinya tidak seberapa.

  • 10 Mei 2025 - (00:28 WIB)
    Permalink

    Benar JNE salah satu ekspedisi yang tidak seperti dulu. Paket kita dengan no resi CM96459898071 TGL 23 Maret 2025 juga hilang. Saya dukung sharing Anda di Media Konsumen dan media sosial. Supaya pelaku usaha lebih memperhatikan komplain nasabahnya. Karena selama ini banyak pelaku usaha yang kesal bila ada yang komplain ke mereka. Khususnya gojek YANG MENCURI DIAM-DIAM. TARIF PENGANTARAN BISA BERUBAH HAMPIR 2X LIPAT SETELAH KITA KLIK PESAN. DAN KITA TIDAK BISA MEMBATALKAN KARENA FOOD. KITA SUDAH MEMASTIKAN TERJADI 2X. BELUM YANG BERUBAH SEDIKIT. HARUSNYA BILA TERJADI PERUBAHAN HARGA MAKA SISTEM AKAN MENGEMBALIKAN KE HALAMAN SEBELUMNYA DENGAN MENAMPILKAN HARGA BARU UNTUK PEMBELI KLIK ULANG SEPERTI GRAB!!!!! KITA MENANYAKAN HAL INI KE CS. MALAH DIJAWAB SDH SESUAI KETENTUAN. JADI KITA PAHAM MEMANG gojek SENGAJA MENCURI DIAM-DIAM!!! SHARE KE INSTAGRAMNYA.PASTINYA TIDAK ADA TANGGAPAN. MALAH MEMBLOKIR DAN MENONAKTIFKAN AKUN MEMBER PLUS YANG SUDAH TERVERIFIKASI.
    JUGA toped YANG CS MAKAN GAJI BUTA TIDAK MAU MERESPONSE CHAT CUSTOMER. PENGIRIMAN INSTANT DAN SAMEDAY TIDAK DIKIRIM-KIRIM. SUDAH 2 X DARI 2X TRANSAKSI KITA PADA BLN MARET DAN MEI 2025. BERARTI HEBAT SEKALI SEMUA TRANSAKSI KITA TDK DIKIRIM!!!! CHAT toped AWALNYA MASIH ADA JAWABAN SETELAH BEBERAPA KALI CHAT. JAWABNYA HUBUNGI JASA KIRIM SECARA MANDIRI. MEMANG SEDEMIKIAN PEMALASNYA. KOMISI MAU DIAMBIL GA MALU TAPI TDK ADA TANGGUNG JAWAB!!!!
    SEMOGA gojek dan toped CEPAT BANGKRUT DAN SEMUA CS, BACK OFFICE DAN IT DIPECAT SEMUA. KARENA MEMANG ITU MAU MEREKA TIDUR SELAMANYA TIDAKMAU MELAYANI DAN BERTANGGUNG JAWAB

    • 10 Mei 2025 - (09:55 WIB)
      Permalink

      Terima kasih atas dukungannya. Tapi setelah ini, saya mungkin bakalan mengakhiri hidup kalau anggota Media Konsumen lain bisanya cuman komentar gak wajar.

      Bukan Anda. Tapi coba lihat artikel saya satu lagi yang awalannya [UPDATE].

      Saya mending mati aja daripada ketika saya menceritakan hal yang sebenar-benarnya, yang saya dapat malah komentar jahat.

      Saya udah mencoba lawan sekuat tenaga dengan menceritakan pengalaman buruk saya sebenar-benarnya.

      Tapi bahkan kawan saya pun bilang untuk tidak memposisikan diri sebagai teman. Dan itu bukan cuman satu dua.

      Udah terlalu banyak komentar jahat di situ, dan saya tetep merasa sendirian sampai detik ini.

      Saya ga nafsu lanjut hidup, itu pun ga ada yang peduli.

      • 10 Mei 2025 - (23:37 WIB)
        Permalink

        Sis Shierly saya mendukung anda. Jangan mempedulikan mereka yang menentang karena mereka tidak merasakan yang sesungguhnya. Dan tidak pernah memposisikan bila di tempat anda. Coba misalkan ada keluarga/orang tercinta sakit sekarat dan sangat membutuhkan obat dan tidak tersedia di sekitar tempat tinggal. Dan harus pesan dari luar kota. Terus pesanan yang sdh dibayar dengan ongkir khusus supaya cepat sampai malah tdk datang. Apakah mereka akan gembira seperti menertawakan orang lain? Kehidupan Sis Shierly sangat berharga bukan mereka yang menilai. Jadi harus menghargai dan menyayangi diri sendiri.

 Apa Komentar Anda?

Ada 18 komentar sampai saat ini..

JNE Tidak Transparan Perihal Paket YES (Yakin Esok Sampai), Wishlist S…

oleh Shierly Octaviana Hugo dibaca dalam: 2 menit
18